27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Siap Panas

Risiko terburuk sudah disiapkan.

Keputusan hidup-mati sudah
diambil: dengan hanya satu suara yang tidak setuju dan enam suara absen.

Selebihnya, 2.878 suara setuju.

Itulah hasil sidang pleno DPR
Tiongkok kemarin sore.

Maka sah lah UU Keamanan
Hongkong. Segala tindakan subversi, infiltrasi asing dan separatisme dimasukkan
sebagai tindakan kriminal.

Itu berarti secara terbuka
Tiongkok sudah menyatakan sama sekali tidak takut pada ancaman Amerika.
Termasuk ancaman dari negara-negara Barat –baik ancaman fisik maupun ekonomi.

“Tiongkok sekarang sudah
tidak sama dengan Tiongkok 100 tahun yang lalu,” ujar Menteri Luar Negeri
RRT, Wang Yi.

Ucapan itu khusus untuk
menanggapi sikap Amerika. Yang untuk pertama kali memberikan ucapan selamat
kepada Tsai Ing-wen. Yang dilantik sebagai Presiden Taiwan untuk kedua kalinya.

Itu pertanda Amerika mengakui
Taiwan sebagai negara tersendiri. Bukan lagi bagian dari Tiongkok.

“Tiongkok itu lho, tidak
pernah punya maksud mengubah Amerika. Mengapa Amerika terus bermaksud mengubah
Tiongkok,” ujar sang Menlu.

Sejak adanya keputusan jam 3 sore
kemarin itu dunia sudah tahu sikap Tiongkok. Kini dunia tinggal melihat: apa
tindakan Amerika.

Amerika seperti dihadapkan pada
tiga front sekaligus:
perang dagang, pembelaan terhadap Taiwan dan dukungan pada oposisi di Hongkong.

Tiga sumbu itu sudah dinyalakan
bersamaan: tinggal Amerika –mau meledakkan atau bagaimana.

Di dalam negerinya sendiri
Presiden Donald Trump sedang dipojokkan oleh dua persoalan: Covid-19 dan hasil
jajak pendapat. Hasil survey itu menyebutkan
ia bakal kalah oleh Joe Biden di pilpres November nanti.

Tiga sumbu sekarang ini sudah
menyala –lengkap dengan asapnya.

Di Hongkong, sidang pleno
legistalif-nya juga sedang membahas pengesahan UU Penghinaan Simbol Negara.
Yang menghina lagu kebangsaan nasional (Tiongkok) bisa dihukum 3 tahun.

Demo anti RUU itu meledak di
Hongkong. Sejak hari Minggu lalu. Sekalian anti RUU Keamanan yang lagi dibahas
DPR di Beijing.

Baca Juga :  Pemko Dukung Pemasaran Produk UMKM Agar Lebih Maju Lagi

Sidang pleno legislatif di
Hongkong itu panas sekali. Puncaknya terjadi kemarin. Jam 11.00 siang. Seorang
anggota DPRD melemparkan benda busuk ke arah ketua sidang.

Benda itu jatuh di lantai. Di
depan meja pimpinan. Saking beratnya –tidak sampai ke sasaran.

Bau busuk benda itu luar biasa.
Seorang anggota, wanita, sampai dilarikan ke rumah sakit –tercekik bau busuk
itu.

Yang melemparkannya pun dibawa
keluar ruang sidang: Ted Hui Chi-fung. Anggota oposisi dari Partai Demokratik.

Benda itu tak lain adalah sayur
busuk. Sekarang kecil. “Demokrasi kita akan dibuat berbau busuk seperti
itu,” ujar Hui Chi-fung. “Bau busuknya sudah kita hirup
sekarang,” tambahnya.

Sehari sebelumnya pun gedung
legislatif itu sudah heboh. Bau busuk merebak ke mana-mana. Tim keamanan dan
pemadam kebakaran segera tiba.

Setelah ditelusuri, bau itu
berasal dari lantai 9. Di lantai itulah Hui Chi-fung berkantor.

Rupanya tiap hari Hui Chi-fung
sudah membawa sayur busuk ke gedung legislatif. Tapi baru bisa melemparkannya
kemarin.

Apa pun, RUU itu pasti berhasil
disahkan. Paling lambat besok. Mayoritasnya adalah pro-Beijing.

Dengan demikian pendemo tidak
bisa lagi seperti tahun lalu: suka memelesetkan lagu kebangsaan Tiongkok.

Pendemo juga tidak bisa lagi
seperti tahun lalu: menginjak-injak bendera Tiongkok, mengolok-oloknya dan
membuangnya ke parit.

Atau tetap melakukannya. Dengan
risiko masuk penjara.

Setelah UU Anti Penghinaan Simbol
Negara itu diputuskan, DPRD langsung harus bersidang lagi: mengubah UUD
Hongkong. Untuk memasukkan UU Keamanan Nasional yang baru diputuskan DPR di
Beijing itu.

Semua itu, dari segi kepentingan
Tiongkok, memang harus disahkan buru-buru. Sebelum fokus ke persiapan pemilu
Hongkong bulan September nanti.

Di Pemilu nanti oposisi
diperkirakan akan menang. Tapi itu tidak lagi masalah bagi Tiongkok. Sudah
terjamin: Hongkong tidak bisa lagi memisahkan diri.

Baca Juga :  Tes Pikun

Bahwa Hongkong mau berbeda dengan
Beijing tidak apa-apa. Toh sejak awal sudah disepakati: satu negara dua sistem.

Demo besar-besaran sepanjang
tahun lalu memang jelas sekali: mengarah ke kemerdekaan Hongkong. Yang mendapat
dukungan Barat.

Kini Tiongkok sudah mengambil
risiko: menghadapi yang terburuk di Hongkong.

Juga di Taiwan.

Untuk pertama kali pimpinan
puncak Tiongkok tidak lagi menyanyikan lagu lama: mengusahakan penyatuan Taiwan
secara damai.

Kata ‘secara damai’ itu tidak
digunakan lagi. Itu terlihat dari pembukaan Sidang Pleno DPR di Beijing Senin
lalu.

Di forum itu Perdana Menteri
Tiongkok Li Kejiang tegas: mengusahakan penyatuan Taiwan – -tanpa kata secara
damai.

Padahal, biasanya, setiap tahun,
setiap pembukaan Sidang Pleno seperti itu, kalimat “mengusahakan penyatuan
Taiwan” selalu diucapkan dengan tambahan “secara damai”.

Tiongkok melihat Taiwan sudah di
batas lepas. Itu terlihat dari pernyataan Menlu Amerika Serikat Michael Pompeo.

Maka dalam hal Taiwan, Tiongkok
juga sudah siap dengan risiko terburuk. Apalagi kapal perang Amerika sudah
sering berada di Taiwan –seperti sudah siap membentengi Taiwan.

Tsai Ing-wen sendiri yang
menyalakan sumbu: dua hari lalu. Dia menyatakan: orang Hongkong yang merasa
terancam Tiongkok silakan lari ke Taiwan. Akan ditampung di Taiwan. Diberi
pekerjaan. Dijamin kehidupan mereka.

Bisa jadi itu sebagai balas jasa.
Tahun lalu Ing-wen dipastikan akan kalah pilpres. Lalu terjadilah huru-hara di
Hongkong. Ing-wen berhasil membonceng huru-hara itu. Tiba-tiba namanyi melejit
lagi: menang telak di pilpres lalu.

Tapi pernyataan Ing-wen itu
sekaligus berarti penyalaan sumbu perlawanan pada Tiongkok.

Sudah tidak ada lagi diplomasi.
Sudah habis basa-basi.

Tiongkok sudah bersikap jelas.
Tiongkok sudah seperti sesumbar: ini dadaku, mana Donaldmu.

Kalau saja ada tebak-tebakan
sikap apa yang akan diambil Donald Trump pasti pemenangnya M. Nuh dari
Jambi itu. (Dahlan Iskan)

 

Risiko terburuk sudah disiapkan.

Keputusan hidup-mati sudah
diambil: dengan hanya satu suara yang tidak setuju dan enam suara absen.

Selebihnya, 2.878 suara setuju.

Itulah hasil sidang pleno DPR
Tiongkok kemarin sore.

Maka sah lah UU Keamanan
Hongkong. Segala tindakan subversi, infiltrasi asing dan separatisme dimasukkan
sebagai tindakan kriminal.

Itu berarti secara terbuka
Tiongkok sudah menyatakan sama sekali tidak takut pada ancaman Amerika.
Termasuk ancaman dari negara-negara Barat –baik ancaman fisik maupun ekonomi.

“Tiongkok sekarang sudah
tidak sama dengan Tiongkok 100 tahun yang lalu,” ujar Menteri Luar Negeri
RRT, Wang Yi.

Ucapan itu khusus untuk
menanggapi sikap Amerika. Yang untuk pertama kali memberikan ucapan selamat
kepada Tsai Ing-wen. Yang dilantik sebagai Presiden Taiwan untuk kedua kalinya.

Itu pertanda Amerika mengakui
Taiwan sebagai negara tersendiri. Bukan lagi bagian dari Tiongkok.

“Tiongkok itu lho, tidak
pernah punya maksud mengubah Amerika. Mengapa Amerika terus bermaksud mengubah
Tiongkok,” ujar sang Menlu.

Sejak adanya keputusan jam 3 sore
kemarin itu dunia sudah tahu sikap Tiongkok. Kini dunia tinggal melihat: apa
tindakan Amerika.

Amerika seperti dihadapkan pada
tiga front sekaligus:
perang dagang, pembelaan terhadap Taiwan dan dukungan pada oposisi di Hongkong.

Tiga sumbu itu sudah dinyalakan
bersamaan: tinggal Amerika –mau meledakkan atau bagaimana.

Di dalam negerinya sendiri
Presiden Donald Trump sedang dipojokkan oleh dua persoalan: Covid-19 dan hasil
jajak pendapat. Hasil survey itu menyebutkan
ia bakal kalah oleh Joe Biden di pilpres November nanti.

Tiga sumbu sekarang ini sudah
menyala –lengkap dengan asapnya.

Di Hongkong, sidang pleno
legistalif-nya juga sedang membahas pengesahan UU Penghinaan Simbol Negara.
Yang menghina lagu kebangsaan nasional (Tiongkok) bisa dihukum 3 tahun.

Demo anti RUU itu meledak di
Hongkong. Sejak hari Minggu lalu. Sekalian anti RUU Keamanan yang lagi dibahas
DPR di Beijing.

Baca Juga :  Pemko Dukung Pemasaran Produk UMKM Agar Lebih Maju Lagi

Sidang pleno legislatif di
Hongkong itu panas sekali. Puncaknya terjadi kemarin. Jam 11.00 siang. Seorang
anggota DPRD melemparkan benda busuk ke arah ketua sidang.

Benda itu jatuh di lantai. Di
depan meja pimpinan. Saking beratnya –tidak sampai ke sasaran.

Bau busuk benda itu luar biasa.
Seorang anggota, wanita, sampai dilarikan ke rumah sakit –tercekik bau busuk
itu.

Yang melemparkannya pun dibawa
keluar ruang sidang: Ted Hui Chi-fung. Anggota oposisi dari Partai Demokratik.

Benda itu tak lain adalah sayur
busuk. Sekarang kecil. “Demokrasi kita akan dibuat berbau busuk seperti
itu,” ujar Hui Chi-fung. “Bau busuknya sudah kita hirup
sekarang,” tambahnya.

Sehari sebelumnya pun gedung
legislatif itu sudah heboh. Bau busuk merebak ke mana-mana. Tim keamanan dan
pemadam kebakaran segera tiba.

Setelah ditelusuri, bau itu
berasal dari lantai 9. Di lantai itulah Hui Chi-fung berkantor.

Rupanya tiap hari Hui Chi-fung
sudah membawa sayur busuk ke gedung legislatif. Tapi baru bisa melemparkannya
kemarin.

Apa pun, RUU itu pasti berhasil
disahkan. Paling lambat besok. Mayoritasnya adalah pro-Beijing.

Dengan demikian pendemo tidak
bisa lagi seperti tahun lalu: suka memelesetkan lagu kebangsaan Tiongkok.

Pendemo juga tidak bisa lagi
seperti tahun lalu: menginjak-injak bendera Tiongkok, mengolok-oloknya dan
membuangnya ke parit.

Atau tetap melakukannya. Dengan
risiko masuk penjara.

Setelah UU Anti Penghinaan Simbol
Negara itu diputuskan, DPRD langsung harus bersidang lagi: mengubah UUD
Hongkong. Untuk memasukkan UU Keamanan Nasional yang baru diputuskan DPR di
Beijing itu.

Semua itu, dari segi kepentingan
Tiongkok, memang harus disahkan buru-buru. Sebelum fokus ke persiapan pemilu
Hongkong bulan September nanti.

Di Pemilu nanti oposisi
diperkirakan akan menang. Tapi itu tidak lagi masalah bagi Tiongkok. Sudah
terjamin: Hongkong tidak bisa lagi memisahkan diri.

Baca Juga :  Tes Pikun

Bahwa Hongkong mau berbeda dengan
Beijing tidak apa-apa. Toh sejak awal sudah disepakati: satu negara dua sistem.

Demo besar-besaran sepanjang
tahun lalu memang jelas sekali: mengarah ke kemerdekaan Hongkong. Yang mendapat
dukungan Barat.

Kini Tiongkok sudah mengambil
risiko: menghadapi yang terburuk di Hongkong.

Juga di Taiwan.

Untuk pertama kali pimpinan
puncak Tiongkok tidak lagi menyanyikan lagu lama: mengusahakan penyatuan Taiwan
secara damai.

Kata ‘secara damai’ itu tidak
digunakan lagi. Itu terlihat dari pembukaan Sidang Pleno DPR di Beijing Senin
lalu.

Di forum itu Perdana Menteri
Tiongkok Li Kejiang tegas: mengusahakan penyatuan Taiwan – -tanpa kata secara
damai.

Padahal, biasanya, setiap tahun,
setiap pembukaan Sidang Pleno seperti itu, kalimat “mengusahakan penyatuan
Taiwan” selalu diucapkan dengan tambahan “secara damai”.

Tiongkok melihat Taiwan sudah di
batas lepas. Itu terlihat dari pernyataan Menlu Amerika Serikat Michael Pompeo.

Maka dalam hal Taiwan, Tiongkok
juga sudah siap dengan risiko terburuk. Apalagi kapal perang Amerika sudah
sering berada di Taiwan –seperti sudah siap membentengi Taiwan.

Tsai Ing-wen sendiri yang
menyalakan sumbu: dua hari lalu. Dia menyatakan: orang Hongkong yang merasa
terancam Tiongkok silakan lari ke Taiwan. Akan ditampung di Taiwan. Diberi
pekerjaan. Dijamin kehidupan mereka.

Bisa jadi itu sebagai balas jasa.
Tahun lalu Ing-wen dipastikan akan kalah pilpres. Lalu terjadilah huru-hara di
Hongkong. Ing-wen berhasil membonceng huru-hara itu. Tiba-tiba namanyi melejit
lagi: menang telak di pilpres lalu.

Tapi pernyataan Ing-wen itu
sekaligus berarti penyalaan sumbu perlawanan pada Tiongkok.

Sudah tidak ada lagi diplomasi.
Sudah habis basa-basi.

Tiongkok sudah bersikap jelas.
Tiongkok sudah seperti sesumbar: ini dadaku, mana Donaldmu.

Kalau saja ada tebak-tebakan
sikap apa yang akan diambil Donald Trump pasti pemenangnya M. Nuh dari
Jambi itu. (Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru