28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Uang Sulit

Greg Kelly lebih menyesal dari Carlos Ghosn. Greg
sebenarnya sudah tidak mau balik ke Jepang.

Toh
orang Amerika ini sudah diberhentikan dari direksi Nissan –bersamaan dengan
berhentinya Ghosn sebagai CEO-nya.

Tapi
direksi baru Nissan masih memanggil Greg. Untuk rapat terakhir direksi baru
dengan direksi lama.

Greg
menjawab: tidak bisa hadir. Alasannya, ia lagi sakit. Lehernya bermasalah.
Perlu segera menjalani operasi saraf leher.

Greg
mengatakan tidak kuat untuk terbang jauh. Sakit lehernya bisa semakin parah.

Direksi
baru Nissan merayunya terus. Bahkan menyediakan pesawat carter untuk
Amerika-Tokyo.

Greg
pun berangkat ke Tokyo.

Setiba
di bandara ia ditangkap.

Persis
seperti Ghosn. Yang semula juga tidak mau ke Jepang. Hanya karena merasa tidak
bersalah Ghosn terbang juga ke Tokyo.

Dengan
pesawat carter.

Sampai
di bandara Tokyo Ghosn ditangkap.

Kini
Ghosn sudah di Lebanon. Tinggal Greg yang masih di Tokyo –menghadapi sidang
pengadilan. Entah bisa dimulai kapan.

Greg
sempat ditahan satu bulan. Statusnya kini tahanan rumah –dengan ketentuan
tidak seketat Ghosn.

Tapi
sakit lehernya tidak sembuh. Akhirnya Greg, 62 tahun, menjalani operasi
leher  di Tokyo –dalam status tahanan.

Istri
Greg yang harus bolak-balik Amerika-Jepang. Sang isteri, Donna, menjadi punya
dua tanggungan: suaminya ditahan di Jepang dan putrinya lagi hamil tua.

Setelah
sang putri melahirkan, Dee –panggilan Donna– ambil putusan: sekolah bahasa
Jepang di Tokyo.

Dee
ingin bisa lebih memahami kasus suaminya –dalam bahasa Jepang. Juga agar bisa
mendapat visa belajar. Dengan visa itu Dee bisa tinggal di Jepang selama
setahun. Untuk terus mendampingi suaminya.

Greg
tentu tidak sekaya Ghosn. Yang bisa menyewa jasa security untuk
melarikan diri.

Maka
muncullah humor elit.

“Lain
kali eksekutif asing yang bekerja di Jepang harus punya asuransi untuk biaya
melarikan diri,” gurau kalangan eksekutif di sana.

Ghosn
dan Greg bukan satu-satunya konflik eksekutif asing di Jepang. Sudah banyak
terjadi ketidakharmonisan antara eksekutif asing dan eksekutif lokal.

Eksekutif
lokal biasanya iri atas bayaran rekan mereka dari Barat. Padahal yang bekerja
ya mereka-mereka yang lokal itu.

Baca Juga :  Ancaman Resesi-Masalah Serapan Anggaran

Bayaran
mereka terlalu tinggi,” kata mereka.

Apalagi
bonus untuk orang seperti Ghosn. Atau Greg.

Mereka
mengakui Nissan memang selamat di masa kepemimpinan Ghosn. Tapi terlalu mahal
bayarannya.

Rasanya
yang seperti itu juga terjadi di Indonesia.

Dengan
larinya Ghosn nasib Greg menjadi tidak menentu. Bisa jadi sidangnya tertunda
lebih lama lagi.

Untuk
ikut melarikan diri juga sudah kian sulit. Penjagaan keamanan di bandara
sudah  diketatkan.

Para
pembeli kotak alat musik mungkin juga akan ditanya: untuk melarikan siapa lagi.

Dan
lagi apakah masih ada penjual jasa keamanan yang lebih Rambo dari yang disewa
Ghosn itu: Mike Tylor.

Mungkin
saja masih banyak pensiunan pasukan elit Baret Hijau yang lebih hebat dari
Tylor. Tapi ‘sukses jarang bisa diulang untuk pekerjaan yang sama oleh orang
yang berbeda di waktu yang berbeda’.

Tylor
sendiri pernah sampai masuk penjara –sebagai risiko pekerjaannya itu. Yakni
saat Tylor dituduh menyogok –mengembalikan sebagian bayarannya ke pemberi
order sebagai cash back.

Tylor
mengaku. Di Amerika hukuman untuk yang langsung mengaku bisa lebih ringan.

Ia
dijatuhi hukuman 24 bulan –cukup dijalaninya 14 bulan.

Kapasitas
keberanian Tylor khas pasukan Baret Hijau: berani diterjunkan ke medan seperti
apa pun. Termasuk diterjunkan dengan payung di depan tentara musuh.

Tylor
pernah dianggap pahlawan Amerika ketika menyelamatkan orang Amerika yang
disekap di Lebanon.

Perkenalannya
dengan Lebanon terjadi di tahun 1982 –saat terjadi perang besar di sana.
Kelompok Kristen, Islam, Israel, Syiria saling bertempur.

Setelah
pensiun Tylor kembali ke Lebanon. Orang yang pernah ke Lebanon pasti ingin
balik ke sana.

Mulailah
Tylor mencari penghasilan sendiri. Dengan cara melatih pasukan-pasukan sipil
bersenjata. Yang menyewanya adalah kelompok milisi Kristen.

Saat
itulah Tylor kecantol wanita Lebanon –yang ‘i’ nya banyak sekali. Lalu Tylor
punya bisnis penyelamatan. Terutama untuk menculik mereka yang diculik.

Lebanon,
dengan situasi keamanan paling parah di kawasan itu, adalah lahan bisnis jasa
paling baik bagi Tylor.

Baca Juga :  IJTI Kalteng Gelar Workshop Bijak Bermedia Sosial

Jadi,
Tylor adalah Lebanon. Lebanon adalah Tylor.

Bahwa
Ghosn kemudian menyewanya, apa lagi yang tidak bisa.

Tapi
Tylor tidak bisa sendirian. Media di Turki mulai mengungkap peran pensiunan
pasukan elit Inggris. Namanya: Mike Douglas.

Douglas
memulai bisnis security-nya di tahun 2003. Di daerah perang yang lain: Irak.
Itulah tahun ketika Amerika menyerang Irak.

Awalnya
sulit tapi akhirnya Douglas sukses. Ia menjadi salah satu kontraktor utama di
Irak. Ia dipercaya oleh Amerika.

Motto
perusahaannya jelas dan tegas: “doing difficult job in difficult
places”.

Pihak
keamanan Turki mengungkap bahwa MNG-Jet pernah menerima pembayaran uang muka.
Nilainya Rp 2,5 miliar. MNG-Jet adalah perusahaan persewaan jet di Turki.

Waktunya
sama dengan tanggal pelarian Ghosn. Yakni sehari sebelum 30 Desember 2019.

Rute
pesawat yang disewa juga cocok: Dubai-Osaka-Istanbul.

Hanya
saja yang mentransfer uang sewa adalah perusahaan Dubai. Nama perusahaannya: Al
Nitaq Al Akhdhar.

Waktu
mentransfer dana itu Al Nitaq memberi catatan: untuk General Trade Limited.

Yang
disebut terakhir itulah yang terkait dengan Douglas. Bisnis utama Douglas
adalah logistik. Menggunakan bendera SKA International.

Douglas
mengelak. Kepada media di Inggris Douglas mengatakan usahanya memang di bidang
cargo. Pembayaran itu ada untuk urusan bisnis yang lain. Ia punya bisnis
sepanjang waktu dengan MNG-Jet.

“Nama
kami telah dipakai dan dirusak,” kata Douglas pada koran terkemuka Inggris
Financial Times. “Kami tidak pernah menyewa pesawat,” tambahnya.

Pihak
keamanan Turki tidak mau kalah. Mereka mengatakan sudah mengecek dengan teliti.
“Tidak pernah ada bisnis antara SKA International dengan MNG-Jet,”
tulis media di sana. “Yang ada hanya pembelian bahan bakar. Itu pun hanya
dua kali. Tahun 2009 dan 2014. Dan nilainya kecil sekali.”

Mike
Tylor dan Greg Kelly tampaknya pasangan pasukan elit yang tangguh. Yang
sama-sama bisa memanfaatkan kemampuan tempurnya di lahan bisnis.

Ternyata
banyak juga uang di pekerjaan sulit di tempat sulit.(Dahlan Iskan)

 

Greg Kelly lebih menyesal dari Carlos Ghosn. Greg
sebenarnya sudah tidak mau balik ke Jepang.

Toh
orang Amerika ini sudah diberhentikan dari direksi Nissan –bersamaan dengan
berhentinya Ghosn sebagai CEO-nya.

Tapi
direksi baru Nissan masih memanggil Greg. Untuk rapat terakhir direksi baru
dengan direksi lama.

Greg
menjawab: tidak bisa hadir. Alasannya, ia lagi sakit. Lehernya bermasalah.
Perlu segera menjalani operasi saraf leher.

Greg
mengatakan tidak kuat untuk terbang jauh. Sakit lehernya bisa semakin parah.

Direksi
baru Nissan merayunya terus. Bahkan menyediakan pesawat carter untuk
Amerika-Tokyo.

Greg
pun berangkat ke Tokyo.

Setiba
di bandara ia ditangkap.

Persis
seperti Ghosn. Yang semula juga tidak mau ke Jepang. Hanya karena merasa tidak
bersalah Ghosn terbang juga ke Tokyo.

Dengan
pesawat carter.

Sampai
di bandara Tokyo Ghosn ditangkap.

Kini
Ghosn sudah di Lebanon. Tinggal Greg yang masih di Tokyo –menghadapi sidang
pengadilan. Entah bisa dimulai kapan.

Greg
sempat ditahan satu bulan. Statusnya kini tahanan rumah –dengan ketentuan
tidak seketat Ghosn.

Tapi
sakit lehernya tidak sembuh. Akhirnya Greg, 62 tahun, menjalani operasi
leher  di Tokyo –dalam status tahanan.

Istri
Greg yang harus bolak-balik Amerika-Jepang. Sang isteri, Donna, menjadi punya
dua tanggungan: suaminya ditahan di Jepang dan putrinya lagi hamil tua.

Setelah
sang putri melahirkan, Dee –panggilan Donna– ambil putusan: sekolah bahasa
Jepang di Tokyo.

Dee
ingin bisa lebih memahami kasus suaminya –dalam bahasa Jepang. Juga agar bisa
mendapat visa belajar. Dengan visa itu Dee bisa tinggal di Jepang selama
setahun. Untuk terus mendampingi suaminya.

Greg
tentu tidak sekaya Ghosn. Yang bisa menyewa jasa security untuk
melarikan diri.

Maka
muncullah humor elit.

“Lain
kali eksekutif asing yang bekerja di Jepang harus punya asuransi untuk biaya
melarikan diri,” gurau kalangan eksekutif di sana.

Ghosn
dan Greg bukan satu-satunya konflik eksekutif asing di Jepang. Sudah banyak
terjadi ketidakharmonisan antara eksekutif asing dan eksekutif lokal.

Eksekutif
lokal biasanya iri atas bayaran rekan mereka dari Barat. Padahal yang bekerja
ya mereka-mereka yang lokal itu.

Baca Juga :  Ancaman Resesi-Masalah Serapan Anggaran

Bayaran
mereka terlalu tinggi,” kata mereka.

Apalagi
bonus untuk orang seperti Ghosn. Atau Greg.

Mereka
mengakui Nissan memang selamat di masa kepemimpinan Ghosn. Tapi terlalu mahal
bayarannya.

Rasanya
yang seperti itu juga terjadi di Indonesia.

Dengan
larinya Ghosn nasib Greg menjadi tidak menentu. Bisa jadi sidangnya tertunda
lebih lama lagi.

Untuk
ikut melarikan diri juga sudah kian sulit. Penjagaan keamanan di bandara
sudah  diketatkan.

Para
pembeli kotak alat musik mungkin juga akan ditanya: untuk melarikan siapa lagi.

Dan
lagi apakah masih ada penjual jasa keamanan yang lebih Rambo dari yang disewa
Ghosn itu: Mike Tylor.

Mungkin
saja masih banyak pensiunan pasukan elit Baret Hijau yang lebih hebat dari
Tylor. Tapi ‘sukses jarang bisa diulang untuk pekerjaan yang sama oleh orang
yang berbeda di waktu yang berbeda’.

Tylor
sendiri pernah sampai masuk penjara –sebagai risiko pekerjaannya itu. Yakni
saat Tylor dituduh menyogok –mengembalikan sebagian bayarannya ke pemberi
order sebagai cash back.

Tylor
mengaku. Di Amerika hukuman untuk yang langsung mengaku bisa lebih ringan.

Ia
dijatuhi hukuman 24 bulan –cukup dijalaninya 14 bulan.

Kapasitas
keberanian Tylor khas pasukan Baret Hijau: berani diterjunkan ke medan seperti
apa pun. Termasuk diterjunkan dengan payung di depan tentara musuh.

Tylor
pernah dianggap pahlawan Amerika ketika menyelamatkan orang Amerika yang
disekap di Lebanon.

Perkenalannya
dengan Lebanon terjadi di tahun 1982 –saat terjadi perang besar di sana.
Kelompok Kristen, Islam, Israel, Syiria saling bertempur.

Setelah
pensiun Tylor kembali ke Lebanon. Orang yang pernah ke Lebanon pasti ingin
balik ke sana.

Mulailah
Tylor mencari penghasilan sendiri. Dengan cara melatih pasukan-pasukan sipil
bersenjata. Yang menyewanya adalah kelompok milisi Kristen.

Saat
itulah Tylor kecantol wanita Lebanon –yang ‘i’ nya banyak sekali. Lalu Tylor
punya bisnis penyelamatan. Terutama untuk menculik mereka yang diculik.

Lebanon,
dengan situasi keamanan paling parah di kawasan itu, adalah lahan bisnis jasa
paling baik bagi Tylor.

Baca Juga :  IJTI Kalteng Gelar Workshop Bijak Bermedia Sosial

Jadi,
Tylor adalah Lebanon. Lebanon adalah Tylor.

Bahwa
Ghosn kemudian menyewanya, apa lagi yang tidak bisa.

Tapi
Tylor tidak bisa sendirian. Media di Turki mulai mengungkap peran pensiunan
pasukan elit Inggris. Namanya: Mike Douglas.

Douglas
memulai bisnis security-nya di tahun 2003. Di daerah perang yang lain: Irak.
Itulah tahun ketika Amerika menyerang Irak.

Awalnya
sulit tapi akhirnya Douglas sukses. Ia menjadi salah satu kontraktor utama di
Irak. Ia dipercaya oleh Amerika.

Motto
perusahaannya jelas dan tegas: “doing difficult job in difficult
places”.

Pihak
keamanan Turki mengungkap bahwa MNG-Jet pernah menerima pembayaran uang muka.
Nilainya Rp 2,5 miliar. MNG-Jet adalah perusahaan persewaan jet di Turki.

Waktunya
sama dengan tanggal pelarian Ghosn. Yakni sehari sebelum 30 Desember 2019.

Rute
pesawat yang disewa juga cocok: Dubai-Osaka-Istanbul.

Hanya
saja yang mentransfer uang sewa adalah perusahaan Dubai. Nama perusahaannya: Al
Nitaq Al Akhdhar.

Waktu
mentransfer dana itu Al Nitaq memberi catatan: untuk General Trade Limited.

Yang
disebut terakhir itulah yang terkait dengan Douglas. Bisnis utama Douglas
adalah logistik. Menggunakan bendera SKA International.

Douglas
mengelak. Kepada media di Inggris Douglas mengatakan usahanya memang di bidang
cargo. Pembayaran itu ada untuk urusan bisnis yang lain. Ia punya bisnis
sepanjang waktu dengan MNG-Jet.

“Nama
kami telah dipakai dan dirusak,” kata Douglas pada koran terkemuka Inggris
Financial Times. “Kami tidak pernah menyewa pesawat,” tambahnya.

Pihak
keamanan Turki tidak mau kalah. Mereka mengatakan sudah mengecek dengan teliti.
“Tidak pernah ada bisnis antara SKA International dengan MNG-Jet,”
tulis media di sana. “Yang ada hanya pembelian bahan bakar. Itu pun hanya
dua kali. Tahun 2009 dan 2014. Dan nilainya kecil sekali.”

Mike
Tylor dan Greg Kelly tampaknya pasangan pasukan elit yang tangguh. Yang
sama-sama bisa memanfaatkan kemampuan tempurnya di lahan bisnis.

Ternyata
banyak juga uang di pekerjaan sulit di tempat sulit.(Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru