mata boleh terbuka kendati lelap dalam tidur
kata-kata boleh berlepasan tanpa batasan
asalkan masih tertahan di dalam benak
kau boleh jatuh cinta untuk kedua kali
bahkan keseribu kali, tetapi masih kepada kekasih
yang setia menemanimu semata
berkenalan dengan diri sendiri
ternyata lebih susah ketimbang
melakukan pendekatan dengan orang asing
terlalu lama sebagai diri
lama sekali bukan sebagai diri
lalu harus berjumpa lagi dengan diri sendiri
seperti karib yang lama tak bercengkerama
ternyata bukan hal yang mudah
terlebih saat diri telah berubah bentuk
entah semakin keras atau lunak
menuju dewasa atau kembali kanak
tak ada bahasa yang lebih mewakili
selain getar bibir dan mata merah
yang kadang berlinang-linang
kaki boleh mengentakkan langkah
sejauh ujung daratan. tangan bisa
menjangkau apa pun yang menjadi hasrat
untuk diraih. namun bila jiwa lama abai
dan tersungkur di tepi risau, sesungguhnya
tujuanmu masih jauh
mata boleh terpejam, tetapi sedianya
tak pernah berhenti memandang diri sendiri
demikianlah surat ini kutulis
untuk diriku sendiri yang sekian lama
kurindukan.
______________
Ganding Pustaka, 2020
(RAEDU BASHA. Kelahiran Sumenep,
3 Juni 1988. Buku-buku puisinya, Hadrah Kiai (2017), Matapangara (2014), dan
buku-buku etnografi, Sastrawan Santri: Etnografi Sastra Pesantren (2020) serta
Ya’ahowu: Etnografi tentang Nias (2018). Saat ini mengabdi ketua yayasan di
Pondok Pesantren Darussalam Billapora, Sumenep, Madura)