Site icon Prokalteng

Suhu Panas

Sketsa buatan Dobby Fahriza yang diunggah di Instagram Goenawan Mohamad, 29 Juli 2019.-Instagram Ganjar Pranowo-

RERATA suhu badan ternyata mengalami penurunan 0,5 persen. Selama 10 tahun terakhir. Itu bukan hasil penelitian di Indonesia –yang minggu ini mungkin suhu rerata badan naik paling tinggi.

Terutama setelah ormas ProJokowi (Projo) mengadakan rapat kerja nasional Sabtu kemarin. Wali Kota Solo nan putra sulung Presiden Jokowi hadir. Gibran. Meski hanya 15 menit. Presiden hadir. Ketika Gibran sudah pergi. Ketua umum partai-partai pendukung Prabowo hadir.

Anda sudah tahu: justru capres yang akan mereka dukung yang tidak hadir: Prabowo Subiyanto. Sampai-sampai rakernas ditutup mendadak: justru para pimpinan rakernas yang ke rumah Prabowo. Di situlah Projo resmi deklarasi: mendukung Prabowo. Itu, kata Ketua Projo, sudah mendapat restu Presiden Jokowi.

Penelitian turunnya rerata suhu badan dilakukan di Amerika. Melibatkan 30 juta orang. Turun dari 97,9 Fahrenheit ke 86,7 derajat. Berarti penyakit radang dan pembengkakan saluran darah menurun.

Tapi tekanan darah tinggi mungkin justru naik di rerata orang Indonesia. Terutama yang sudah telanjur cinta Jokowi sekaligus cinta PDI-Perjuangan dengan Capres Ganjar Pranowo-nya.

Ada yang menyebut minggu ini adalah puncak perang dingin. Bahkan bisa menjadi perang terbuka.

Jangan takut: itu perang politik. Tidak ada Hamas, Palestina, dan Israel di situ.

Ada. Sedikit.

Soal sepak bola Piala Dunia yang batal digelar di Indonesia. Salah satunya gegara Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, menuruti sikap Ketua Umum Megawati Soekarnoputri: tolak kedatangan tim Israel.

Perang politik itu sudah melanda grup-grup WA. Grup orang-orang NU terbelah ke tiga sikap: pro Ganjar, pro Prabowo, dan pro Amin. Seru sekali. Melibatkan suara langit.

Yang juga beredar sangat luas adalah sikap Goenawan Mohamad. Pendiri majalah TEMPO. Sastrawan kelas ayatullah. Kini juga pelukis.

Awalnya berupa banner di medsos. Isinya: kekecewaan kelas berat GM atas sikap Presiden Jokowi di akhir masa jabatan keduanya.

Itu bukan kekecewaan biasa. GM menyatakan dirinya adalah pendukung Jokowi. Pendukung aktif.

Sehari kemudian muncul penjelasan GM. Panjang. Tentang banner itu. Tentang lainnya juga. “Nama saya Goenawan Mohamad. Dalam paspor ada tambahan Susatyo di tengahnya”.

Penjelasan itu seperti hendak meluruskan bahwa banner tersebut bukan buatannya. Nama di akhir banner itu tertulis Gunawan Muhammad. Seolah banner itu hoax.

Ternyata isi banner itu sama saja dengan penjelasan panjang GM. Bahkan lebih menohok. Kekecewaan GM diuraikan lebih di penjelasan panjang. Juga lebih runtut. Dengan bahasa khas GM yang istimewa dan sulit ditiru.

Di bagian awal berisi pujian untuk Jokowi. Setinggi ars. Jokowi adalah presiden terbaik sepanjang sejarah republik. Jokowi sangat dicintai rakyat. Juga presiden yang bersih.

Diuraikan juga perannya dalam memenangkan Jokowi di kala Pilpres. Termasuk menyelenggarakan pertunjukan musik tujuh malam. Sampai di usianya yang sudah tua –sekarang 82 tahun– ikut berjalan kaki siang hari bersama rombongan pedagang kaki lima dari Dukuh Atas sampai ke istana. Yakni dalam pesta rakyat atas kemenangan Jokowi.

Setelah itu mulailah GM menguraikan kesedihan dan kekecewaannya. Di akhir periode kedua Jokowi ternyata melakukan apa yang dilakukan Presiden Soeharto. Soal anak-anaknya.

Di akhir tulisan GM lebih optimistis. Ia percaya masih tetap ada harapan. Tentu, siapa tahu Mahkamah Konstitusi tidak mengabulkan permohonan memudakan usia calon presiden dan cawapres –dari 40 tahun ke 30. Atau memutuskan itu, tapi baru berlaku di Pilpres 2029. Dengan begitu Gibran, 36 tahun, belum bisa maju sebagai cawapres Prabowo.

Apakah tokoh sealiran dan sekaliber GM lainnya juga akan menulis hal yang serupa?

Saya menghubungi Butet Kartaredjasa. Kemarin pagi.

”Saya harus lebih alus, lebih sopan,” jawab Butet. ”Dan ora kesusu,” tambahnya. ”Kan MK belum menyatakan keputusan final,” katanya.

Saya sendiri punya harapan. Khas pengusaha. Perang ini cepatlah berlalu. Termasuk perang politik. Keadaan yang tidak menentu tidaklah nyaman. Di hati. Dan di ekonomi. (DAHLAN ISKAN)

Exit mobile version