27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Cerita Istri Kepala Kantor Kemenkumham Kalteng Dampingi Suami Bertugas

Pengalaman Berkesan di Nusakambangan

Dr. Niken Dwi Astuti Desmawati Hendra Ekaputra, istri dari Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Kalteng Dr. Hendra Ekaputra, bercerita dan berbagi pengalamannya mendampingi sang suami saat bertugas di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan.

NURLAILI, Palangka Raya

MENGENAKAN baju bermotif batik berwarna maron, berhijab coksu dengan sneakers berwarna putih, tampak membuat Niken Dwi Astuti Desmawati Hendra Ekaputra, terlihat cantik. Dia pun mulai bercerita.

Niken sapaan akrab dari Niken Dwi Astuti Desmawati bertutur, menjadi seorang istri dari abdi negara atau pegawai negeri sipil (PNS), tentu harus siap bertugas dan mengikuti dimanapun suami di tempatkan untuk bertugas.

Wanita kelahiran 16 Desember 1977 ini, menceritakan perjalanan karir suami berawal dari Calon Pegawai Negeri sipil (CPNS) hingga diamanahkan menjadi Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenkumham Kalteng.

“Kami meniti karir, benar-benar dari bawah. Sampai dengan sekarang bukan sesuatu hal yang mudah untuk dilewati, namun saya yakin semua terlewati berkat doa orang tua dan usaha bersama, seperti halnya menempuh pendidikan S2 bersama bahkan sampai dengan selesai S3 bersama yang selesai pada tahun 2020 lalu,” ucap Niken saat ngobrol santai di perahu objek wisata Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, Jumat (5/5/2023).

Dengan berpegang teguh, komitmen saling support satu sama lain baik dari segi perkerjaan, dan dalam rumah tangga menjadi salah satu kunci keberhasilan melewati perjalanan kehidupan. Disisi lain, saat bertugas juga harus mengawasi anak-anak dalam masa tumbuh kembangnya.

Melewati perjalanan yang panjang tersebut, tentu ada suka dan duka. Namun kehidupan dikemas dengan tertata dan menjadikan hasil yang tak terduga.

“Bertugas mulai dari ditempatkan di pelosok sampai dengan di kota, semua ada porsi ceritanya masing-masing,” ucap wanita yang memiliki jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan dengan judul Application of Disciplinary Punishment Against Prisoners Who Violare Orders Study at Clas IIA Prisons in 2021 lalu.

Diceritakan ibu dari empat anak ini, dirinya memiliki pengalaman yang berkesan semasa bertugas menemani suami ketika masih di Lapas Nusakambangan dan pada saat itu Niken bertugas di Lapas Cilacap.

Sementara itu, Niken beberapa kali bertolak dari Cilacap ke Nusakambangan, mengingat suami bertugas di Nusakambangan. Suatu hari diceritakan dia, dengan menggunakan motor trail, berkunjung ke Nusakambangan dengan cuaca pada malam hari sebelum berangkat hujan deras, sehingga mengakibatkan jalan licin.

“Pada waktu itu, kendaraan mobil diletakkan di kapal penyeberangan, jadi saya harus berangkat ke Nusakambangan dengan menggunakan motor trail. Di tengah jalan pada waktu itu, saya mendengar suara pohon tumbang, saya lihat ke atas dan hampir tertimpa, demi menghindari pohon saya terjatuh ke aspal,” kenangnya seraya menyebutkan usia pohon di kawasan Nusakambangan memiliki umur ratusan tahun, dan dahan pohonnya begitu besar.

Baca Juga :  Berkah Dibalik Kegiatan HSP dan IBAB di Seruyan

Setelah sadar, dan merasa nyaman Niken memutuskan harus bangun dan kembali berkendara. Tidak ada orang lewat pada waktu itu, karena belum waktunya pula para petugas regu jaga yang melintasi jalan tersebut. Setelah beberapa waktu, Niken pun melanjutkan perjalanan kembali dengan kondisi luka-luka dan lutut berdarah.

“Jadi saya mencoba menghindar dan terjatuh di aspal. Bangun sendiri, kemudian jalan sendiri. Mau menelepon tidak ada sinyal, setelah bangun dan berkendara, sesampainya di tempat orang pada kaget karena berdarah-darah. Bapak juga kaget pada waktu itu saat mendengar kabar saya jatuh dan langsung menghampiri,” ungkapnya.

Dijelaskan dia, perjalanan yang ditempuh saat menaiki kapal sekitar 30 menit, kemudian dari pelabuhan ke dalam kawasan juga 30 menit. Namun perlu diketahui, dari pelabuhan ke dalam itu melewati hutan yang dikenal masih banyak hewan buas.

“Saya juga pernah menabrak monyet. Teman saya lebih parah, dia tertabrak harimau. Dia kaget dan harimaunya juga kaget, sampai-sampai dilarikan ke rumah sakit dan di-opname,” kenangnya masa itu.

“Kebetulan saya senang, mengendarai motor trail. Makanya saya menggunakan motor trail ke dalam arah jalan Nusakambangan, namun setelah terjatuh pada waktu itu, bapak sudah tidak mengizinkan lagi, demi keselamatan saya,” ungkap Niken yang pada waktu itu masih memiliki dua orang anak.

Sementara itu, sesuai jadwal kapal penyeberangan, memiliki waktu tertentu pukul 06.00 WIB pagi, tujuan dari Nusakambangan ke Cilacap, sebaliknya pukul 09.00 WIB pagi, pukul 11.00 WIB siang, dan pukul 13.00 WIB siang dan 17.00 WIB sore.

“Karena keterbatasan, penumpang oleh sebab itu keberangatan memiliki waktu ditentukan,” katanya.

Selama bapak bertugas diakui Niken, dirinya sudah berpindah-pindah rumah sebanyak 25 kali, dengan menemukan berbagai budaya dan bahasanya di setiap tempat tinggal.

“Alhamdulilahnya, saya dan keluarga bisa menyesuaikan,” terangnya.

Namun Nusakambangan, menjadi momen cerita perjuangan manis. Walaupun kadang kala, keperluan rumah tangga tidak sepenuhnya lengkap di sana.

“Namun saat bertolak ke Cilacap dan pulang ke Nusakambangan, kami berbelanja keperluan yang dibutuhkan,” tukasnya.

Menjadi salah satu tempat cerita menarik yakni, saat Bapak Hendra Ekaputra ditugaskan di Lapas Putussibau, kawasan terpencil yang merupakan tempat dimana perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Baca Juga :  Butuh Bantuan Mika dan Tali Karet

“Dengan keadaan listrik terbatas, akses jalan juga demikian. Kalau kita ke Kota Pontianak, menempuh perjalanan 18 jam melewati jalur darat. Kalau melewati jalur udara keberangkatan hanya ada 1 minggu sekali, dengan biaya tiket Rp 1 juta dan gaji kami pada waktu itu Rp 400 ribu, belum adanya tunjangan kinerja. Sementara itu gajih bapak dan saya digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi kebutuhan sembako dengan harga begitu luar biasa,” ucapnya.

Pada saat menemukan titik jenuh tinggal di Putussibau, Niken mengungkapkan dirinya dan Ibu Dharmawanita lainnya memancing di kolam sekitaran rumah bahkan juga melakukan olahraga seperti bola voli.

“Bersosialisasi, bercerita sehingga kita bisa saling berbagi pengalaman, dan tidak jenuh dalam menemani tugas suami,” katanya.

“Dimanapun ditugaskan, apapun yang diamanahkan, saya senantiasa bersyukur, bapak juga mengingatkan untuk bersyukur tiada henti dan ringan tangan dalam membantu setiap orang yang kesusahan, tidak ada yang perlu disombongkan,” demikian tandas Niken yang juga merupakan Penasehat Peguyuban Pengayoman Kanwil Kemenkumham Kalteng.

Adapun sederet riwayat tugas dan jabatan yang pernah dipangku Niken. Pada tahun 2000 sampai 2006 bertugas di Lapas Kelas IIA Purwokerto, Rupbasan Kelas II Cilacap, Rutan Kelas IIB Putussibau, LPKA Kelas I Palembang, LPKA Kelas I Blitar, Bapas Kelas II Bojonegoro, dan Lapas Kelas IIB Cilacap, dan mulai menjabat di Lapas Kelas IIB Cilacap hingga tahun 2017, di Bapas Kelas I Jakarta Selatan pada tahun 2018, dan menjabat Kasubbag Tata Usaha Lapas Kelas IIA Bekasi sejak tahun 2019 hingga saat ini.

Disisi lain, Niken telah banyak mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan jabatan di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM, mulai ADUM/DIKLATPIM IV di tahun 2006, Pelatihan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan di tahun 2014, Pelatihan Cognitive Behaviour Theory untuk narapidana pengguna narkotika di tahun 2018, serta pelatihan teknis lainnya.

Niken juga memiliki jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan dengan judul Application of Disciplinary Punishment Against Prisoners Who Violare Orders (Study at Clas IIA Prisons in Bekasi pada tanggal 30 Oktober 2021 yang dipublikasikan oleh Nusantara Training and Research dan Jurnal Internasional dengan judul Juridical Review of The Goods Decision Evidence For Destroyed yang dipublikasikan pada 16 April 2022, serta mengikuti seminar internasional The Second International Conference Law and Human Rights dengan judul Restructuring Law and Human Rights in New Normal Society pada bulan Mei 2021. (*)

Pengalaman Berkesan di Nusakambangan

Dr. Niken Dwi Astuti Desmawati Hendra Ekaputra, istri dari Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Kalteng Dr. Hendra Ekaputra, bercerita dan berbagi pengalamannya mendampingi sang suami saat bertugas di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan.

NURLAILI, Palangka Raya

MENGENAKAN baju bermotif batik berwarna maron, berhijab coksu dengan sneakers berwarna putih, tampak membuat Niken Dwi Astuti Desmawati Hendra Ekaputra, terlihat cantik. Dia pun mulai bercerita.

Niken sapaan akrab dari Niken Dwi Astuti Desmawati bertutur, menjadi seorang istri dari abdi negara atau pegawai negeri sipil (PNS), tentu harus siap bertugas dan mengikuti dimanapun suami di tempatkan untuk bertugas.

Wanita kelahiran 16 Desember 1977 ini, menceritakan perjalanan karir suami berawal dari Calon Pegawai Negeri sipil (CPNS) hingga diamanahkan menjadi Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenkumham Kalteng.

“Kami meniti karir, benar-benar dari bawah. Sampai dengan sekarang bukan sesuatu hal yang mudah untuk dilewati, namun saya yakin semua terlewati berkat doa orang tua dan usaha bersama, seperti halnya menempuh pendidikan S2 bersama bahkan sampai dengan selesai S3 bersama yang selesai pada tahun 2020 lalu,” ucap Niken saat ngobrol santai di perahu objek wisata Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, Jumat (5/5/2023).

Dengan berpegang teguh, komitmen saling support satu sama lain baik dari segi perkerjaan, dan dalam rumah tangga menjadi salah satu kunci keberhasilan melewati perjalanan kehidupan. Disisi lain, saat bertugas juga harus mengawasi anak-anak dalam masa tumbuh kembangnya.

Melewati perjalanan yang panjang tersebut, tentu ada suka dan duka. Namun kehidupan dikemas dengan tertata dan menjadikan hasil yang tak terduga.

“Bertugas mulai dari ditempatkan di pelosok sampai dengan di kota, semua ada porsi ceritanya masing-masing,” ucap wanita yang memiliki jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan dengan judul Application of Disciplinary Punishment Against Prisoners Who Violare Orders Study at Clas IIA Prisons in 2021 lalu.

Diceritakan ibu dari empat anak ini, dirinya memiliki pengalaman yang berkesan semasa bertugas menemani suami ketika masih di Lapas Nusakambangan dan pada saat itu Niken bertugas di Lapas Cilacap.

Sementara itu, Niken beberapa kali bertolak dari Cilacap ke Nusakambangan, mengingat suami bertugas di Nusakambangan. Suatu hari diceritakan dia, dengan menggunakan motor trail, berkunjung ke Nusakambangan dengan cuaca pada malam hari sebelum berangkat hujan deras, sehingga mengakibatkan jalan licin.

“Pada waktu itu, kendaraan mobil diletakkan di kapal penyeberangan, jadi saya harus berangkat ke Nusakambangan dengan menggunakan motor trail. Di tengah jalan pada waktu itu, saya mendengar suara pohon tumbang, saya lihat ke atas dan hampir tertimpa, demi menghindari pohon saya terjatuh ke aspal,” kenangnya seraya menyebutkan usia pohon di kawasan Nusakambangan memiliki umur ratusan tahun, dan dahan pohonnya begitu besar.

Baca Juga :  Berkah Dibalik Kegiatan HSP dan IBAB di Seruyan

Setelah sadar, dan merasa nyaman Niken memutuskan harus bangun dan kembali berkendara. Tidak ada orang lewat pada waktu itu, karena belum waktunya pula para petugas regu jaga yang melintasi jalan tersebut. Setelah beberapa waktu, Niken pun melanjutkan perjalanan kembali dengan kondisi luka-luka dan lutut berdarah.

“Jadi saya mencoba menghindar dan terjatuh di aspal. Bangun sendiri, kemudian jalan sendiri. Mau menelepon tidak ada sinyal, setelah bangun dan berkendara, sesampainya di tempat orang pada kaget karena berdarah-darah. Bapak juga kaget pada waktu itu saat mendengar kabar saya jatuh dan langsung menghampiri,” ungkapnya.

Dijelaskan dia, perjalanan yang ditempuh saat menaiki kapal sekitar 30 menit, kemudian dari pelabuhan ke dalam kawasan juga 30 menit. Namun perlu diketahui, dari pelabuhan ke dalam itu melewati hutan yang dikenal masih banyak hewan buas.

“Saya juga pernah menabrak monyet. Teman saya lebih parah, dia tertabrak harimau. Dia kaget dan harimaunya juga kaget, sampai-sampai dilarikan ke rumah sakit dan di-opname,” kenangnya masa itu.

“Kebetulan saya senang, mengendarai motor trail. Makanya saya menggunakan motor trail ke dalam arah jalan Nusakambangan, namun setelah terjatuh pada waktu itu, bapak sudah tidak mengizinkan lagi, demi keselamatan saya,” ungkap Niken yang pada waktu itu masih memiliki dua orang anak.

Sementara itu, sesuai jadwal kapal penyeberangan, memiliki waktu tertentu pukul 06.00 WIB pagi, tujuan dari Nusakambangan ke Cilacap, sebaliknya pukul 09.00 WIB pagi, pukul 11.00 WIB siang, dan pukul 13.00 WIB siang dan 17.00 WIB sore.

“Karena keterbatasan, penumpang oleh sebab itu keberangatan memiliki waktu ditentukan,” katanya.

Selama bapak bertugas diakui Niken, dirinya sudah berpindah-pindah rumah sebanyak 25 kali, dengan menemukan berbagai budaya dan bahasanya di setiap tempat tinggal.

“Alhamdulilahnya, saya dan keluarga bisa menyesuaikan,” terangnya.

Namun Nusakambangan, menjadi momen cerita perjuangan manis. Walaupun kadang kala, keperluan rumah tangga tidak sepenuhnya lengkap di sana.

“Namun saat bertolak ke Cilacap dan pulang ke Nusakambangan, kami berbelanja keperluan yang dibutuhkan,” tukasnya.

Menjadi salah satu tempat cerita menarik yakni, saat Bapak Hendra Ekaputra ditugaskan di Lapas Putussibau, kawasan terpencil yang merupakan tempat dimana perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Baca Juga :  Butuh Bantuan Mika dan Tali Karet

“Dengan keadaan listrik terbatas, akses jalan juga demikian. Kalau kita ke Kota Pontianak, menempuh perjalanan 18 jam melewati jalur darat. Kalau melewati jalur udara keberangkatan hanya ada 1 minggu sekali, dengan biaya tiket Rp 1 juta dan gaji kami pada waktu itu Rp 400 ribu, belum adanya tunjangan kinerja. Sementara itu gajih bapak dan saya digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi kebutuhan sembako dengan harga begitu luar biasa,” ucapnya.

Pada saat menemukan titik jenuh tinggal di Putussibau, Niken mengungkapkan dirinya dan Ibu Dharmawanita lainnya memancing di kolam sekitaran rumah bahkan juga melakukan olahraga seperti bola voli.

“Bersosialisasi, bercerita sehingga kita bisa saling berbagi pengalaman, dan tidak jenuh dalam menemani tugas suami,” katanya.

“Dimanapun ditugaskan, apapun yang diamanahkan, saya senantiasa bersyukur, bapak juga mengingatkan untuk bersyukur tiada henti dan ringan tangan dalam membantu setiap orang yang kesusahan, tidak ada yang perlu disombongkan,” demikian tandas Niken yang juga merupakan Penasehat Peguyuban Pengayoman Kanwil Kemenkumham Kalteng.

Adapun sederet riwayat tugas dan jabatan yang pernah dipangku Niken. Pada tahun 2000 sampai 2006 bertugas di Lapas Kelas IIA Purwokerto, Rupbasan Kelas II Cilacap, Rutan Kelas IIB Putussibau, LPKA Kelas I Palembang, LPKA Kelas I Blitar, Bapas Kelas II Bojonegoro, dan Lapas Kelas IIB Cilacap, dan mulai menjabat di Lapas Kelas IIB Cilacap hingga tahun 2017, di Bapas Kelas I Jakarta Selatan pada tahun 2018, dan menjabat Kasubbag Tata Usaha Lapas Kelas IIA Bekasi sejak tahun 2019 hingga saat ini.

Disisi lain, Niken telah banyak mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan jabatan di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM, mulai ADUM/DIKLATPIM IV di tahun 2006, Pelatihan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan di tahun 2014, Pelatihan Cognitive Behaviour Theory untuk narapidana pengguna narkotika di tahun 2018, serta pelatihan teknis lainnya.

Niken juga memiliki jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan dengan judul Application of Disciplinary Punishment Against Prisoners Who Violare Orders (Study at Clas IIA Prisons in Bekasi pada tanggal 30 Oktober 2021 yang dipublikasikan oleh Nusantara Training and Research dan Jurnal Internasional dengan judul Juridical Review of The Goods Decision Evidence For Destroyed yang dipublikasikan pada 16 April 2022, serta mengikuti seminar internasional The Second International Conference Law and Human Rights dengan judul Restructuring Law and Human Rights in New Normal Society pada bulan Mei 2021. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/