Di salah satu barak di Kompleks Flamboyan Bawah, tampak didiami
tiga orang bersaudara. Barak berbahan kayu dengan kondisi lantai yang sudah
bolong dan rapuh, berdinding triplek yang sudah bolong-bolong itu dihuni Dilah
Saputra (15) dan kedua adiknya Nur Aida (Ida) dan Muhammad Ramadani
(Adan). Sementara sepeninggal kedua orangtuanya, Dilah harus menghidupi kedua
adiknya.
—————————————-
MELIHAT kehidupan Dilah dan kedua adiknya membuat cukup
trenyuh. “Ibu meninggal tahun 2016 dan ayah meninggal tahun 2018. Barak
ini sewa per bulannya sekitar 300 ribu,” kata Dilah sambil menunduk.
Dilah mengatakan, dirinya dan ketiga adiknya sangat senang
jika ada tetangga mereka yang menggelar acara, karena mereka akan menumpang
makan gratis. Untuk makan sehari-hari, Dilah akan memasak nasi. Tetapi untuk
lauknya terkadang dikasih dari tetangganya yang kebetulan masih ada ikatan
keluarga.
Dilah terpaksa putus sekolah, dikarenakan menunggu ayahnya
yang sedang sakit-sakitan kala itu di rumah sakit selama sebulan tanpa
pemberitahuan ke pihak sekolah. Kemudian, saat ia pergi ke sekolah lalu
dipanggil oleh gurunya dan mengatakan bahwa ia dikeluarkan dari sekolah.
“Waktu itu saya kelas 5 SD. Saya tidak sempat mau
minta izin ke sekolah, saya juga bingung memikirkan ayah saya yang sedang sakit
waktu itu. Sebenarnya saya pengen sekolah lagi tapi tidak punya biaya, lagian
rapor saya juga sudah dirobek sama Adan,” katanya sambil menatap adik bungsunya.
Kemudian, setelah beberapa saat setelah ayahnya meninggal
di tahun 2018, Dilah pun berpikir cara mencari nafkah. Lalu ia pun bekerja di
daerah Jalan Rajawali dan mendapat gaji 500rb per bulan. Dilah pergi bekerja
menggunakan angkutan umum bersama adik bungsunya. Tetapi, sekarang Dilah sudah
berhenti berkerja. Karena tidak ada yang menjaga adik bungsunya yakni Adan.
“Biasanya saya bawa kerja, tapi karena dia nakal kan
oleh masih kecil, makanya saya tidak kerja lagi,” ucap Dilah seraya
menatap adik bungsunya lagi yang kala
itu sedang merengek minta dibelikan kembang api.
Jika adik bungsunya meminta uang untuk jajan urai Dilah,
biasanya ia diamkan saja. Karena ia tak punya uang untuk diberi. Bahkan adik
perempuannya yang bernama Ida sekolah tanpa uang jajan. Padahal Ida mesti ke
sekolah dengan jalan kaki di bawah teriknya matahari.
“Adik yang perempuan sekolah di SDN 07 Langkai kelas 3
SD. Karena tidak punya uang ya tidak ada uang jajan, yang penting paginya Ida
sarapan di rumah,” tutur Dilah.
Dilah menceritakan bahwa Adan, adik bungsunya yang berusia
5 tahun sering mencari ibunya jika malam tiba. Memang jika siang Adan asyik
bermain saja. Tetapi pas malam saat terbangun dari tidurnya terkadang Adan
menangis, hingga membuat tetangga mereka risih dan marah-marah. Adan juga
sering menangis mencari ayah mereka dan terkadang ia mengigau.
“Memang ditinggal
ibu sudah lumayan lama, tapi Adan masih cari ibu terkadang. Apalagi setelah
ditinggal ayah, tidak ada yang nenangin Adan. Adan juga kadang nyari ayah, aku
sama Ida selalu berusaha nenangin Adan biasanya, tapi agak susah,”
ucapnya. (atm/OL)