32.5 C
Jakarta
Tuesday, April 8, 2025

Tafsir Kemarau, di Banjarmasin Art Week 2023

Melalui lukisan, sejumlah perupa coba menafsirkan kumarau landang (kemarau panjang dan kering) yang melanda Kalimantan Selatan.

******

DI BELAKANG sosok lelaki tua, pepohonan meranggas. Tak ada lagi daun yang tersisa di rantingnya.

Di bawahnya, tanah gersang dan retak. Di atasnya, awan kelabu menggantung.

Kehausan dengan sangat, lelaki tua itu mengangkat galon. Air merembes membasahi mulut, leher, dan tubuhnya. Seekor burung kecil yang bertengger di bahunya juga kuyup.

Itulah lukisan karya Daniel Lie berjudul ‘Kesegaran dalam Kekeringan’.

Lukisan berukuran 70 x 90 sentimeter itu dibuat di atas kanvas, disapu cat minyak.

Selain mengandalkan detail dan menerapkan teknik plakat (sapuan warna yang tebal), Daniel memasukkan “humor” ke dalam lukisannya.

Sebuah bebek mainan warna kuning yang mengapung di dalam galon air. Daniel mengaku sengaja menarik perhatian dengan cara yang nyeleneh.

“Kalau hanya minum air dari botol, saya rasa sudah biasa,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin, Selasa (14/11).

“Biar kelihatan, kesegaran yang didapat tak hanya terasa sampai tenggorokan,” tambahnya.

Di pojok ruang pameran, ada lukisan karya Muslim Anang Abdullah. Ia Ketua Ikatan Pelukis Kalimantan Selatan (IPKS). Karyanya diberi judul ‘Potret Sudut Kotaku’.

Muslim melukis permukiman di bantaran sungai. Ada sejumlah bocah yang asyik bermain, orang tua yang ngobrol di teras rumah, dan perempuan yang mencuci pakaian.

Baca Juga :  Kemarau Panjang, DLH Palangkaraya Lakukan Penyiraman Taman Kota

Kontras karena perkampungannya berwarna warni, sedangkan sungainya gelap dengan sampah yang hanyut.

Bila karya Daniel bertumpu pada realisme, Muslim datang dari aliran impresionisme.

Muslim berusaha menampilkan pencahayaan yang kuat. Ia coba menangkap sudut dan pinggiran kota.

“Sungai Pekapuran lah yang menginspirasi lukisan ini,” sebutnya. “Di pinggir sungai, ada banyak pesan sosial yang bisa digali,” sambungnya.

Pameran lukisan ini digelar di Creative Hub Banjarmasin, Jalan Ahmad Yani km 3,5. Banjarmasin Art Week (BAW) 2023 berlangsung dari 14 sampai 20 November 2023 nanti. Pameran bertajuk ‘Kumarau Landang’ itu diikuti sepuluh perupa lokal dari berbagai aliran.

Kurator pameran, Badri Hurmansyah menjelaskan, pameran berangkat dari keprihatinan bersama tentang kemajuan seni rupa yang lamban di Banua.

Ihwal pemilihan tema, para perupa ingin menyoroti perubahan iklim. Ketika bumi semakin panas.

Di sini, bukan hanya pameran lukisan, tapi juga ada diskusi hingga seni pertunjukan.
Dalam catatan yang ia tempel di pojok ruang pameran, Badri mengutarakan harapan ke depan akan berdiri institusi seni di Kalsel.

Salah seorang pengunjung pameran, Elly menyebut pameran ini layaknya oase. “Menyejukkan dan menenangkan,” ujarnya Jumat (17/11).

Namun, perempuan asal Martapura itu memberikan sedikit masukan. Dia berharap tempat pameran bisa lebih luas lagi.

Baca Juga :  Percaya atau Tidak? Air Sungai Surut Tanda Kemarau Tiba

“Saya rasa jarak antara satu lukisan ke lukisan lainnya terlalu dekat. Jadi kurang puas melihatnya,” kata Elly.

“Selebihnya, tinggal promosi saja yang digencarkan. Semoga ke depan bisa lebih baik lagi,” harapnya.

Semoga Banyak yang Laku

Banjarmasin Art Week (BAW) pertama kali digagas pada November 2022 lalu di Jalan Pierre Tendean, Banjarmasin Tengah.

Dicetuskan Dewan Kesenian bersama Bidang Ekonomi Kreatif Disbudporapar Banjarmasin.
BAW 2023 kali ini dibuka Wakil Wali Kota Banjarmasin, Arifin Noor.

Ia menganggap BAW sebagai kesempatan untuk menunjukkan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki Banjarmasin. Serta menghadirkan ruang temu antara pegiat seni dan masyarakat penikmat seni.

“Tujuannya untuk mengembangkan ekonomi kreatif yang berbasis pada seni dan budaya,” ujarnya di hari pertama pameran (14/11).

“Mari bersama-sama merajut keberagaman, memperkuat identitas kota, dan mengangkat derajat seni sebagai elemen penting dalam pembangunan kota,” tutup Arifin.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian (DK) Banjarmasin, Hajriansyah mengatakan, BAW tidak membatasi diri untuk seniman Banjarmasin saja.

“Ada pula karya dari luar daerah. Misalnya dari Banjarbaru dan Tapin,” ungkapnya.

Hajri lantas berharap akan banyak lukisan yang ditawar pengunjung dan terjual. Semoga. (din/jpg/hnd)

Melalui lukisan, sejumlah perupa coba menafsirkan kumarau landang (kemarau panjang dan kering) yang melanda Kalimantan Selatan.

******

DI BELAKANG sosok lelaki tua, pepohonan meranggas. Tak ada lagi daun yang tersisa di rantingnya.

Di bawahnya, tanah gersang dan retak. Di atasnya, awan kelabu menggantung.

Kehausan dengan sangat, lelaki tua itu mengangkat galon. Air merembes membasahi mulut, leher, dan tubuhnya. Seekor burung kecil yang bertengger di bahunya juga kuyup.

Itulah lukisan karya Daniel Lie berjudul ‘Kesegaran dalam Kekeringan’.

Lukisan berukuran 70 x 90 sentimeter itu dibuat di atas kanvas, disapu cat minyak.

Selain mengandalkan detail dan menerapkan teknik plakat (sapuan warna yang tebal), Daniel memasukkan “humor” ke dalam lukisannya.

Sebuah bebek mainan warna kuning yang mengapung di dalam galon air. Daniel mengaku sengaja menarik perhatian dengan cara yang nyeleneh.

“Kalau hanya minum air dari botol, saya rasa sudah biasa,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin, Selasa (14/11).

“Biar kelihatan, kesegaran yang didapat tak hanya terasa sampai tenggorokan,” tambahnya.

Di pojok ruang pameran, ada lukisan karya Muslim Anang Abdullah. Ia Ketua Ikatan Pelukis Kalimantan Selatan (IPKS). Karyanya diberi judul ‘Potret Sudut Kotaku’.

Muslim melukis permukiman di bantaran sungai. Ada sejumlah bocah yang asyik bermain, orang tua yang ngobrol di teras rumah, dan perempuan yang mencuci pakaian.

Baca Juga :  Kemarau Panjang, DLH Palangkaraya Lakukan Penyiraman Taman Kota

Kontras karena perkampungannya berwarna warni, sedangkan sungainya gelap dengan sampah yang hanyut.

Bila karya Daniel bertumpu pada realisme, Muslim datang dari aliran impresionisme.

Muslim berusaha menampilkan pencahayaan yang kuat. Ia coba menangkap sudut dan pinggiran kota.

“Sungai Pekapuran lah yang menginspirasi lukisan ini,” sebutnya. “Di pinggir sungai, ada banyak pesan sosial yang bisa digali,” sambungnya.

Pameran lukisan ini digelar di Creative Hub Banjarmasin, Jalan Ahmad Yani km 3,5. Banjarmasin Art Week (BAW) 2023 berlangsung dari 14 sampai 20 November 2023 nanti. Pameran bertajuk ‘Kumarau Landang’ itu diikuti sepuluh perupa lokal dari berbagai aliran.

Kurator pameran, Badri Hurmansyah menjelaskan, pameran berangkat dari keprihatinan bersama tentang kemajuan seni rupa yang lamban di Banua.

Ihwal pemilihan tema, para perupa ingin menyoroti perubahan iklim. Ketika bumi semakin panas.

Di sini, bukan hanya pameran lukisan, tapi juga ada diskusi hingga seni pertunjukan.
Dalam catatan yang ia tempel di pojok ruang pameran, Badri mengutarakan harapan ke depan akan berdiri institusi seni di Kalsel.

Salah seorang pengunjung pameran, Elly menyebut pameran ini layaknya oase. “Menyejukkan dan menenangkan,” ujarnya Jumat (17/11).

Namun, perempuan asal Martapura itu memberikan sedikit masukan. Dia berharap tempat pameran bisa lebih luas lagi.

Baca Juga :  Percaya atau Tidak? Air Sungai Surut Tanda Kemarau Tiba

“Saya rasa jarak antara satu lukisan ke lukisan lainnya terlalu dekat. Jadi kurang puas melihatnya,” kata Elly.

“Selebihnya, tinggal promosi saja yang digencarkan. Semoga ke depan bisa lebih baik lagi,” harapnya.

Semoga Banyak yang Laku

Banjarmasin Art Week (BAW) pertama kali digagas pada November 2022 lalu di Jalan Pierre Tendean, Banjarmasin Tengah.

Dicetuskan Dewan Kesenian bersama Bidang Ekonomi Kreatif Disbudporapar Banjarmasin.
BAW 2023 kali ini dibuka Wakil Wali Kota Banjarmasin, Arifin Noor.

Ia menganggap BAW sebagai kesempatan untuk menunjukkan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki Banjarmasin. Serta menghadirkan ruang temu antara pegiat seni dan masyarakat penikmat seni.

“Tujuannya untuk mengembangkan ekonomi kreatif yang berbasis pada seni dan budaya,” ujarnya di hari pertama pameran (14/11).

“Mari bersama-sama merajut keberagaman, memperkuat identitas kota, dan mengangkat derajat seni sebagai elemen penting dalam pembangunan kota,” tutup Arifin.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian (DK) Banjarmasin, Hajriansyah mengatakan, BAW tidak membatasi diri untuk seniman Banjarmasin saja.

“Ada pula karya dari luar daerah. Misalnya dari Banjarbaru dan Tapin,” ungkapnya.

Hajri lantas berharap akan banyak lukisan yang ditawar pengunjung dan terjual. Semoga. (din/jpg/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru