PUASA Ramadan tahun 1446 Hijriah memang terasa istimewa. Selain 1 Ramadan bertepatan dengan 1 Maret 2025, perhitungan waktu puasa pun serentak antara ketetapan pemerintah yang berdasarkan hilal dengan hisab yang dilakukan oleh Muhammadiyah yang selama ini sering berbeda. Hal ini tentu saja menambah semarak umat Islam dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan tahun ini sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbesar dunia.
Banyak pesan yang mungkin dapat kita petik dari kedatangan bulan suci Ramadan kali ini. Pertama, kita melihat penduduk dunia sedang mengalami krisis keamanan yang sangat luar biasa. Mungkin belum pernah terjadi sebelumnya, ketika saudara-saudara kita di Palestina terutama di Gaza dibantai oleh kaum Yahudi dengan berbagai macam bom yang menyebabkan kematian puluan ribu penduduk, terutama anak-anak dan perempuan.
Kita sebagai umat Islam terbesar dunia tadi seakan-akan terpaku dengan kejadian tersebut tanpa dapat berbuat apa-apa. Untung saja ada saudara kita di Yaman dan di Libanon yang berani mengirim amunisi ke pinggir Kota Israel. Keamanan dunia juga terancam dengan perang Rusia dengan Ukraina yang belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dan bahkan dikhawatirkan akan semakin kuat dan mengarah ke perang nuklir.
Di dalam negeri kita juga sedang dihadapkan dengan kejadian-kejadian yang sangat luar biasa menimbulkan kehebohan. Negara Indonesia yang berpenduduk mayoritas beragama Islam ini cukup dihebohkan dengan berbagai kasus besar yang terungkap seperti pembuatan uang palsu oleh perguruan tinggi Islam, penjualan air zamzam palsu, serta adanya oplosan minyak pertalite yang dijual dengan harga pertamax oleh perusahaan milik negara (Pertamina), pemagaran laut dan terakhir penjualan emas palsu oleh perusahaan yang juga milik negara.
Mudah-mudahan kedatangan bulan suci Ramadan tahun ini akan dapat meredam semua kepalsuan yang terjadi di negeri yang mayoritas umat Islam terbesar dunia ini. Salah satu upaya yang mesti kita lakukan dalam bulan suci Ramadan 1446 H ini adalah dengan kembali keajaran Islam yang sebenarnya yakni membaca, mempelajari, menghayati, dan mengamalkan kita suci Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam se-dunia.
Nabi kita Muhammad SAW untuk pertama kali menerima wahyu bukankah perintah membaca. Walaupun bahasa kita bukan bahasa Arab, namun kita tetap harus membacanya dalam bahasa Arab, terutama pada waktu salat. Walaupun Nabi kita Nabi Muhammad SAW tidak pandai membaca dan menulis, namun perintah pertama Allah kepadanya adalah baca. Ini menunjukkan bahwa umat Islam dunia walaupun dari berbagai suku bangsa dan bahasa yang berbeda tetapi tetap harus membaca Al-Qur’an dalam bahasa Arab.
Tiada hari tanpa membaca Al-Qur’an. Siang berfikir, malam berzikir, siang bekerja, malam beramal, siang membaca ayat-ayat kauniyah, malam membaca ayat-ayat kauliyah (Al-Qur’an).
Alhamdulillah pada waktu umrah bersama jemaah Pemerintah Kabupaten Pelalawan pada 28 Oktober hingga 9 November lalu, saya berkesempatan berkunjung ke pabrik pencetak Al-Qur’an di Madinah. Saya rencananya mau membeli Al-Qur’an berukuran besar untuk salat tahajud, namun ternyata mereka tidak lagi memproduksi Al –Qur’an besar tersebut dengan alasan kekurangan bahan baku (kertas).
Waktu berkunjung ke pabrik pencetak Al-Qur’an ini pun sudah sangat dibatasi yaitu mulai pukul 17.00 sampai pukul 21.00 waktu setempa. Para pengunjung yang datang ke lokasi percetakan Al-Qur’an ini masih diberi kesempatan untuk mendapat jatah satu Al-Qur’an untuk satu orang tapi Al-Qur’an yang diberikan sudah berukuran kecil.
Kita memang tidak mengetahui secara pasti alasan pabrik pencetak Al-Qur’an terbesar dunia yang berada di Kota Madinah ini mengurangi kapasitas produksinya. Tetapi kita memang sangat memahami bahwa hutan sebagai bahan baku pembuat kertas memang sangat sulit di jumpai di negara padang pasir ini.
Karena itulah saya menyarankan kepada Pemerintah Kabupaten Pelalawan untuk mencetak Al-Qur’an di Kabupaten Pelalawan, terutama Al-Qur’an besar untuk dapat digunakan dalam Salat Tahajud. Apalagi kita memiliki pabrik pulp and paper dengan perusahaan RAPP di Kabupaten Pelalawan dan Indah Kiat di Kabupaten Siak Sri Indrapura.
Sehingga bahan baku untuk mencetak Al-Qur’an itu bisa kita dapatkan dari kedua perusahaan besar ini dengan membangun kerja antara pemerintah daerah dan perusahaan pulp and paper terbesar di Asia itu. In sya Allah. Amin
Apalagi Indonesia terkenal sebagai mayoritas berpenduduk muslim terbesar dunia, memiliki lebih dari satu juta masjid dan musala yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Andaikan setiap masjid memerlu satu Al-Qur’an besar untuk para imamnya, maka Indonesia sudah memerlu satu juta Al-Qur’an besar yang saat ini sudah tidak di produksi lagi di Kota Madinah. Wallahu alam bissawab.***
Oleh: Tengku Dahril (Rektor ITP2I)