33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Membersihkan Kota Palangka Raya dari Hal-Hal Buruk

Berbagai macam cara
setiap orang memperingati pergantian tahun. Mulai dari kegiatan pemerintahan,
keagamaan hingga budaya. Seperti agenda tahunan yang dilaksanakan dengan tujuan
membersihkan kota dari berbagai hal buruk.

 

ANISA
B WAHDAH, Palangka Raya

 

HUMA Betang
Hapakat yang beralamatkan di Jalan RTA Milono sejak pagi ramai dikunjungi. Dari
masyarakat, Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya hingga para rohaniawan
Kaharingan. Kedatangannya dalam rangka melaksanakan rangkaian memperingati
pergantian tahun 2019 ke 2020.

Mamapas lewu maarak
sahur palus manggantung sahur lewu. Merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan
di Huma Betang Hapakat sekaligus Kantor Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng.
Dilaksanakan langsung oleh para rohaniawan Kaharingan, basir.

Mamapas lewu yakni
membersihkan Kota Palangka Raya dari pengaruh-pengaruh atau perbuatan jahat,
baik yang dilakukan manusia maupun roh-roh jahat terhadap kehidupan masyarakat
Kota Cantik ini

Sedangkan, maarak sahur
sebagai ungkapan syukur kepada yang maha kuasa dan manggantung sahur lewu
merupakan wujud permohonan kepada yang maha kuasa agar Kota Palangka Raya
selalu dijaga dan dilindungi dari hal-hal yang tidak baik yang dilakukan oleh
manusia maupun oleh roh jahat.

Baca Juga :  Dibantu Gubernur Kalteng, Menangis Ingin Ucapkan Terima Kasih

Upacara sakral yang
dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut ini menjadikan alam sebagai tempat
hidup manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tujuannya, sebagai tempat
yang hidup makmur dan bahagia.

Untuk itu, sebagai
bentuk syukur kepada Tuhan, perlu ditanamkan kepala kerbau dan sapi, sebagai
wujud perjanjian bahwa alam tersebut tidak dirusak dengan sembarangan tetapi
digunakan sebaik-baiknya. Selain itu, rangakaian upacara yang dilaksanakan
membuat tata batas antara manusia dan alam agar terjaga keseimbangan dan
keselarasan di wilayah Kota Palangka Raya ini.

Basir Bokot, sebagai
rohaniawan yang memimpin jalannya ritual mengatakan, tujuan utama ritual ini
untuk membersihkan roh-roh jahat pada tahun 2019, sekaligus mengucapkan syukur
terhadap kehidupan yang telah dijalan pada 2019. Selanjutnya, sebagai
permohonan kepada roh-roh halus yang baik untuk kehidupan 2020.

“Ritual pertama
adalah balian, sebagai upacara pemanggilan roh-roh halus selanjutnya
dilaksanakan arak-arakan keliling Kota Palangka Raya, dua rangakaian ini
dilaksanakan kemarin dan tadi malam, Senin (30/12),” katanya, saat
diwawancarai sebelum melaksanakan ritual balian di Betang Hapakat, kemarin.

Tahapan kedua
dilaksanakan hari ini, Selasa (31/12) memotong hewan kurban yakni hewan kerbau.
Hari ini juga memberikan sesajen kepada roh-roh halus yang telah dipanggil
dalam balian sehari sebelumnya.

Baca Juga :  Kartini, dari Nakhoda Jadi Pendidik Pelaut

“Ketika dua hari
ritual dilaksnanakan maka pada Rabu (1/1) dan masuk pada tahun baru 2020 kami
laksanakan penutupan ritual,” jelasnya.

Ritual penutupan ini
dalam rangka mengembalikan dewa yang telah dipanggil pada ritual balian
kemarin, (senin,red). “Penutupan ini sekaligus menanam kepala kerbau yang
telah dipotong pada hari kedua ritual,” tegasnya.

Sementara itu,
Sekretaris DAD Kalteng Yulindra Dedi mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan
lantaran sebagai salah satu langkah memelihara adat dan budaya di Bumi Tambun
Bungai ini. Apalagi, tujuanya adalah membersihkan Kota Palangka Raya dari
segala hal buruk dan meminta perlindungan untuk tahun 2020.

“Upacara ma’mapas
lewu ini untuk membersihkan hal-hal buruk baik yang dilakukan manusia maupun
mahkluk halus, sekaligus wujud syukur kepada Tuhan bahwa tahun 2019 sudah
dilaksanakan dan berjalan dengan baik,” katanya saat pembukaan ritual di
Betang Hapakat, kemarin.

Dijelaskannya, kegiatan ini juga wujud kebersamaan
masyarakat Kalteng yang senantiasa menjunjung tinggi filosofi huma betang.
Mempererat kesatuan dan persatuan menjaga NKRI. (*/ala)

Berbagai macam cara
setiap orang memperingati pergantian tahun. Mulai dari kegiatan pemerintahan,
keagamaan hingga budaya. Seperti agenda tahunan yang dilaksanakan dengan tujuan
membersihkan kota dari berbagai hal buruk.

 

ANISA
B WAHDAH, Palangka Raya

 

HUMA Betang
Hapakat yang beralamatkan di Jalan RTA Milono sejak pagi ramai dikunjungi. Dari
masyarakat, Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya hingga para rohaniawan
Kaharingan. Kedatangannya dalam rangka melaksanakan rangkaian memperingati
pergantian tahun 2019 ke 2020.

Mamapas lewu maarak
sahur palus manggantung sahur lewu. Merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan
di Huma Betang Hapakat sekaligus Kantor Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng.
Dilaksanakan langsung oleh para rohaniawan Kaharingan, basir.

Mamapas lewu yakni
membersihkan Kota Palangka Raya dari pengaruh-pengaruh atau perbuatan jahat,
baik yang dilakukan manusia maupun roh-roh jahat terhadap kehidupan masyarakat
Kota Cantik ini

Sedangkan, maarak sahur
sebagai ungkapan syukur kepada yang maha kuasa dan manggantung sahur lewu
merupakan wujud permohonan kepada yang maha kuasa agar Kota Palangka Raya
selalu dijaga dan dilindungi dari hal-hal yang tidak baik yang dilakukan oleh
manusia maupun oleh roh jahat.

Baca Juga :  Dibantu Gubernur Kalteng, Menangis Ingin Ucapkan Terima Kasih

Upacara sakral yang
dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut ini menjadikan alam sebagai tempat
hidup manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tujuannya, sebagai tempat
yang hidup makmur dan bahagia.

Untuk itu, sebagai
bentuk syukur kepada Tuhan, perlu ditanamkan kepala kerbau dan sapi, sebagai
wujud perjanjian bahwa alam tersebut tidak dirusak dengan sembarangan tetapi
digunakan sebaik-baiknya. Selain itu, rangakaian upacara yang dilaksanakan
membuat tata batas antara manusia dan alam agar terjaga keseimbangan dan
keselarasan di wilayah Kota Palangka Raya ini.

Basir Bokot, sebagai
rohaniawan yang memimpin jalannya ritual mengatakan, tujuan utama ritual ini
untuk membersihkan roh-roh jahat pada tahun 2019, sekaligus mengucapkan syukur
terhadap kehidupan yang telah dijalan pada 2019. Selanjutnya, sebagai
permohonan kepada roh-roh halus yang baik untuk kehidupan 2020.

“Ritual pertama
adalah balian, sebagai upacara pemanggilan roh-roh halus selanjutnya
dilaksanakan arak-arakan keliling Kota Palangka Raya, dua rangakaian ini
dilaksanakan kemarin dan tadi malam, Senin (30/12),” katanya, saat
diwawancarai sebelum melaksanakan ritual balian di Betang Hapakat, kemarin.

Tahapan kedua
dilaksanakan hari ini, Selasa (31/12) memotong hewan kurban yakni hewan kerbau.
Hari ini juga memberikan sesajen kepada roh-roh halus yang telah dipanggil
dalam balian sehari sebelumnya.

Baca Juga :  Kartini, dari Nakhoda Jadi Pendidik Pelaut

“Ketika dua hari
ritual dilaksnanakan maka pada Rabu (1/1) dan masuk pada tahun baru 2020 kami
laksanakan penutupan ritual,” jelasnya.

Ritual penutupan ini
dalam rangka mengembalikan dewa yang telah dipanggil pada ritual balian
kemarin, (senin,red). “Penutupan ini sekaligus menanam kepala kerbau yang
telah dipotong pada hari kedua ritual,” tegasnya.

Sementara itu,
Sekretaris DAD Kalteng Yulindra Dedi mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan
lantaran sebagai salah satu langkah memelihara adat dan budaya di Bumi Tambun
Bungai ini. Apalagi, tujuanya adalah membersihkan Kota Palangka Raya dari
segala hal buruk dan meminta perlindungan untuk tahun 2020.

“Upacara ma’mapas
lewu ini untuk membersihkan hal-hal buruk baik yang dilakukan manusia maupun
mahkluk halus, sekaligus wujud syukur kepada Tuhan bahwa tahun 2019 sudah
dilaksanakan dan berjalan dengan baik,” katanya saat pembukaan ritual di
Betang Hapakat, kemarin.

Dijelaskannya, kegiatan ini juga wujud kebersamaan
masyarakat Kalteng yang senantiasa menjunjung tinggi filosofi huma betang.
Mempererat kesatuan dan persatuan menjaga NKRI. (*/ala)

Terpopuler

Artikel Terbaru