KAWASAN penyangga Suaka
Margasatwa Lamandau (SM Lamandau) bagian timur adalah kawasan berhutan rawa
gambut dengan luas sekitar 23.000 ha dari hilir Tanjung Putri hingga hulu
Mendawai Seberang yang berbatasan dengan Kotawaringin Hilir.
Kawasan ini menjadi
salah satu usulan sebagai kawasan Hutan Kemasyarakatan dengan ekosistem nipah
bermangrove 275 ha dan 15 ribuan ha hutan rawa bergambut deangan kedalaman
gambut rata-rata 134 cm; kandungan karbon stock atas 40-70 tCO2/ha,
bawah 841 tCO2/ha (ICRAFT 2010); cadangan karbon atas naik 73 tCO2/ha(data GAIA 2018) dan mampu
menyerap emisi 3 tCO2/ha /tahun
atau 45 ribu tCO2/ha per tahun, juga berperan mencegah
intrusi air laut, menyediakan sumber air bersih saat kemarau, habitat penting
satwa endemik dilindungi kalimantan, sumber daya HHBK bagi masyarakat, alasan
untuk wilayah usulan HKm
Tentunya kawasan
ini berperan dalam mencegah/memitigasi perubahan iklim. Proyek ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund) Bappenas-USAID
sejak 2016 hingga berlanjut 2019 mendukung upaya Yayorin dalam memitigasi dan
mendorong adaptasi masyarakat sekitar hutan yang masih bergantung pada
sumberdaya hutan terhadap perubahan iklim.
Proyek ini adalah 1
dari 11 proyek ICCTF di Kalteng dengan capaian baik, karena berhasil menerapkan
PLTB dan banyak yang mengadopsi serta menurunkan emisi.
Kawasan berstatus
hutan produksi yang dikelola Kesatuan Pemangku Hutan Produksi (KPHP) Kotawaringin
Barat ini masih mempunyai tutupan hutan yang baik menjadi tempat bagi
masyarakat sejak dulu memantung (menyadap getah jelutung), mengikan, merotan
dan mengambil sumber air bersih saat kemarau disaat air asin masuk jauh hingga
Sungai Arut.
Untuk mengakomodir
keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam hutan rawa bergambut penyangga SM
Lamandau Yayorin melalui dukungan ICCTF membuat upaya-upaya perubahan perilaku
dan meningkatkan partisipatif masyarakat untuk mejaga kawasan hutan rawa
bergambut penyangga SM Lamandau terhindar dari ancaman kerusakan yang
disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan gambut berasal dari pembukaan lahan
tebas bakar pertanian, penebangan, perburuan dan konversi kawasan hutan menjadi
perkebunan.
Capaian Yayorin
melalui dukungan ICCTF adalah merestorasi lahan terdegradasi penyangga SM
Lamandau seluas 400 ha pada tahun 2017 dan 200 ha pada tahun 2018 dengan
menambat emisi karbondioksida sebanyak 396 tCO2e dan menurunkan
emisi, menambat karbondiosida di lahan Pertanian Lahan Tanpa Bakar (PLTB)
sebesar 59 Mega ton CO2e dari lahan pertanian gambut dalam
administratif wilayah 5 desa (Tanjung Putri, Tanjung Terantang, Kumpai Batu
Bawah, Kumpai Batu Atas hingga Dusun Karang Anyar-Kelurahan Mendawai) seluas
5.087 ha, menguatkan status pengelolaan kawasan yang meliputi ekosistem nipah
dan hutan rawa gambut penyangga SM Lamandau sebagai kawasan yang diusulkan
sebagai Hutan Kemasyarakatan yang dinyatakan sebagai kawasan penyerap emisi
karbondioksida Kabupaten Kotawaringin Barat oleh Bupati Kotawaringin Barat.
Beberapa tantangan
saat ini masih menunggu terbitkanya SK Ijin Usaha Pemanfaatan HKm (IUPHKm) dari
Dirjen PSKL, Kementerian LHK. SK IUPHKm masih terkendala sebab kawasan usulan
masuk wilayah peta indikatif penundaan ijin baru (PIPIB) karena lahan gambut. Selain
SKIUPHKm, proyek juga telah mendorong 275 ha eksositem nipah desa Tanjung Putri
sebagai kawasan yang diakui oleh pemerintah desa Tanjung Putri.
Keberhasilan
lainnya telah terbangun pos siaga karhutla untuk upaya pengawasan dan
pengendalian karhutla di desa Tanjung Putri dan peningkatan teknis pengendalian
karhutla bagi masyarakat peduli api Tanjung Putri serta penguatan kelembagaan
oranisasi kelompok HKm. Tanjung Putri adalah salah satu desa konservasi yang
ada di sekitar kawasan penyangga SM Lamandau.
Capaian lainnya beberapa
komunitas masyarakat yang dibina melalui kegiatan pendampingan, di antaranya
komunitas tani wanita berpartisipasi dalam mendukung pencapaian konservasi
program mitigasi berbasis lahan dan adaptasi. Telah mengembangkan kegiatan
matapencaharian rendah emisi yang mendukung upaya pemerintah menurunkan emisi,
bencana karhutla dan peningatan ekonomi telah dirasakan hasilnya melalui dukungan
pengelolaan matapencaharian budidaya perikanan Keramba Jaring Apung dan Kolam
Terpal, pemanfaatan HHBK sekitar desa menjadi produk pasar seperti gula nira
nipah yang menjadi unggulan Kotawaringin Barat, sapu lidi nipah, kerupuk ikan
dan masyarakat tani di Tanjung Putri menjad contoh keberhasilan telah 4 kali
panen padi di lahan dengan sistem PLTB dengan rata-rata panen 3 ton/ha.
Pembelajaran PLTB gambut berhasil panen 2 kali setahun.
Awalnya memutar otak untuk bisa mengelola semak rumput
di lahan gambut yang jika diinjak kita bisa tenggelam sampai di atas lutut.
Berpikir juga bagaimana kawasan ini dapat terhindar dari pengelolaan pertanian
dengan cara membakar. Bersama seorang laki-laki asal desa Tanjung Putri
akhirnya kami putuskan untuk mengelola lahan pecontohan untuk tanaman sayuran
dan padi.
Tanaman terus
tumbuh baik, dari bawang merah hingga sayuran sebulan panen hingga yang 4 bulan
panen, seperti cabe dan terong. Hasilnya menjanjikan walaupun tidak sedikit
tantangan yang dihadapi yaitu sistem pengelolaan pengendalian air pasang surut,
karena Tanjung Putri berada paling hilir Arut Selatan.
Mekanisme
penanganan pengelolaan pengendalian air menjadi satu kunci keberhasilan
pertanian lahan gambut pasang surut. Pembelajaran dari lahan percontohan
kemudian bersama PPL BPP Arut Selatan memberanikan diri untuk mengolah lahan
berbasis PLTB untuk padi seluas 8 ha. Dari masalah air, susahnya mengolah lahan
dengan bajak, membersihkan lahan tanpa dibakar menemukan langkah-langkah dalam
pengelolaan lahan pertanian tanpa bakar untuk lahan padi model sawah. Mesin
potong rumput yang didukung proyek ICCTF Yayorin dan menurut bidang pertanian
buka merupakan alat sistem pertanian, sangat berperan dalam memotong semak
belukan rumput sehingga memudahkan untuk dikerinkat dan dirapuhkan dengan
herbisida alami.
Tahun pertama penggarapan
lahan membuat pengelolaan tahun kedua lebih ringan dan irit biaya dan tenaga.
Desa tanjung Putri telah berhasil melakukan panen 2 kali setahun dan terus
memperluas lahan dengan tanpa bakar. Bupati Kotawaringin Barat sendiri telah
melihat keberhasilan panen raya Tanjung Putri di lahan PLTB. (***)
(Penulis adalah )Direktur
Yayorin yang juga Kaprodi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Antakusuma)