25.8 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Pengusaha Terseret

Acaranya makan siang. Dengan delapan
pengusaha besar di Jakarta. Hanya makan siang. Masakan Italia. Di Shangri-La
Hotel. 

Saya memanfaatkannya untuk survei
kecil-kecilan. Saya tanya mereka satu persatu. Saya ingin tahu keadaan ekonomi
Indonesia yang akan datang. 

Pertanyaan saya sama –meski usaha pokok
mereka tidak ada yang sama: Apakah tahun depan usaha mereka lebih baik? Atau
sama saja? Atau menurun?

Mereka pun bertanya: ukurannya
apa? 

Saya tidak mau pakai ukuran. Ini sangat
mikro perusahaan. Tiap perusahaan pasti tahu masa depan masing-masing. Pun bila
dikaitkan dengan kondisi ekonomi dan politik negara.

Mereka pun mulai menjawab secara
berurutan. 

“Sedikit lebih baik,” kata
yang pertama. 

 “Sama saja,” kata yang
kedua. 

 Ternyata enam orang menjawab lebih
baik. Dua orang mengatakan sama saja. 

 “Licik,” sela seorang
dari mereka. “Pak Dahlan sendiri belum memberi jawaban,”
tambahnya. 

 “Betul. Betul. Pak Dahlan
sendiri bagaimana?” kata yang lain serentak.

 Terpaksa saya beropini. 

 “Saya akan lebih baik,”
jawab saya.

Saya lupa untuk jujur. Dari mana bisa
lebih baik?

Tapi saya juga tidak salah. Di saat
ekonomi nasional kurang baik pun pasti ada beberapa perusahaan yang mencapai
kemajuan. 

Baca Juga :  Cetak Biru Brilian Genre dalam Sepatu untuk Pak Guru

Penurunan ekonomi nasional tidak membuat
semua perusahaan menurun. Ada saja yang di saat sulit masih bisa meraih
kemajuan. 

 Misalnya mereka yang:

– Jenis usahanya sesuai dengan perubahan
yang terjadi.

– Seluruh jajarannya optimis dan bekerja
lebih keras. 

Seminggu sebelum itu, di Hangzhou, saya
makan bersama dengan seorang pengusaha. Yang harga sahamnya naik 200 persen
tahun ini. 

 Padahal perang dagang
Tiongkok-Amerika sedang berlangsung. Yang membuat banyak perusahaan lain
mengalami penurunan.

 “Saya justru bersyukur
terjadi perang dagang,” katanya. 

 Bidang apakah usaha teman saya
itu?

 Ia bergerak di bidang microchip.

 

Produksinya meningkat drastis. Harganya
jualnya naik. Sejak Amerika melarang penjualan microchip-nya ke
Tiongkok.

Saya mengajaknya toss berkali-kali. Saya
ucapkan selamat padanya. Atas nasib baiknya itu.

Saya juga akan mengucapkan selamat pada
enam pengusaha Jakarta itu. Yang optimis usaha mereka akan membaik itu. 
Saya akan menyalami mereka tahun depan. Kalau terbukti usaha mereka ‘lebih baik
dari tahun ini’.

Berarti mereka bekerja lebih keras.
Setidaknya mereka tetap fokus pada bidangnya. Tidak ikut terombang-ambing
masalah politik. 

Baca Juga :  Kura-Kura dalam Perahu dan Pengalihan Isu

Semua pengusaha baiknya begitu. Jangan
terbawa arus.

Setahun ke depan arus politik masih
kuat. Apalagi tim ekonomi pemerintah saat ini didominasi orang politik.

Menko ekonominya ketua umum partai
politik (Golkar). Menteri perdagangannya dari Partai PKB. Menteri
perindustriannya dari Partai Golkar. Demikian juga menteri investasinya. Hanya
menteri keuangan yang teknokrat.

Seratus hari pertama kabinet ini penuh
dengan jadwal kongres partai. Tidak habis-habisnya. Lengkap dengan perebutan
kursi ketua umumnya. 

Tahun depan sudah pula waktunya pilkada
serentak. Partai-partai sangat fokus di sana. 

Tahun depannya lagi sudah siap-siap
Pemilu 2024. Yang akan lebih seru: tidak ada lagi incumbent di
sana.

Saya alpa memperhitungkan ini: persiapan
untuk pemilu 2024 ternyata datang lebih awal. Saya pikir setidaknya masih ada
waktu dua tahun untuk memikirkan ekonomi.

Ternyata rangkulan politik sudah mulai
terjadi –pun ketika pemerintahan Jokowi baru mengumumkan kabinet.

Kesibukan Pemilu 2024 telah datang.
Terlalu dini. 

Siapa pun akan mudah terseret ke
dalamnya.

Hanya pengusaha yang tidak terseret yang
tidak akan merana.(dis)

Acaranya makan siang. Dengan delapan
pengusaha besar di Jakarta. Hanya makan siang. Masakan Italia. Di Shangri-La
Hotel. 

Saya memanfaatkannya untuk survei
kecil-kecilan. Saya tanya mereka satu persatu. Saya ingin tahu keadaan ekonomi
Indonesia yang akan datang. 

Pertanyaan saya sama –meski usaha pokok
mereka tidak ada yang sama: Apakah tahun depan usaha mereka lebih baik? Atau
sama saja? Atau menurun?

Mereka pun bertanya: ukurannya
apa? 

Saya tidak mau pakai ukuran. Ini sangat
mikro perusahaan. Tiap perusahaan pasti tahu masa depan masing-masing. Pun bila
dikaitkan dengan kondisi ekonomi dan politik negara.

Mereka pun mulai menjawab secara
berurutan. 

“Sedikit lebih baik,” kata
yang pertama. 

 “Sama saja,” kata yang
kedua. 

 Ternyata enam orang menjawab lebih
baik. Dua orang mengatakan sama saja. 

 “Licik,” sela seorang
dari mereka. “Pak Dahlan sendiri belum memberi jawaban,”
tambahnya. 

 “Betul. Betul. Pak Dahlan
sendiri bagaimana?” kata yang lain serentak.

 Terpaksa saya beropini. 

 “Saya akan lebih baik,”
jawab saya.

Saya lupa untuk jujur. Dari mana bisa
lebih baik?

Tapi saya juga tidak salah. Di saat
ekonomi nasional kurang baik pun pasti ada beberapa perusahaan yang mencapai
kemajuan. 

Baca Juga :  Cetak Biru Brilian Genre dalam Sepatu untuk Pak Guru

Penurunan ekonomi nasional tidak membuat
semua perusahaan menurun. Ada saja yang di saat sulit masih bisa meraih
kemajuan. 

 Misalnya mereka yang:

– Jenis usahanya sesuai dengan perubahan
yang terjadi.

– Seluruh jajarannya optimis dan bekerja
lebih keras. 

Seminggu sebelum itu, di Hangzhou, saya
makan bersama dengan seorang pengusaha. Yang harga sahamnya naik 200 persen
tahun ini. 

 Padahal perang dagang
Tiongkok-Amerika sedang berlangsung. Yang membuat banyak perusahaan lain
mengalami penurunan.

 “Saya justru bersyukur
terjadi perang dagang,” katanya. 

 Bidang apakah usaha teman saya
itu?

 Ia bergerak di bidang microchip.

 

Produksinya meningkat drastis. Harganya
jualnya naik. Sejak Amerika melarang penjualan microchip-nya ke
Tiongkok.

Saya mengajaknya toss berkali-kali. Saya
ucapkan selamat padanya. Atas nasib baiknya itu.

Saya juga akan mengucapkan selamat pada
enam pengusaha Jakarta itu. Yang optimis usaha mereka akan membaik itu. 
Saya akan menyalami mereka tahun depan. Kalau terbukti usaha mereka ‘lebih baik
dari tahun ini’.

Berarti mereka bekerja lebih keras.
Setidaknya mereka tetap fokus pada bidangnya. Tidak ikut terombang-ambing
masalah politik. 

Baca Juga :  Kura-Kura dalam Perahu dan Pengalihan Isu

Semua pengusaha baiknya begitu. Jangan
terbawa arus.

Setahun ke depan arus politik masih
kuat. Apalagi tim ekonomi pemerintah saat ini didominasi orang politik.

Menko ekonominya ketua umum partai
politik (Golkar). Menteri perdagangannya dari Partai PKB. Menteri
perindustriannya dari Partai Golkar. Demikian juga menteri investasinya. Hanya
menteri keuangan yang teknokrat.

Seratus hari pertama kabinet ini penuh
dengan jadwal kongres partai. Tidak habis-habisnya. Lengkap dengan perebutan
kursi ketua umumnya. 

Tahun depan sudah pula waktunya pilkada
serentak. Partai-partai sangat fokus di sana. 

Tahun depannya lagi sudah siap-siap
Pemilu 2024. Yang akan lebih seru: tidak ada lagi incumbent di
sana.

Saya alpa memperhitungkan ini: persiapan
untuk pemilu 2024 ternyata datang lebih awal. Saya pikir setidaknya masih ada
waktu dua tahun untuk memikirkan ekonomi.

Ternyata rangkulan politik sudah mulai
terjadi –pun ketika pemerintahan Jokowi baru mengumumkan kabinet.

Kesibukan Pemilu 2024 telah datang.
Terlalu dini. 

Siapa pun akan mudah terseret ke
dalamnya.

Hanya pengusaha yang tidak terseret yang
tidak akan merana.(dis)

Terpopuler

Artikel Terbaru