Setelah sukses membuat jutaan pasang mata
terharu lewat akting mereka di Dua Garis Biru, Angga Yunanda dan Adhisty Zara
dipasangkan lagi dalam film Mariposa. Keduanya memberi sensasi baru dalam
cerita percintaan remaja.
—
ACHA (Zara) adalah sosok hopeless romantic. Remaja 16 tahun itu
mendambakan sosok cowok tampan, cerdas, dan baik hati untuk jadi kekasihnya.
Kriteria itu ditemukan Acha dalam diri Iqbal (Angga), cowok smart, tapi dingin
dan jutek. Sayangnya, Iqbal hanya menganggap Acha pengganggu.
Dengan segala upaya, Acha mengejar Iqbal.
Mulai memberikan sarapan, minta nomor telepon, nge-chat puluhan kali, sampai menyatakan
cintanya di depan banyak orang. Iqbal mulai risih dan jengah, tapi Acha tetap
cinta.
Film yang diadaptasi dari karya novel Luluk
H.F. tersebut menawarkan cerita yang ringan namun tetap romantis dengan caranya
sendiri. Bukan tipe romantis yang membuat kita meneteskan air mata, melainkan
senyum-senyum sendiri dan gemas melihat kenaifan dan kepolosan Acha
mengekspresikan cintanya. Juga, memberi sudut pandang baru: bagaimana kalau
pihak perempuan yang agresif dan menyatakan perasaan duluan.
Selain menawarkan cerita romantis, humor
menjadi kekuatan film karya Fajar Bustomi itu. Adegan lucu yang muncul bersifat
situasional alias muncul secara tak sengaja akibat tingkah polah Acha dan
karakter lain yang masih anak SMA.
Menurut produser Chand Parwez Servia, di
samping cerita yang sweet dan lucu, drama keluarga juga menjadi unsur cerita
yang kuat. Interaksi yang hangat antara Acha dan ibunya serta konflik antara
Iqbal dan ayahnya menjadi penyeimbang agar film tak melulu soal percintaan.
Kalau soal chemistry Angga dan Zara, keduanya
kembali bikin baper sih. Mungkin berkat pengalaman main film bareng di Dua
Garis Biru. Chemistry keduanya masih kuat. Membuat penonton seolah ikut
terlibat dalam hubungan Acha dan Iqbal yang penuh liku, tawa, dan drama. â€Kami
berdua sudah nyaman satu sama lain, jadi diskusi dan akting berpasangannya
lebih mudah,†ungkap Zara ditemui Rabu (11/3) saat gala premiere Mariposa di
Epicentrum XXI.
Angga menyebut bahwa PR besar untuk dirinya
dan Zara adalah melepaskan karakter atau jenis interaksi dari film sebelumnya.
Di Mariposa, karakter yang diperankan dua pelakon muda tersebut memiliki watak,
interaksi, dan konflik berbeda. â€Image-nya harus diubah lah biar nggak kecampur
sama film lain,†lanjutnya.
Mereka berhasil melakukan itu. Jika di Dua
Garis Biru mereka bikin sedih lantaran kehamilan di luar nikah, di Mariposa
mereka bikin tertawa berkat adegan dan dialog segar nan menggemaskan ala remaja
yang jadi bucin (budak cinta).
Secara keseluruhan, meski ada beberapa adegan
atau plot yang kurang dieksplorasi, Mariposa cocok ditonton bagi yang suka
dengan romansa remaja ringan berlatar kehidupan SMA dan masa puber.