PALANGKARAYA, PROKALTENG – Prakirawan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Tjilik Riwut Kota Palangkaraya, Muhamad Ihsan Sidiq mengungkapkan jumlah hotspot di Provinsi Kalteng sebanyak 137 titik. Hal ini sesuai data update pada pukul 15.30 WIB, Sabtu (16/9) sore tadi.
“Titik hotspot di Kalteng pada hari ini, ada 137 titik. Itu tersebar pada beberapa wilayah, di dominasi pada wilayah selatan Provinsi Kalteng dan Kabupaten Seruyan menjadi dominasi titik hotspot terbanyak,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa titik hotspot ini, tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk melihat kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) saja, karena satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dibandingkan dengan sekitarnya.
“Misalkan saat tengah hari atap seng milik warga juga bisa memancarkan suhu panas. Apalagi ada bangunan yang memang menjulang tinggi seperti contohnya atap seng sarang walet,” ujarnya.
Kemudian, ia menjelaskan pada daerah yang tertutup awan atau blank zone, hotspot di wilayah tersebut tidak dapat terdeteksi oleh satelit. Bergantung lagi terhadap seberapa tebal tutupan awannya. Semakin tebal tutupan awannya semakin besar kemungkinan hotspot tidak dapat terdeteksi oleh satelit.
“Kita lihat pada wilayah utara Kalteng tidak ditemukan titik hotspot sama sekali. Bisa jadi akibat awan tebal atau wilayah tersebut sedang turun hujan,” jelasnya. (*hdw/hnd)
PALANGKARAYA, PROKALTENG – Prakirawan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Tjilik Riwut Kota Palangkaraya, Muhamad Ihsan Sidiq mengungkapkan jumlah hotspot di Provinsi Kalteng sebanyak 137 titik. Hal ini sesuai data update pada pukul 15.30 WIB, Sabtu (16/9) sore tadi.
“Titik hotspot di Kalteng pada hari ini, ada 137 titik. Itu tersebar pada beberapa wilayah, di dominasi pada wilayah selatan Provinsi Kalteng dan Kabupaten Seruyan menjadi dominasi titik hotspot terbanyak,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa titik hotspot ini, tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk melihat kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) saja, karena satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dibandingkan dengan sekitarnya.
“Misalkan saat tengah hari atap seng milik warga juga bisa memancarkan suhu panas. Apalagi ada bangunan yang memang menjulang tinggi seperti contohnya atap seng sarang walet,” ujarnya.
Kemudian, ia menjelaskan pada daerah yang tertutup awan atau blank zone, hotspot di wilayah tersebut tidak dapat terdeteksi oleh satelit. Bergantung lagi terhadap seberapa tebal tutupan awannya. Semakin tebal tutupan awannya semakin besar kemungkinan hotspot tidak dapat terdeteksi oleh satelit.
“Kita lihat pada wilayah utara Kalteng tidak ditemukan titik hotspot sama sekali. Bisa jadi akibat awan tebal atau wilayah tersebut sedang turun hujan,” jelasnya. (*hdw/hnd)