33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

BMKG Sebut Puting Beliung dan Hujan Es Bisa Terjadi Hingga Maret

PROKALTENG.CO-Pancaroba atau peralihan musim yang sedang terjadi memicu berbagai fenomena alam. Di antaranya, puting beliung. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut peristiwa serupa masih bisa terjadi sampai Maret nanti.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, fenomena alam yang terjadi tidak selalu puting beliung. ’’Angin kencang pun bisa terjadi,” bebernya saat ditemui di kompleks Istana Negara kemarin (27/2). Awan kumulonimbus masih merata di seluruh Indonesia. Karena itu, seluruh wilayah berpotensi dilanda angin puting beliung. Dwikorita mengimbau masyarakat, ketika sudah melihat awan yang gelap, segera berlindung dalam bangunan yang kokoh.

’’Jangan di bawah pohon karena di antara awan itu bisa terjadi kilat petir ya,” ucapnya. Selain angin kencang dan puting beliung, lanjut dia, ada kemungkinan hujan es. Sebelumnya, Dwikorita menyampaikan, berdasar analisis dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG, saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan Indonesia. Hal itu, kata dia, mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki pancaroba pada Maret hingga April.

Baca Juga :  315 Daerah Kembali Minta Pemekaran

Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam. Biasanya didahului adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang. Hal itu terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang cukup besar dan memicu proses konveksi atau pengangkatan massa udara dari permukaan bumi ke atmosfer. Proses tersebut memicu terbentuknya awan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa berdasar monitoring yang dilakukan BMKG, terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan. Juga, dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat atau angin kencang. Pertama, aktivitas monsun Asia yang masih dominan. Fenomena lainnya adalah aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) pada Samudra Hindia bagian timur yang diprediksi memasuki wilayah pesisir barat Indonesia pada beberapa pekan ke depan.

Baca Juga :  Hotspot di Kalteng Hari Ini Capai 137 Titik

Ketiga, adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian selatan, tengah, dan timur. Keempat, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia bagian tengah dan selatan. ’’Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia,” ujarnya. (lyn/c7/ttg/jpg/riz)

PROKALTENG.CO-Pancaroba atau peralihan musim yang sedang terjadi memicu berbagai fenomena alam. Di antaranya, puting beliung. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut peristiwa serupa masih bisa terjadi sampai Maret nanti.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, fenomena alam yang terjadi tidak selalu puting beliung. ’’Angin kencang pun bisa terjadi,” bebernya saat ditemui di kompleks Istana Negara kemarin (27/2). Awan kumulonimbus masih merata di seluruh Indonesia. Karena itu, seluruh wilayah berpotensi dilanda angin puting beliung. Dwikorita mengimbau masyarakat, ketika sudah melihat awan yang gelap, segera berlindung dalam bangunan yang kokoh.

’’Jangan di bawah pohon karena di antara awan itu bisa terjadi kilat petir ya,” ucapnya. Selain angin kencang dan puting beliung, lanjut dia, ada kemungkinan hujan es. Sebelumnya, Dwikorita menyampaikan, berdasar analisis dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG, saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan Indonesia. Hal itu, kata dia, mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki pancaroba pada Maret hingga April.

Baca Juga :  315 Daerah Kembali Minta Pemekaran

Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam. Biasanya didahului adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang. Hal itu terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang cukup besar dan memicu proses konveksi atau pengangkatan massa udara dari permukaan bumi ke atmosfer. Proses tersebut memicu terbentuknya awan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa berdasar monitoring yang dilakukan BMKG, terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan. Juga, dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat atau angin kencang. Pertama, aktivitas monsun Asia yang masih dominan. Fenomena lainnya adalah aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) pada Samudra Hindia bagian timur yang diprediksi memasuki wilayah pesisir barat Indonesia pada beberapa pekan ke depan.

Baca Juga :  Hotspot di Kalteng Hari Ini Capai 137 Titik

Ketiga, adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian selatan, tengah, dan timur. Keempat, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia bagian tengah dan selatan. ’’Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia,” ujarnya. (lyn/c7/ttg/jpg/riz)

Terpopuler

Artikel Terbaru