26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pilihan Mudah

Pilihan Mudah

Betul kan?

Carlos Ghosn tidak mau bercerita
tentang kronologis pelariannya dari Jepang.

Betul juga kan?

Ia benar-benar beberkan nama-nama
direksi baru Nissan yang mengkhianatinya. Termasuk Hiroto Saikawa. CEO yang
menggantikannya –yang sebenarnya Ghosn sendiri yang minta untuk
menggantikannya.

Dan benar pula.

Di penampilan pertamanya itu
Ghosn lebih banyak membersihkan dirinya.

Lebih dua jam ia bicara di depan
sekitar 100 wartawan di Beirut, ibukota Lebanon.

Penampilan pertamanya itu
dilakukan di Balai Wartawan di Beirut. Ia masuk ke ruang itu didampingi
istrinya, Carole. Yang mengenakan baju gelap. Tidak lagi warna mencolok –hijau
kutungan kesukaannyi. You can seeSleeveless
dress
. Dengan enam atau tujuh bross warna emas di dadanyi.

Selama Ghosn bicara seorang bodyguard besar-tinggi-brewokan-gundul
berdiri di sebelahnya –lalu menjauh ke dekat pintu.

Pagi itu –sekitar jam 10 waktu
Lebanon– Beirut dilanda hujan lebat. Listrik mati. Biasa, lagi krisis listrik.
Saat saya di Beirut tahun lalu pun listrik juga mati-mati.

Balai Wartawan itu letaknya di
lantai atas. Bangunan di bawahnya untuk toko-toko. Jendela ruangan terpaksa
dibuka semua –agar tidak pengap.

Pertanyaan terbanyak dari
wartawan Anda sudah bisa menduga: benarkah ia menggunakan kereta Shinkansen
dari Tokyo ke Osaka.

Benarkah dimasukkan kotak alat
musik. Dan sekitar itu.

“Saya berdiri di sini bukan
untuk menceritakan bagaimana saya lari,” ujar Ghosn mengelak. “Saya
hanya akan berbicara mengapa saya lari,” katanya.

Tapi Ghosn sempat juga
terpancing. Ia memang dikenal murah bicara pada media. Akhirnya ia terpancing
untuk mengungkapkan perasaannya hari itu.

“Saat itu, saya diliputi
rasa grogi, tegang, gelisah, penuh harapan dan… terus terang saja mati
rasa..,” katanya sambil senyum.

Ia pun menceritakan bagaimana
sudah kehilangan kemerdekaan sebelum dinyatakan bersalah.

“Saya ditahan di sel yang
kecil. Tanpa jendela. Setiap hari hanya boleh menghirup udara di luar ruang
selama 30 menit,” tuturnya.

Bahkan, katanya, di sekitar tahun
baru 2018 lalu enam hari penuh tidak melihat orang. Ia sama sekali dilarang
keluar ruang sel. Alasannya petugas yang berjaga tidak cukup.

Wartawan pun bertanya: apakah
situasi seperti itu yang membuat ia ingin lari. Ghosn hanya tersenyum. Lalu
minta pertanyaan yang lain.

Baca Juga :  ASN Diminta Bisa Berinovasi dan Kreatif

Satu jam pertama penampilan
pertamanya itu Ghosn berbicara menggunakan slide. Itulah paparan
dokumen-dokumen perusahaan.

Tapi layarnya terlalu kecil.
Huruf-huruf di layar itu tidak terbaca oleh umumnya wartawan yang memenuhi
ruangan.

Intinya ia menolak seluruh
tuduhan. Yakni bonus yang melebihi ketentuan. Dan pelaporan bonus yang tidak
sebesar yang ia terima.

Ghosn dianggap merugikan
perusahaan Rp 130 miliar plus Rp 70 miliar. Sekitar itu.

“Kalau pun benar saya
melakukannya apakah saya harus mengalami perlakuan seperti seorang
teroris?” ujarnya.

Ia pun mengaku pemerintah Amerika
juga menuduhnya melakukan kecurangan di bidang keuangan. Ghosn dihukum:
membayar denda Rp 13 miliar. “Saya bisa menerimanya. Dan saya bayar,”
katanya.

Maka Ghosn mengulangi
pernyataannya dulu. “Saya tidak lari dari hukum. Saya lari dari
ketidakadilan,” katanya.

Wartawan pun terus mencecarnya.
Bahwa ia tetap bersalah karena melarikan diri. Ghosn dengan cerdas berkilah.
“Kalau ada orang lari dari Korea Utara atau dari Soviet di zaman komunis
dulu apakah mereka juga salah?” katanya.

Di Jepang, katanya, pemeriksa
terus mendesaknya untuk mengaku. Padahal, katanya, mestinya kan mereka mencari
bukti dulu. “Ini terus saja mau bersandar pada pengakuan saya,”
katanya.

Ghosn juga ditanya soal Greg
Kelly. Anak buahnya di Nissan dulu. Orang Amerika. Yang masih ditahan di Jepang
(DI’s Way:Uang Sulit).

Ia memuji-muji Greg. Amerika,
katanya, harus menolongnya.

Rasanya belum semua kartu dibuka
oleh Ghosn. Tuduhannya bahwa pemeriksa diperalat Nissan dan pemerintah Jepang
belum ia ungkap. Ia masih terlihat main tai chi. Belum semua jurus
dikeluarkan.

Yang Ghosn tidak bisa mengerti
adalah mengapa dirinya disingkirkan dari Nissan. Padahal ialah yang
menyelamatkan Nissan dari kebangkrutan.

Ia merasa telah dikudeta. Oleh
manajemen baru Nissan yang dulu anak buahnya.

“Coba bayangkan,”
katanya, “Penyelewengan yang dituduh kan kepada saya itu sekitar Rp 200
miliar. Tapi biaya yang yang dikeluarkan untuk mendepak saya ini Rp 2
triliun.”

Belum lagi, katanya, setelah ia
tidak di Nissan kondisi perusahaan merosot terus. Nilai kemerosotannya puluhan
triliun. Laba operasi Nissan tahun lalu hancur lebur. Turun lebih 90 persen.

Baca Juga :  CJH Kalteng Diminta Waspada Cuaca

CEO yang menggantikannya itu pun
diberhentikan. Bukan saja karena kondisi perusahaan memburuk. Juga karena
Saikawa dituduh melakukan penyelewengan keuangan. Yakni memberikan bonus
terlalu besar bagi manajemen Nissan –termasuk dirinya.

“Mengapa Saikawa tidak
ditahan seperti saya,” ujar Ghosn.

Yang kini Ghosn merasa senang
adalah jelas: bisa berkumpul kembali dengan isterinya. Pun bisa berhubungan
dengan keempat anaknya –dari istri yang dulu.

Dan yang lebih penting ia bisa
berhubungan dengan dunia luar –terutama media.

Seusai konferensi pers itu Ghosn
memberikan wawancara khusus dengan New York Time.

Lebanon memang tidak punya
hubungan diplomatik dengan Jepang. Tapi Lebanon sudah menandatangani pakta anti
korupsi dunia.

Ghosn tahu itu. Maka ia tidak
keberatan diadili. Tapi ia minta peradilan itu harus di negara yang bisa fair.
Ia pilih Lebanon.

“Jepang bisa bekerjasama
dengan Lebanon untuk tetap mengadili saya,” katanya.

Beirut adalah kampungnya –meski
ia lahir di Brasil. Bapak-ibunya asli Lebanon. Sang bapak mengirim Ghosn kecil
tumbuh di Lebanon –sebelum sekolah SMA di Prancis sampai tamat politeknik di
sana.

Yang tidak disangka-sangka
kemarin adalah: Ghosn ternyata mau melayani pertanyaan para wartawan. Sampai
satu jam lebih.

Padahal semula dikira ia hanya
bicara untuk kemudian meninggalkan ruangan.

“Kalian bisa bertanya apa
saja. Pakai bahasa apa saja. Akan saya jawab. Inggris, Perancis, Arab, pun
bahasa (wartawan tepuk tangan) Portugis,” ujar Ghosn di awal acara.

Di dunia industri mobil Ghosn
memang seperti Kaisar. Mana ada orang menjabat CEO tiga raksasa mobil dunia
sekaligus: Renault, Nissan dan Mitsubishi.

Ia pun menduga Jepang tidak suka
atas dominasi Prancis di perusahaan Jepang.

Sang Kaisar baru saja
terjerembab. Ia lagi melakukan perjuangan keluar dari kubangan. Dengan penuh
risiko. Penuh drama.

Mengapa risiko itu ia tempuh?

“Pilihannya mudah,”
katanya. “Anda harus mati di Jepang atau melarikan diri,” tambahnya.

Tapi tidak semua orang bisa
seperti ia. Keadilan hukum ternyata bisa diperoleh melalui ketidak adilan
ekonomi.(Dahlan Iskan)

 

Pilihan Mudah

Betul kan?

Carlos Ghosn tidak mau bercerita
tentang kronologis pelariannya dari Jepang.

Betul juga kan?

Ia benar-benar beberkan nama-nama
direksi baru Nissan yang mengkhianatinya. Termasuk Hiroto Saikawa. CEO yang
menggantikannya –yang sebenarnya Ghosn sendiri yang minta untuk
menggantikannya.

Dan benar pula.

Di penampilan pertamanya itu
Ghosn lebih banyak membersihkan dirinya.

Lebih dua jam ia bicara di depan
sekitar 100 wartawan di Beirut, ibukota Lebanon.

Penampilan pertamanya itu
dilakukan di Balai Wartawan di Beirut. Ia masuk ke ruang itu didampingi
istrinya, Carole. Yang mengenakan baju gelap. Tidak lagi warna mencolok –hijau
kutungan kesukaannyi. You can seeSleeveless
dress
. Dengan enam atau tujuh bross warna emas di dadanyi.

Selama Ghosn bicara seorang bodyguard besar-tinggi-brewokan-gundul
berdiri di sebelahnya –lalu menjauh ke dekat pintu.

Pagi itu –sekitar jam 10 waktu
Lebanon– Beirut dilanda hujan lebat. Listrik mati. Biasa, lagi krisis listrik.
Saat saya di Beirut tahun lalu pun listrik juga mati-mati.

Balai Wartawan itu letaknya di
lantai atas. Bangunan di bawahnya untuk toko-toko. Jendela ruangan terpaksa
dibuka semua –agar tidak pengap.

Pertanyaan terbanyak dari
wartawan Anda sudah bisa menduga: benarkah ia menggunakan kereta Shinkansen
dari Tokyo ke Osaka.

Benarkah dimasukkan kotak alat
musik. Dan sekitar itu.

“Saya berdiri di sini bukan
untuk menceritakan bagaimana saya lari,” ujar Ghosn mengelak. “Saya
hanya akan berbicara mengapa saya lari,” katanya.

Tapi Ghosn sempat juga
terpancing. Ia memang dikenal murah bicara pada media. Akhirnya ia terpancing
untuk mengungkapkan perasaannya hari itu.

“Saat itu, saya diliputi
rasa grogi, tegang, gelisah, penuh harapan dan… terus terang saja mati
rasa..,” katanya sambil senyum.

Ia pun menceritakan bagaimana
sudah kehilangan kemerdekaan sebelum dinyatakan bersalah.

“Saya ditahan di sel yang
kecil. Tanpa jendela. Setiap hari hanya boleh menghirup udara di luar ruang
selama 30 menit,” tuturnya.

Bahkan, katanya, di sekitar tahun
baru 2018 lalu enam hari penuh tidak melihat orang. Ia sama sekali dilarang
keluar ruang sel. Alasannya petugas yang berjaga tidak cukup.

Wartawan pun bertanya: apakah
situasi seperti itu yang membuat ia ingin lari. Ghosn hanya tersenyum. Lalu
minta pertanyaan yang lain.

Baca Juga :  ASN Diminta Bisa Berinovasi dan Kreatif

Satu jam pertama penampilan
pertamanya itu Ghosn berbicara menggunakan slide. Itulah paparan
dokumen-dokumen perusahaan.

Tapi layarnya terlalu kecil.
Huruf-huruf di layar itu tidak terbaca oleh umumnya wartawan yang memenuhi
ruangan.

Intinya ia menolak seluruh
tuduhan. Yakni bonus yang melebihi ketentuan. Dan pelaporan bonus yang tidak
sebesar yang ia terima.

Ghosn dianggap merugikan
perusahaan Rp 130 miliar plus Rp 70 miliar. Sekitar itu.

“Kalau pun benar saya
melakukannya apakah saya harus mengalami perlakuan seperti seorang
teroris?” ujarnya.

Ia pun mengaku pemerintah Amerika
juga menuduhnya melakukan kecurangan di bidang keuangan. Ghosn dihukum:
membayar denda Rp 13 miliar. “Saya bisa menerimanya. Dan saya bayar,”
katanya.

Maka Ghosn mengulangi
pernyataannya dulu. “Saya tidak lari dari hukum. Saya lari dari
ketidakadilan,” katanya.

Wartawan pun terus mencecarnya.
Bahwa ia tetap bersalah karena melarikan diri. Ghosn dengan cerdas berkilah.
“Kalau ada orang lari dari Korea Utara atau dari Soviet di zaman komunis
dulu apakah mereka juga salah?” katanya.

Di Jepang, katanya, pemeriksa
terus mendesaknya untuk mengaku. Padahal, katanya, mestinya kan mereka mencari
bukti dulu. “Ini terus saja mau bersandar pada pengakuan saya,”
katanya.

Ghosn juga ditanya soal Greg
Kelly. Anak buahnya di Nissan dulu. Orang Amerika. Yang masih ditahan di Jepang
(DI’s Way:Uang Sulit).

Ia memuji-muji Greg. Amerika,
katanya, harus menolongnya.

Rasanya belum semua kartu dibuka
oleh Ghosn. Tuduhannya bahwa pemeriksa diperalat Nissan dan pemerintah Jepang
belum ia ungkap. Ia masih terlihat main tai chi. Belum semua jurus
dikeluarkan.

Yang Ghosn tidak bisa mengerti
adalah mengapa dirinya disingkirkan dari Nissan. Padahal ialah yang
menyelamatkan Nissan dari kebangkrutan.

Ia merasa telah dikudeta. Oleh
manajemen baru Nissan yang dulu anak buahnya.

“Coba bayangkan,”
katanya, “Penyelewengan yang dituduh kan kepada saya itu sekitar Rp 200
miliar. Tapi biaya yang yang dikeluarkan untuk mendepak saya ini Rp 2
triliun.”

Belum lagi, katanya, setelah ia
tidak di Nissan kondisi perusahaan merosot terus. Nilai kemerosotannya puluhan
triliun. Laba operasi Nissan tahun lalu hancur lebur. Turun lebih 90 persen.

Baca Juga :  CJH Kalteng Diminta Waspada Cuaca

CEO yang menggantikannya itu pun
diberhentikan. Bukan saja karena kondisi perusahaan memburuk. Juga karena
Saikawa dituduh melakukan penyelewengan keuangan. Yakni memberikan bonus
terlalu besar bagi manajemen Nissan –termasuk dirinya.

“Mengapa Saikawa tidak
ditahan seperti saya,” ujar Ghosn.

Yang kini Ghosn merasa senang
adalah jelas: bisa berkumpul kembali dengan isterinya. Pun bisa berhubungan
dengan keempat anaknya –dari istri yang dulu.

Dan yang lebih penting ia bisa
berhubungan dengan dunia luar –terutama media.

Seusai konferensi pers itu Ghosn
memberikan wawancara khusus dengan New York Time.

Lebanon memang tidak punya
hubungan diplomatik dengan Jepang. Tapi Lebanon sudah menandatangani pakta anti
korupsi dunia.

Ghosn tahu itu. Maka ia tidak
keberatan diadili. Tapi ia minta peradilan itu harus di negara yang bisa fair.
Ia pilih Lebanon.

“Jepang bisa bekerjasama
dengan Lebanon untuk tetap mengadili saya,” katanya.

Beirut adalah kampungnya –meski
ia lahir di Brasil. Bapak-ibunya asli Lebanon. Sang bapak mengirim Ghosn kecil
tumbuh di Lebanon –sebelum sekolah SMA di Prancis sampai tamat politeknik di
sana.

Yang tidak disangka-sangka
kemarin adalah: Ghosn ternyata mau melayani pertanyaan para wartawan. Sampai
satu jam lebih.

Padahal semula dikira ia hanya
bicara untuk kemudian meninggalkan ruangan.

“Kalian bisa bertanya apa
saja. Pakai bahasa apa saja. Akan saya jawab. Inggris, Perancis, Arab, pun
bahasa (wartawan tepuk tangan) Portugis,” ujar Ghosn di awal acara.

Di dunia industri mobil Ghosn
memang seperti Kaisar. Mana ada orang menjabat CEO tiga raksasa mobil dunia
sekaligus: Renault, Nissan dan Mitsubishi.

Ia pun menduga Jepang tidak suka
atas dominasi Prancis di perusahaan Jepang.

Sang Kaisar baru saja
terjerembab. Ia lagi melakukan perjuangan keluar dari kubangan. Dengan penuh
risiko. Penuh drama.

Mengapa risiko itu ia tempuh?

“Pilihannya mudah,”
katanya. “Anda harus mati di Jepang atau melarikan diri,” tambahnya.

Tapi tidak semua orang bisa
seperti ia. Keadilan hukum ternyata bisa diperoleh melalui ketidak adilan
ekonomi.(Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru