26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Mystic Janine

Pembaca Disway-lah yang minta saya menulis ini:
penyanyi Jamaika lagi ter-lockdown di
Bali.

Tentu saya tidak menulis tentang musik reggae-nya Jamaika –saya tidak ahli musik. Saya
hanya menulis soal penyanyi itu: Janine Jkuhl (baca: Jay-cool).

Ups… Siapa pula dia.

Dia tinggal di Bali sekarang. Sudah empat
bulan. Ia seperti terkena lockdown di
surga.

Maka enjoy sajalah
Janine. Bahkan selama lockdown itu
dia mampu menciptakan lagu. Untuk albumnya yang kedua nanti.

Janine adalah penyanyi dari ‘negara reggae’
itu. Tapi lagu di album pertamanyi, Coffee, bukan reggae. Aneh.
Orang Jamaika tidak menyanyi reggae.
Malu-maluin Bob Marley haha.

Tidak. Setiap orang punya passion sendiri. Reggae memang
identik dengan Jamaika, tapi Janine ingin menjadi dirinya sendiri. Sebagai
lulusan sekolah musik terbaik di Jamaika –dengan predikat pujian– Janine juga
mempelajari jazz, klasik, dan musik asli Jamaika.

Tapi untuk album pertamanyi dia memilih musik fussionpop fussion.
Ada soul-nya ada jazz-nya.

Janine mengaku menyukai banyak genre, termasuk reggae. Hanya untuk menyanyi dia pilih fussion tadi.

Dengarkanlah sendiri Coffee-nya. Album
pertamanyi itu jelas bukan reggae.

Awalnya Janine datang ke Bali bukan mencari lockdown. Dia adalah penerima program kreatif. Isi
program itu: harus tinggal di pulau kreatif seperti Bali.

Program itu disebut  Esirom Sama Sama
Creative Residency. Yang diadakan oleh Rumah Sungai Villas, bekerjasama dengan
perusahaan marketing bernama Esirom.

Bali dan Jamaika, kata Janine, adalah sama-sama
pulau kreatif. Ia senang sekali bisa ke  Bali. Apalagi akhirnya bisa
menciptakan lagu di Bali.

Dia sudah tiba di Bali akhir Februari 2020. Belum
ada Covid-19 di Indonesia –waktu itu masih dianggap mana mungkin.

Baca Juga :  Prabowo Ingin Persembahkan Sisa Hidupnya untuk Rakyat Indonesia

Pulau Jamaika, kata Janine, mirip sekali dengan
Bali. Sama-sama beriklim tropik. Jenis buah dan tanamannya pun banyak yang
sama. Hanya di Bali lebih banyak lagi.

“Anda kan sudah sering ke Amerika. Suatu
saat harus ke Jamaika,” ujar Janine pada saya kemarin malam. Lewat email.
“Hanya tingkat kriminalitas di sana lebih tinggi,” ujarnyi.

Memang itulah yang saya baca di media. Yang
juga jadi keluhan turis dari Amerika. Tahun lalu saja 2 orang Amerika terbunuh
–dirampok di villa mereka.

“Tapi kalau tahu harus ke mana dan dengan
cara apa akan baik-baik saja,” ujar Janine.

Selama 4 bulan di Bali Janine banyak bergaul
dengan seniman. Ia juga kenal musisi Indonesia. Salah satunya Ras Muhamad –raja
reggae Indonesia. Yang nama aslinya Muhamad Egar itu.

Janine sempat mewawancarai Ras untuk
YouTube-nyi. Tentang lagu terbaru Ras  –Salam– yang cukup mengena untuk
pasar Indonesia.

Di Salam, rasa Jawa dan Islam Ras cukup kental.
Itulah latar belakang budayanya. Yang tidak pernah luntur. Meski Ras lama
tinggal di Bronx –New York. Ia sekolah di sana. Kuliah di sana. Baik saat
ibunya masih menjadi diplomat di New York maupun sesudahnya.
Dengarlah sendiri Salam-nya.

Tentu Janine berterima kasih pada sponsornyi:
Rumah Sungai Villas. Itulah hotel villa yang ada di Ubud. Yang lokasinya di
perengan sungai yang curam. Juga di perengan terasiring persawahan.

Lokasi villa ini tidak jauh dari Taman Safari
Gajah di Ubud. Hanya 15 menit dari situ. Pemiliknya seorang profesor dari
Jamaika. Sejak lama Professor Michael Morrissey tinggal di Jakarta. Sebagai
konsultan asing. Lalu jatuh cinta pada Indonesia.

Baca Juga :  Dampingi Kapolda Tinjau Pos Penyekatan, Wabup Ungkapkan Hal Ini

Ia seorang budayawan. Ia profesor bidang
pendidikan. Ia pernah mengajar di West Indies University.

Prof Morrissey lantas mensponsori program untuk
Janine itu. Sudah banyak seniman Jamaika yang ia undang untuk program seperti
itu di Bali.

Terakhir Janine itu. Kalau saja tidak ada
Covid-19 sudah diundang yang lain lagi.

“Sebagai penyanyi dan penulis lagu saya
memanfaatkan waktu di Bali untuk mengenal alat-alat musik yang baru, seni
pentas, dan bekerja bersama dengan para seniman di sini,” kata Janine.

Di villa itu Janine tidak sengaja berkenalan
dengan alat musik ukulele. Itu milik seorang staf yang bekerja di villa.
Pemiliknya sendiri belum bisa memainkannya. Janine mulai pegang-pegang itu
ukulele. Toh dia sudah biasa pegang gitar.

Ketika memetik-metik senar ukulele itulah
muncul inspirasi lagu baru. Dia merasa ada suasana mistis di situ. Itulah lagu
yang kemudian dia gubah.

“Lagu itu seperti mengalir sendiri. Lewat
jalannya sendiri,” ujar Janine.

Hari-hari berikutnya Janine lebih banyak
menyendiri di Bale Bengong. Di komplek villa itu. Menghadap ke dinding sungai.
Dengan pohon-pohon kelapanya. Terasiring sawahnya. Gemericik air sungainya.

Begitu mistis suasana di situ. Itulah pula
judul lagu barunya: The Mystic. “Lagu ini seperti menulis lagunya sendiri
dan menemukan judulnya sendiri,” ujar Janine.

Lagu The Mystic sudah diproduksi. Di Bali.
Sudah diluncurkan secara online. Tapi
lagu itu akan dijadikan salah satu album keduanyi nanti. Yang akan diluncurkan
di Jamaika.

Janine akan pulang minggu depan. Bali telah
menjadi kampungnya yang ke-2. Siapa tahu juga keberuntungannyi.(Dahlan Iskan)

Pembaca Disway-lah yang minta saya menulis ini:
penyanyi Jamaika lagi ter-lockdown di
Bali.

Tentu saya tidak menulis tentang musik reggae-nya Jamaika –saya tidak ahli musik. Saya
hanya menulis soal penyanyi itu: Janine Jkuhl (baca: Jay-cool).

Ups… Siapa pula dia.

Dia tinggal di Bali sekarang. Sudah empat
bulan. Ia seperti terkena lockdown di
surga.

Maka enjoy sajalah
Janine. Bahkan selama lockdown itu
dia mampu menciptakan lagu. Untuk albumnya yang kedua nanti.

Janine adalah penyanyi dari ‘negara reggae’
itu. Tapi lagu di album pertamanyi, Coffee, bukan reggae. Aneh.
Orang Jamaika tidak menyanyi reggae.
Malu-maluin Bob Marley haha.

Tidak. Setiap orang punya passion sendiri. Reggae memang
identik dengan Jamaika, tapi Janine ingin menjadi dirinya sendiri. Sebagai
lulusan sekolah musik terbaik di Jamaika –dengan predikat pujian– Janine juga
mempelajari jazz, klasik, dan musik asli Jamaika.

Tapi untuk album pertamanyi dia memilih musik fussionpop fussion.
Ada soul-nya ada jazz-nya.

Janine mengaku menyukai banyak genre, termasuk reggae. Hanya untuk menyanyi dia pilih fussion tadi.

Dengarkanlah sendiri Coffee-nya. Album
pertamanyi itu jelas bukan reggae.

Awalnya Janine datang ke Bali bukan mencari lockdown. Dia adalah penerima program kreatif. Isi
program itu: harus tinggal di pulau kreatif seperti Bali.

Program itu disebut  Esirom Sama Sama
Creative Residency. Yang diadakan oleh Rumah Sungai Villas, bekerjasama dengan
perusahaan marketing bernama Esirom.

Bali dan Jamaika, kata Janine, adalah sama-sama
pulau kreatif. Ia senang sekali bisa ke  Bali. Apalagi akhirnya bisa
menciptakan lagu di Bali.

Dia sudah tiba di Bali akhir Februari 2020. Belum
ada Covid-19 di Indonesia –waktu itu masih dianggap mana mungkin.

Baca Juga :  Prabowo Ingin Persembahkan Sisa Hidupnya untuk Rakyat Indonesia

Pulau Jamaika, kata Janine, mirip sekali dengan
Bali. Sama-sama beriklim tropik. Jenis buah dan tanamannya pun banyak yang
sama. Hanya di Bali lebih banyak lagi.

“Anda kan sudah sering ke Amerika. Suatu
saat harus ke Jamaika,” ujar Janine pada saya kemarin malam. Lewat email.
“Hanya tingkat kriminalitas di sana lebih tinggi,” ujarnyi.

Memang itulah yang saya baca di media. Yang
juga jadi keluhan turis dari Amerika. Tahun lalu saja 2 orang Amerika terbunuh
–dirampok di villa mereka.

“Tapi kalau tahu harus ke mana dan dengan
cara apa akan baik-baik saja,” ujar Janine.

Selama 4 bulan di Bali Janine banyak bergaul
dengan seniman. Ia juga kenal musisi Indonesia. Salah satunya Ras Muhamad –raja
reggae Indonesia. Yang nama aslinya Muhamad Egar itu.

Janine sempat mewawancarai Ras untuk
YouTube-nyi. Tentang lagu terbaru Ras  –Salam– yang cukup mengena untuk
pasar Indonesia.

Di Salam, rasa Jawa dan Islam Ras cukup kental.
Itulah latar belakang budayanya. Yang tidak pernah luntur. Meski Ras lama
tinggal di Bronx –New York. Ia sekolah di sana. Kuliah di sana. Baik saat
ibunya masih menjadi diplomat di New York maupun sesudahnya.
Dengarlah sendiri Salam-nya.

Tentu Janine berterima kasih pada sponsornyi:
Rumah Sungai Villas. Itulah hotel villa yang ada di Ubud. Yang lokasinya di
perengan sungai yang curam. Juga di perengan terasiring persawahan.

Lokasi villa ini tidak jauh dari Taman Safari
Gajah di Ubud. Hanya 15 menit dari situ. Pemiliknya seorang profesor dari
Jamaika. Sejak lama Professor Michael Morrissey tinggal di Jakarta. Sebagai
konsultan asing. Lalu jatuh cinta pada Indonesia.

Baca Juga :  Dampingi Kapolda Tinjau Pos Penyekatan, Wabup Ungkapkan Hal Ini

Ia seorang budayawan. Ia profesor bidang
pendidikan. Ia pernah mengajar di West Indies University.

Prof Morrissey lantas mensponsori program untuk
Janine itu. Sudah banyak seniman Jamaika yang ia undang untuk program seperti
itu di Bali.

Terakhir Janine itu. Kalau saja tidak ada
Covid-19 sudah diundang yang lain lagi.

“Sebagai penyanyi dan penulis lagu saya
memanfaatkan waktu di Bali untuk mengenal alat-alat musik yang baru, seni
pentas, dan bekerja bersama dengan para seniman di sini,” kata Janine.

Di villa itu Janine tidak sengaja berkenalan
dengan alat musik ukulele. Itu milik seorang staf yang bekerja di villa.
Pemiliknya sendiri belum bisa memainkannya. Janine mulai pegang-pegang itu
ukulele. Toh dia sudah biasa pegang gitar.

Ketika memetik-metik senar ukulele itulah
muncul inspirasi lagu baru. Dia merasa ada suasana mistis di situ. Itulah lagu
yang kemudian dia gubah.

“Lagu itu seperti mengalir sendiri. Lewat
jalannya sendiri,” ujar Janine.

Hari-hari berikutnya Janine lebih banyak
menyendiri di Bale Bengong. Di komplek villa itu. Menghadap ke dinding sungai.
Dengan pohon-pohon kelapanya. Terasiring sawahnya. Gemericik air sungainya.

Begitu mistis suasana di situ. Itulah pula
judul lagu barunya: The Mystic. “Lagu ini seperti menulis lagunya sendiri
dan menemukan judulnya sendiri,” ujar Janine.

Lagu The Mystic sudah diproduksi. Di Bali.
Sudah diluncurkan secara online. Tapi
lagu itu akan dijadikan salah satu album keduanyi nanti. Yang akan diluncurkan
di Jamaika.

Janine akan pulang minggu depan. Bali telah
menjadi kampungnya yang ke-2. Siapa tahu juga keberuntungannyi.(Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru