33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Istri Mulyadi Tamsir yang Hamil Muda, Ihsan dan Putri Berangkat Untuk

Mulyadi P. Tamsir baru menikah November lalu. Dia mengabari sang ayah
bahwa istrinya hamil sehari sebelum balik ke Pontianak. Di ibu kota Kalbar itu
pula, Ihsan Adhlan Hakim dan Putri Wahyuni hendak menggelar resepsi pernikahan
mereka.

—————

HANYA lewat telepon, tapi Ponijan
bisa merasakan sekali kegembiraan sang anak, Mulyadi P. Tamsir.

Mulyadi mengabarkan bahwa sang
istri sedang mengandung.

“Kami di keluarga jelas ikut
gembira mendengar kabar itu,” kata Ponijan yang sehari-hari tinggal di Sintang,
Kalimantan Barat (Kalbar), kepada Pontianak Post.

Mulyadi, ketua umum PB HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam) 2015–2017, dan Makrufatul Yeti Srianingsih menikah
pada 20 November 2020. Keesokan hari setelah mengabari sang ayah itu (9/1/2021),
bersama istri, Khasanah (mertua), dan Andi Syifa Kamila (adik angkat), Mulyadi
bermaksud balik ke Pontianak. Tiket Sriwijaya Air pun sudah di tangan.

Pada hari yang sama, Ihsan Adhlan
Hakim beserta istrinya, Putri Wahyuni, juga hendak menuju Pontianak. Hajatan
besar menanti: resepsi pernikahan mereka pada 16 Januari.

Een, sapaan Adhlan, dan Putri
sudah menikah pada 7 Maret 2020 di Pekanbaru, Riau, kampung halaman Putri.
Resepsi dalam istilah warga Pontianak pada 16 Januari nanti itu berupa ngunduh
mantu alias hajatan yang diadakan keluarga mempelai pria.

Acara tersebut berkali-kali
tertunda karena pandemi. Tapi, kali ini bisa dibilang 90 persen sudah siap. “Gedung
resepsi di Pontianak Convention Center juga sudah dipesan dan mendapat izin.
Termasuk sebagian undangan juga telah disebar,” kata Nasir, ayah Een, saat
ditemui Pontianak Post di kediamannya di kawasan Jalan Tabrani Ahmad,
Pontianak.

Baca Juga :  Kami Tidak Punya Alat Sadap, Hanya Handphone

Semula Een dan Putri direncanakan
datang pada Minggu (10/1). Sebab, baru Putri yang mendapat surat keterangan
negatif tes usap (swab) PCR. Sementara itu, Een belum dapat. Een mencari tempat
tes PCR lain hingga akhirnya dapat dan dia bisa pulang ke Pontianak lebih awal
sehari pada Sabtu (9/1).

Sesampai di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta, Jakarta, Een dan Putri mendapat informasi bahwa pesawat yang
akan mereka tumpangi delay atau ditunda keberangkatannya hingga pukul 13.20 WIB.
“Jadi, dia dari pagi sudah menunggu di bandara. Sambil menunggu itu, ternyata
masih delay lagi, sampai pukul 14.00 WIB baru naik pesawat. Pas sudah dalam
pesawat, dia menelepon adiknya minta jemput,” terang Nasir.

Sekitar pukul 16.00, setelah
salat asar, Nasir pergi ke pintu kedatangan domestik Bandara Supadio,
Pontianak. Dia bertanya kepada petugas yang berjaga mengenai kabar kedatangan
pesawat NAM Air dari Jakarta. ’’Petugas bilang, NAM Air tidak ada yang dari
Jakarta, Pak, yang ada Sriwijaya. Saya cek oh benar Sriwijaya SJ182, tiketnya
kan di-posting ke saya,” paparnya.

Dari keterangan di sana, jadwal
keberangkatan untuk pesawat tersebut ditunda. Setelah itu, berkali-kali Nasir kembali
bertanya ke petugas, tapi belum ada jawaban pasti. Sampai di bandara, mulai
berdatangan kerabat-kerabat penumpang lain yang menanyakan hal sama.

“Lalu dia (kerabat penumpang
lain) buka flight radar, sekitar lima menitan dari pesawat take off sampai ke
titik tertentu pesawat berhenti, itu yang dikatakan lost contact di situ,”
ujarnya.

Baca Juga :  Kongkow Lebih Dua Orang, Pilih Denda Rp13 Juta atau Dipenjara

Sriwijaya Air SJ182 rute
Jakarta–Pontianak, pesawat yang ditumpangi Een dan Putri serta Mulyadi, Yety,
Khasanah, dan Andi lost contact empat
menit setelah take off dari Bandara
Soekarno-Hatta. Dan, kemudian jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Kontak telepon Een sesaat sebelum
boarding, juga kontak Mulyadi dengan
sang ayah untuk mengabari istrinya tengah hamil pun, seperti jadi ’’salam
perpisahan”.

Ponijan tahu kabar duka itu dari
kawan-kawan Mulyadi di Pontianak. Nasir yang sempat berjam-jam berada dalam
kebingungan di bandara mendapat kepastian soal jatuhnya pesawat tersebut dari
maskapai.

“Saya pasrah, hanya bisa berdoa
sembari berharap mukjizat,” kata Ponijan dengan agak terbata-bata.

Sembari berusaha ikhlas, jauh di
dalam hatinya, Nasir juga tetap berdoa semoga ada keajaiban. ’’Kami hanya bisa
mendoakan semua korban, khususnya anak saya, diampuni dosanya, mendapat tempat
terbaik di sisi Allah SWT,” katanya dengan mata yang basah.

Mulyadi lahir pada 8 April 1981
di Lampung. Anak dari pasangan Ponijan dan Katimah yang berasal dari Jember,
Jawa Timur. Pada usia 4 tahun, Mulyadi dan orang tuanya pindah ke Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat.

Mulyadi belajar di Sekolah Dasar
Negeri 24 Serangas, Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Budi Luhur,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kapuas Sintang, Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Malang, dan Universitas Trisakti.

Mulyadi terpilih menjadi Ketum PB
HMI pada 5 Desember 2015 dengan perolehan 224 suara. Ia menang melawan 24
kandidat lainnya. Dia mengakhiri masa jabatannya sebagai ketua umum pada 30
Maret 2018.

Mulyadi P. Tamsir baru menikah November lalu. Dia mengabari sang ayah
bahwa istrinya hamil sehari sebelum balik ke Pontianak. Di ibu kota Kalbar itu
pula, Ihsan Adhlan Hakim dan Putri Wahyuni hendak menggelar resepsi pernikahan
mereka.

—————

HANYA lewat telepon, tapi Ponijan
bisa merasakan sekali kegembiraan sang anak, Mulyadi P. Tamsir.

Mulyadi mengabarkan bahwa sang
istri sedang mengandung.

“Kami di keluarga jelas ikut
gembira mendengar kabar itu,” kata Ponijan yang sehari-hari tinggal di Sintang,
Kalimantan Barat (Kalbar), kepada Pontianak Post.

Mulyadi, ketua umum PB HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam) 2015–2017, dan Makrufatul Yeti Srianingsih menikah
pada 20 November 2020. Keesokan hari setelah mengabari sang ayah itu (9/1/2021),
bersama istri, Khasanah (mertua), dan Andi Syifa Kamila (adik angkat), Mulyadi
bermaksud balik ke Pontianak. Tiket Sriwijaya Air pun sudah di tangan.

Pada hari yang sama, Ihsan Adhlan
Hakim beserta istrinya, Putri Wahyuni, juga hendak menuju Pontianak. Hajatan
besar menanti: resepsi pernikahan mereka pada 16 Januari.

Een, sapaan Adhlan, dan Putri
sudah menikah pada 7 Maret 2020 di Pekanbaru, Riau, kampung halaman Putri.
Resepsi dalam istilah warga Pontianak pada 16 Januari nanti itu berupa ngunduh
mantu alias hajatan yang diadakan keluarga mempelai pria.

Acara tersebut berkali-kali
tertunda karena pandemi. Tapi, kali ini bisa dibilang 90 persen sudah siap. “Gedung
resepsi di Pontianak Convention Center juga sudah dipesan dan mendapat izin.
Termasuk sebagian undangan juga telah disebar,” kata Nasir, ayah Een, saat
ditemui Pontianak Post di kediamannya di kawasan Jalan Tabrani Ahmad,
Pontianak.

Baca Juga :  Kami Tidak Punya Alat Sadap, Hanya Handphone

Semula Een dan Putri direncanakan
datang pada Minggu (10/1). Sebab, baru Putri yang mendapat surat keterangan
negatif tes usap (swab) PCR. Sementara itu, Een belum dapat. Een mencari tempat
tes PCR lain hingga akhirnya dapat dan dia bisa pulang ke Pontianak lebih awal
sehari pada Sabtu (9/1).

Sesampai di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta, Jakarta, Een dan Putri mendapat informasi bahwa pesawat yang
akan mereka tumpangi delay atau ditunda keberangkatannya hingga pukul 13.20 WIB.
“Jadi, dia dari pagi sudah menunggu di bandara. Sambil menunggu itu, ternyata
masih delay lagi, sampai pukul 14.00 WIB baru naik pesawat. Pas sudah dalam
pesawat, dia menelepon adiknya minta jemput,” terang Nasir.

Sekitar pukul 16.00, setelah
salat asar, Nasir pergi ke pintu kedatangan domestik Bandara Supadio,
Pontianak. Dia bertanya kepada petugas yang berjaga mengenai kabar kedatangan
pesawat NAM Air dari Jakarta. ’’Petugas bilang, NAM Air tidak ada yang dari
Jakarta, Pak, yang ada Sriwijaya. Saya cek oh benar Sriwijaya SJ182, tiketnya
kan di-posting ke saya,” paparnya.

Dari keterangan di sana, jadwal
keberangkatan untuk pesawat tersebut ditunda. Setelah itu, berkali-kali Nasir kembali
bertanya ke petugas, tapi belum ada jawaban pasti. Sampai di bandara, mulai
berdatangan kerabat-kerabat penumpang lain yang menanyakan hal sama.

“Lalu dia (kerabat penumpang
lain) buka flight radar, sekitar lima menitan dari pesawat take off sampai ke
titik tertentu pesawat berhenti, itu yang dikatakan lost contact di situ,”
ujarnya.

Baca Juga :  Kongkow Lebih Dua Orang, Pilih Denda Rp13 Juta atau Dipenjara

Sriwijaya Air SJ182 rute
Jakarta–Pontianak, pesawat yang ditumpangi Een dan Putri serta Mulyadi, Yety,
Khasanah, dan Andi lost contact empat
menit setelah take off dari Bandara
Soekarno-Hatta. Dan, kemudian jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Kontak telepon Een sesaat sebelum
boarding, juga kontak Mulyadi dengan
sang ayah untuk mengabari istrinya tengah hamil pun, seperti jadi ’’salam
perpisahan”.

Ponijan tahu kabar duka itu dari
kawan-kawan Mulyadi di Pontianak. Nasir yang sempat berjam-jam berada dalam
kebingungan di bandara mendapat kepastian soal jatuhnya pesawat tersebut dari
maskapai.

“Saya pasrah, hanya bisa berdoa
sembari berharap mukjizat,” kata Ponijan dengan agak terbata-bata.

Sembari berusaha ikhlas, jauh di
dalam hatinya, Nasir juga tetap berdoa semoga ada keajaiban. ’’Kami hanya bisa
mendoakan semua korban, khususnya anak saya, diampuni dosanya, mendapat tempat
terbaik di sisi Allah SWT,” katanya dengan mata yang basah.

Mulyadi lahir pada 8 April 1981
di Lampung. Anak dari pasangan Ponijan dan Katimah yang berasal dari Jember,
Jawa Timur. Pada usia 4 tahun, Mulyadi dan orang tuanya pindah ke Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat.

Mulyadi belajar di Sekolah Dasar
Negeri 24 Serangas, Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Budi Luhur,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kapuas Sintang, Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Malang, dan Universitas Trisakti.

Mulyadi terpilih menjadi Ketum PB
HMI pada 5 Desember 2015 dengan perolehan 224 suara. Ia menang melawan 24
kandidat lainnya. Dia mengakhiri masa jabatannya sebagai ketua umum pada 30
Maret 2018.

Terpopuler

Artikel Terbaru