Site icon Prokalteng

Pacu Prestasi Akademik Buah Hati

pacu-prestasi-akademik-buah-hati

KEJADIAN seorang siswa
dimarahi ibunya karena mendapat ranking tiga begitu viral di media sosial. Sang
anak menangis karena sang ibu marah besar. Menurutnya, nilai-nilai anaknya
selalu bagus dan setiap ujian pasti yang pertama kali duluan menyelesaikan.
Kemudian, membandingkan dengan siswa yang mendapat ranking pertama dan kedua.

Psikolog Verty Sari Pusparini,
M.Psi mengatakan marah bukan solusi yang membuat anak akan belajar dengan baik.
Justru sebaliknya, berdampak buruk  karena membuat anak semakin enggan
belajar karena tidak fokus.”Anak juga bisa merasa trauma dan tidak berharga.
Trust issue sehingga anak tidak percaya pada orang lain terutama dengan orang
tua. Bahkan, bisa menyebabkan gangguan mental lainnya,” katanya.

Menurut Verty, orang tua
memarahi anak karena tak bisa mengelola emosi. Dia tak paham karakter anak dan
memaksanya berprestasi tanpa melihat minat bakat buah hatinya.

“Atau ada ambisi tidak
tercapai yang dipaksakan kepada anak untuk mencapainya,” ujar Verty.Verty
menyarankan orang tua tak membuat target pribadi.

“Karena sesungguhnya yang
belajar adalah anak. Baik ibu maupun ayah perlu hadir sebagai motivator,”
ungkapnya.

Psikolog di Sekolah Pelita
Cemerlang ini menyatakan orang tua harus menjadi konselor dan pelindung bagi
anak. Ayah dan ibu juga perlu saling mengingatkan, jika salah satu sudah
berlebihan marahnya

Psikolog dan Founder Borneo
Parenting Club menjelaskan banyak penelitian dalam jurnal psikologi pendidikan
yang menekankan pentingnya kehadiran dan dukungan orang tua dalam memicu
akademik anak. Salah satunya dengan melakukan stimulasi sejak dini dari dalam
perut.

“Stimulasi dilakukan hingga
masa tumbuh kembang menjadi faktor penentu inteligensi anak,” tutur Verty.

Sebab, kata Verty, kecerdasan
dan kedekatan anak dengan orang tua bisa dimulai sejak dalam kandungan. Asupan
gizi juga sangat memengaruhi kecerdasan anak. Penelitian dalam jurnal
pendidikan menyebutkan keterlibatan ayah dalam membesarkan anak justru bisa
membantu meningkatkan beberapa kemampuan utama dalam kehidupan anak seperti fungsi
kognitif.

“Kemudian hubungan dan
perilaku anak di lingkungan sosial, hingga kesehatan mental dan fisiknya,”
tuturnya.

Psikolog di Aplikasi Halodoc
ini menambahkan menghadapi generasi milenial yang rentan bored, lonely, angry,
stress and tired (BLAST) tidak bisa dengan emosi atau menyalahkan. Sebaliknya,
orang tua diharapkan dapat berkomunikasi.

“Serta, menemukan penyebab
permasalahan dan bersama-sama membantu anak menemukan potensi belajarnya,”
pungkasnya.(ghe/ila)

 

Exit mobile version