30.1 C
Jakarta
Tuesday, April 22, 2025

Kisah Satgas KPK Lakukan OTT Edhy Prabowo Cs

PROKALTENG.CO – Selasa (24/11) penyidik senior KPK Novel Baswedan
seharusnya beristirahat di rumah. Setelah menjalani cek kesehatan mata di
Jakarta Eye Center (JEC) Menteng, Jakarta Pusat, fungsi penglihatan Novel
disebut pihak medis menurun.

Namun, Novel urung pulang ke
rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Sebab, setelah dari pemeriksaan
di JEC tersebut, salah seorang anggota tim penindakan KPK memberi kabar
penting: ”target” sudah terkunci. Itu berarti semua anggota tim harus bersiap
dengan pos dan tugas masing-masing. Tidak terkecuali Novel.

Novel merupakan ketua satuan
tugas (satgas) penyidikan yang ikut dalam operasi tangkap tangan (OTT) Menteri
Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo pada Selasa (24/11) dan Rabu (25/11).
Selain satgas Novel, ada dua satgas penyidikan lain yang terlibat.
Masing-masing diketuai Ambarita Damanik dan Riska Anung Nata.

Berdasar penelusuran Jawa Pos (Grup Prokalteng.co), tiga
penyidik senior itu beberapa kali bekerja sama mengusut sejumlah kasus. Di
antaranya kasus korupsi KTP elektronik (e-KTP). Kemudian kasus dugaan suap dan
gratifikasi yang menjerat eks Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi
Abdurrahman bersama menantunya, Rezky Herbiyono. Kasus Nurhadi kini masuk tahap
persidangan.

Nah, di kasus Edhy Prabowo,
Novel, Damanik, dan Anung kembali berkolaborasi. Sebagai ketua satgas, mereka
berbagi tugas memastikan operasi senyap yang dilakukan berjalan sesuai rencana.
”Yang terlibat (selain Novel, Damanik, dan Anung, Red) dalam OTT ada juga
penyelidik, jaksa. Ini kerja bersama, kerja tim,” ungkap sumber di internal KPK
yang enggan disebut namanya.

Baca Juga :  Geram, Bupati Kobar: Berantas Habis Pedagang Miras!

Selasa siang tim menyebar ke
sejumlah titik di Jakarta, Depok, dan Bekasi. Mereka memantau pergerakan target
yang telah terkunci. Sebagian tim juga bergerak ke Bandara Soekarno-Hatta di
Tangerang. Rombongan Menteri Edhy bersama istrinya, Iis Rosita Dewi,
dijadwalkan landing di bandara tersebut pukul 23.18. Mereka baru saja selesai
kunjungan dari Amerika Serikat.

“Siang itu (Selasa, Red) dapat kabar
firm tentang (dugaan suap) Pak Menteri,” kata sumber tersebut.

Selain memantau pergerakan,
sebelumnya tim mengumpulkan informasi dari ”orang dalam” menteri. Puncaknya,
pada 21–23 November, ditemukan adanya indikasi kuat tindak pidana korupsi
(tipikor) yang diduga dilakukan Edhy dan jajarannya.

Menurut sumber itu, dugaan
korupsi yang dilakukan Edhy dan orang-orangnya selama ini cukup rapi. Salah
satu indikatornya, tidak ada penyerahan uang tunai. ”Kalau menteri butuh (uang
tunai), (stafnya) baru ambil (uang) tunai,” ungkap dia.

Sebagaimana diketahui, dalam
perkara ini diketahui uang yang digunakan Edhy dan istrinya dikelola
staf/ajudan masing-masing. Staf Edhy bernama Safri, sedangkan staf Iis bernama
Ainul Faqih. Uang-uang yang masuk ke rekening dua ajudan itu di antaranya
berasal dari pengurus PT Aero Citra Kargo Ahmad Bahtiar. Bahtiar diduga nominee
dari pihak Edhy dan Yudi Surya Atmaja.

Kerja tim penyelidikan memantau pergerakan
Edhy dan orang-orangnya membuahkan hasil pada 21–23 November. Itu setelah Ainul
ter-capture melakukan transaksi keuangan dengan jumlah cukup besar. Sekitar Rp
750 juta. Setelah ditelisik, uang itu ternyata digunakan untuk belanja berbagai
barang mewah oleh Edhy dan istrinya di Honolulu. ”Setelah memastikan ada barang
bukti yang melekat di Pak Menteri, tim menyimpulkan itu (ada dugaan suap, Red)
firm (kuat),” terangnya.

Baca Juga :  Penonton Hiburan Rakyat Bubar, Banyak Anak Terpisah dari Orang Tuanya

Tim yang menunggu di bandara
lantas membawa Edhy dan istrinya serta sejumlah pihak ke gedung KPK. Sementara
itu, Novel harus pulang ke rumah lantaran penurunan fungsi matanya makin parah.
Dia nyaris tidak bisa melihat.

Dikonfirmasi tentang hal itu,
Novel menyatakan memang sempat ke JEC Menteng sebelum OTT Edhy dilakukan. Dia
mengaku pulang pukul 2 Rabu dini hari dari KPK. Di hari yang sama, Novel
kembali ke KPK untuk gelar perkara bersama pimpinan KPK serta deputi
penindakan, direktur penyidikan, direktur penyelidikan, dan direktur
penuntutan.

“Jam setengah 1 (Kamis dini hari,
Red) saya pulang. Anak-anak yang lain masih di KPK, mereka sampai pagi,”
ujarnya.

Terkait teknis penyidikan, Novel
tidak banyak berkomentar. Dia hanya mengatakan bahwa OTT yang dilakukan
merupakan kerja tim. Dia juga memastikan bahwa penanganan perkara tersebut sejauh
ini terbilang lancar. “Sejauh ini lancar semua, tidak ada masalah,” imbuh
mantan Kasatreskrim Polres Bengkulu itu yang mengaku tengah beristirahat di
rumah kemarin.

PROKALTENG.CO – Selasa (24/11) penyidik senior KPK Novel Baswedan
seharusnya beristirahat di rumah. Setelah menjalani cek kesehatan mata di
Jakarta Eye Center (JEC) Menteng, Jakarta Pusat, fungsi penglihatan Novel
disebut pihak medis menurun.

Namun, Novel urung pulang ke
rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Sebab, setelah dari pemeriksaan
di JEC tersebut, salah seorang anggota tim penindakan KPK memberi kabar
penting: ”target” sudah terkunci. Itu berarti semua anggota tim harus bersiap
dengan pos dan tugas masing-masing. Tidak terkecuali Novel.

Novel merupakan ketua satuan
tugas (satgas) penyidikan yang ikut dalam operasi tangkap tangan (OTT) Menteri
Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo pada Selasa (24/11) dan Rabu (25/11).
Selain satgas Novel, ada dua satgas penyidikan lain yang terlibat.
Masing-masing diketuai Ambarita Damanik dan Riska Anung Nata.

Berdasar penelusuran Jawa Pos (Grup Prokalteng.co), tiga
penyidik senior itu beberapa kali bekerja sama mengusut sejumlah kasus. Di
antaranya kasus korupsi KTP elektronik (e-KTP). Kemudian kasus dugaan suap dan
gratifikasi yang menjerat eks Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi
Abdurrahman bersama menantunya, Rezky Herbiyono. Kasus Nurhadi kini masuk tahap
persidangan.

Nah, di kasus Edhy Prabowo,
Novel, Damanik, dan Anung kembali berkolaborasi. Sebagai ketua satgas, mereka
berbagi tugas memastikan operasi senyap yang dilakukan berjalan sesuai rencana.
”Yang terlibat (selain Novel, Damanik, dan Anung, Red) dalam OTT ada juga
penyelidik, jaksa. Ini kerja bersama, kerja tim,” ungkap sumber di internal KPK
yang enggan disebut namanya.

Baca Juga :  Geram, Bupati Kobar: Berantas Habis Pedagang Miras!

Selasa siang tim menyebar ke
sejumlah titik di Jakarta, Depok, dan Bekasi. Mereka memantau pergerakan target
yang telah terkunci. Sebagian tim juga bergerak ke Bandara Soekarno-Hatta di
Tangerang. Rombongan Menteri Edhy bersama istrinya, Iis Rosita Dewi,
dijadwalkan landing di bandara tersebut pukul 23.18. Mereka baru saja selesai
kunjungan dari Amerika Serikat.

“Siang itu (Selasa, Red) dapat kabar
firm tentang (dugaan suap) Pak Menteri,” kata sumber tersebut.

Selain memantau pergerakan,
sebelumnya tim mengumpulkan informasi dari ”orang dalam” menteri. Puncaknya,
pada 21–23 November, ditemukan adanya indikasi kuat tindak pidana korupsi
(tipikor) yang diduga dilakukan Edhy dan jajarannya.

Menurut sumber itu, dugaan
korupsi yang dilakukan Edhy dan orang-orangnya selama ini cukup rapi. Salah
satu indikatornya, tidak ada penyerahan uang tunai. ”Kalau menteri butuh (uang
tunai), (stafnya) baru ambil (uang) tunai,” ungkap dia.

Sebagaimana diketahui, dalam
perkara ini diketahui uang yang digunakan Edhy dan istrinya dikelola
staf/ajudan masing-masing. Staf Edhy bernama Safri, sedangkan staf Iis bernama
Ainul Faqih. Uang-uang yang masuk ke rekening dua ajudan itu di antaranya
berasal dari pengurus PT Aero Citra Kargo Ahmad Bahtiar. Bahtiar diduga nominee
dari pihak Edhy dan Yudi Surya Atmaja.

Kerja tim penyelidikan memantau pergerakan
Edhy dan orang-orangnya membuahkan hasil pada 21–23 November. Itu setelah Ainul
ter-capture melakukan transaksi keuangan dengan jumlah cukup besar. Sekitar Rp
750 juta. Setelah ditelisik, uang itu ternyata digunakan untuk belanja berbagai
barang mewah oleh Edhy dan istrinya di Honolulu. ”Setelah memastikan ada barang
bukti yang melekat di Pak Menteri, tim menyimpulkan itu (ada dugaan suap, Red)
firm (kuat),” terangnya.

Baca Juga :  Penonton Hiburan Rakyat Bubar, Banyak Anak Terpisah dari Orang Tuanya

Tim yang menunggu di bandara
lantas membawa Edhy dan istrinya serta sejumlah pihak ke gedung KPK. Sementara
itu, Novel harus pulang ke rumah lantaran penurunan fungsi matanya makin parah.
Dia nyaris tidak bisa melihat.

Dikonfirmasi tentang hal itu,
Novel menyatakan memang sempat ke JEC Menteng sebelum OTT Edhy dilakukan. Dia
mengaku pulang pukul 2 Rabu dini hari dari KPK. Di hari yang sama, Novel
kembali ke KPK untuk gelar perkara bersama pimpinan KPK serta deputi
penindakan, direktur penyidikan, direktur penyelidikan, dan direktur
penuntutan.

“Jam setengah 1 (Kamis dini hari,
Red) saya pulang. Anak-anak yang lain masih di KPK, mereka sampai pagi,”
ujarnya.

Terkait teknis penyidikan, Novel
tidak banyak berkomentar. Dia hanya mengatakan bahwa OTT yang dilakukan
merupakan kerja tim. Dia juga memastikan bahwa penanganan perkara tersebut sejauh
ini terbilang lancar. “Sejauh ini lancar semua, tidak ada masalah,” imbuh
mantan Kasatreskrim Polres Bengkulu itu yang mengaku tengah beristirahat di
rumah kemarin.

Terpopuler

Artikel Terbaru