27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Tiga Hal Ini yang Bisa Merusak Suasana Lebaran

PENGAMAT media sosial Hariqo Wibawa Satria mengatakan, ada tiga
kebiasaan yang sebaiknya dihindari masyarakat saat bersilaturahmi pada momen
Lebaran.

Dalam keterangan tertulisnya
Jumat (31/5/2019), Hariqo Wibawa mengatakan, ada tiga hal yang bisa merusak
momen silaturahmi lebaran. Yakni, phubbing
yang merupakan kebiasaan membuka HP terus-terusan saat bertamu, menemui tamu
atau dalam kumpul keluarga maupun pertemuan warga. Phubbing bisa dianggap
tindakan yang melecehkan orang atau acara, meskipun yang melakukannya tidak
bermaksud demikian.

“Phubbing ini semakin parah,
jika yang bersangkutan tidak diingatkan oleh lingkungannya,” tambah
Hariqo.

Kedua, FOMO atau Fear of Missing Out. Cirinya antara
lain, selalu menanyakan adanya jaringan internet di sebuah tempat maupun pada
lokasi yang akan dikunjungi. Misalnya, seseorang menanyakan adanya koneksi
internet di kampung yang akan dituju. Level paling akut, orang tersebut menolak
datang karena di lokasi tujuannya tidak ada internet atau susah akses ke
medsos.

Baca Juga :  Masyarakat Papua dan Papua Barat Tidak Akan Merayakan

“FOMO menurut beberapa ahli
disebut sebagai gejala kejiwaan,” katanya.

Ketiga, slacktivism. Secara umum artinya perasaan telah melakukan gerakan
sosial dengan memberikan like, love, komen lewat media sosial, namun
mengabaikan gerakan nyata seperti memberikan sumbangan atau terlibat langsung
di darat melakukannya. Dalam konteks Lebaran bisa dimaknai seseorang yang
merasa sudah meminta maaf dengan menyebarkan secara massal pesan Idul Fitri ke
banyak nomor kontak sekaligus.

“Sebaiknya pesan Idulfitri
dengan meminta maaf dimulai dari orang-orang terdekat, mereka yang bersentuhan
langsung dengan aktivitas kita sehari-hari. Luangkan waktu untuk mendata dan
merapikan nomor kontak di HP kita. Upayakan bisa bertamu, atau sekurangnya
mengirimkan pesan lewat jalur pribadi dengan menyebut nama yang bersangkutan.
Menyebarkan pesan yang sama ke semua orang tidak salah, namun bisa terkesan
malas dan kurang serius,” kata Hariqo. (yay/indopos/kpc)

Baca Juga :  Pentingnya Edukasi Seksual Sejak Dini

PENGAMAT media sosial Hariqo Wibawa Satria mengatakan, ada tiga
kebiasaan yang sebaiknya dihindari masyarakat saat bersilaturahmi pada momen
Lebaran.

Dalam keterangan tertulisnya
Jumat (31/5/2019), Hariqo Wibawa mengatakan, ada tiga hal yang bisa merusak
momen silaturahmi lebaran. Yakni, phubbing
yang merupakan kebiasaan membuka HP terus-terusan saat bertamu, menemui tamu
atau dalam kumpul keluarga maupun pertemuan warga. Phubbing bisa dianggap
tindakan yang melecehkan orang atau acara, meskipun yang melakukannya tidak
bermaksud demikian.

“Phubbing ini semakin parah,
jika yang bersangkutan tidak diingatkan oleh lingkungannya,” tambah
Hariqo.

Kedua, FOMO atau Fear of Missing Out. Cirinya antara
lain, selalu menanyakan adanya jaringan internet di sebuah tempat maupun pada
lokasi yang akan dikunjungi. Misalnya, seseorang menanyakan adanya koneksi
internet di kampung yang akan dituju. Level paling akut, orang tersebut menolak
datang karena di lokasi tujuannya tidak ada internet atau susah akses ke
medsos.

Baca Juga :  Masyarakat Papua dan Papua Barat Tidak Akan Merayakan

“FOMO menurut beberapa ahli
disebut sebagai gejala kejiwaan,” katanya.

Ketiga, slacktivism. Secara umum artinya perasaan telah melakukan gerakan
sosial dengan memberikan like, love, komen lewat media sosial, namun
mengabaikan gerakan nyata seperti memberikan sumbangan atau terlibat langsung
di darat melakukannya. Dalam konteks Lebaran bisa dimaknai seseorang yang
merasa sudah meminta maaf dengan menyebarkan secara massal pesan Idul Fitri ke
banyak nomor kontak sekaligus.

“Sebaiknya pesan Idulfitri
dengan meminta maaf dimulai dari orang-orang terdekat, mereka yang bersentuhan
langsung dengan aktivitas kita sehari-hari. Luangkan waktu untuk mendata dan
merapikan nomor kontak di HP kita. Upayakan bisa bertamu, atau sekurangnya
mengirimkan pesan lewat jalur pribadi dengan menyebut nama yang bersangkutan.
Menyebarkan pesan yang sama ke semua orang tidak salah, namun bisa terkesan
malas dan kurang serius,” kata Hariqo. (yay/indopos/kpc)

Baca Juga :  Pentingnya Edukasi Seksual Sejak Dini

Terpopuler

Artikel Terbaru