33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Percaya atau Tidak? Air Sungai Surut Tanda Kemarau Tiba

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Sistem pengetahuan lokal atau sering disebut dengan indigenous knowledge atau local knowledge adalah konsep mengenai segala sesuatu gejala yang dilihat, dirasakan, dialami, dipikirkan, yang bisa diperoleh dari kondisi alam dan lingkungan sekitar.

Hal seperti Inilah yang sering digunakan oleh Suku Dayak, yang mendiami wilayah Kalimantan Tengah terutama Kota Palangka Raya. Kajian kearifan lokal yang hidup dan berkembang diwilayah Kota Palangka Raya, terkait pemanfaatan pasang surut air Sungai Kahayan.

Misalnya, apabila musim kemarau tiba. Dilihat dari kondisi sungai yang surut dan permukaan tanah, pasir, lumpur dan sebagainya terlihat, menjadi pertanda bahwa akan terjadinya kondisi cuaca yang tidak sering turun hujan (kemarau, Red). Bahkan dipermukaan sungai, tanah menjadi kering dan terlihat pecah-pecah.

Baca Juga :  Kelotok Tenggelam di Sungai Kahayan, Dua ABK Hilang

“Maka masyarakat di sini bersiap-siap akan menghadapi musim kemarau, dan pemanfaatan air bersih harus irit. Bahkan tidak jarang, apabila musim kemarau tiba yang menjadi tantangan terbesar adalah kondisi tubuh dan lingkungan yang harus dijaga dan diperhatikan,”ucap salah seorang warga Kota Palangka Raya, Bambang Marajaki,  baru-baru ini.

Kendati demikian, Bambang memberitahukan apabila hujan tidak kunjung datang. Maka biasanya dilakukan ritual suku Dayak Ngaju, contohnya melakukan ritual pemanggil hujan yang berlandaskan kepercayaan Agama Helu  (Kaharingan, Red).

“Yang dilakukan doa-doa dan pembacaan mantara-mantra meminta kepada leluhur dan Yang Maha Kuasa supaya diturunkan hujan, menimbang air adalah sumber kehidupan bagi manusia, tumbuhan dan alam sekitar lainnya,”bebernya.

Baca Juga :  Musim Kemarau Lahan Kekeringan, Ratusan Hektare Lahan Pangan Rusak

Sebelumnya, Koordinator Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Kalteng, Anton Budiono mengatakan bahwa selama kurang lebih satu bulan terakhir, sejumlah wilayah di Kalimantan Tengah (Kalteng) dilanda suhu panas yang menyengat. Ini merupakan fenomena alam akibat adanya gerak semu matahari. Merupakan siklus yang biasa terjadi tiap tahun.

“Karena itu semua pihak diimbau tetap mewaspadai ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla), meski BMKG Kalteng memprediksi musim kemarau baru akan terjadi pada awal Juni mendatang,”tandasnya. (pri/rin)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Sistem pengetahuan lokal atau sering disebut dengan indigenous knowledge atau local knowledge adalah konsep mengenai segala sesuatu gejala yang dilihat, dirasakan, dialami, dipikirkan, yang bisa diperoleh dari kondisi alam dan lingkungan sekitar.

Hal seperti Inilah yang sering digunakan oleh Suku Dayak, yang mendiami wilayah Kalimantan Tengah terutama Kota Palangka Raya. Kajian kearifan lokal yang hidup dan berkembang diwilayah Kota Palangka Raya, terkait pemanfaatan pasang surut air Sungai Kahayan.

Misalnya, apabila musim kemarau tiba. Dilihat dari kondisi sungai yang surut dan permukaan tanah, pasir, lumpur dan sebagainya terlihat, menjadi pertanda bahwa akan terjadinya kondisi cuaca yang tidak sering turun hujan (kemarau, Red). Bahkan dipermukaan sungai, tanah menjadi kering dan terlihat pecah-pecah.

Baca Juga :  Kelotok Tenggelam di Sungai Kahayan, Dua ABK Hilang

“Maka masyarakat di sini bersiap-siap akan menghadapi musim kemarau, dan pemanfaatan air bersih harus irit. Bahkan tidak jarang, apabila musim kemarau tiba yang menjadi tantangan terbesar adalah kondisi tubuh dan lingkungan yang harus dijaga dan diperhatikan,”ucap salah seorang warga Kota Palangka Raya, Bambang Marajaki,  baru-baru ini.

Kendati demikian, Bambang memberitahukan apabila hujan tidak kunjung datang. Maka biasanya dilakukan ritual suku Dayak Ngaju, contohnya melakukan ritual pemanggil hujan yang berlandaskan kepercayaan Agama Helu  (Kaharingan, Red).

“Yang dilakukan doa-doa dan pembacaan mantara-mantra meminta kepada leluhur dan Yang Maha Kuasa supaya diturunkan hujan, menimbang air adalah sumber kehidupan bagi manusia, tumbuhan dan alam sekitar lainnya,”bebernya.

Baca Juga :  Musim Kemarau Lahan Kekeringan, Ratusan Hektare Lahan Pangan Rusak

Sebelumnya, Koordinator Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Kalteng, Anton Budiono mengatakan bahwa selama kurang lebih satu bulan terakhir, sejumlah wilayah di Kalimantan Tengah (Kalteng) dilanda suhu panas yang menyengat. Ini merupakan fenomena alam akibat adanya gerak semu matahari. Merupakan siklus yang biasa terjadi tiap tahun.

“Karena itu semua pihak diimbau tetap mewaspadai ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla), meski BMKG Kalteng memprediksi musim kemarau baru akan terjadi pada awal Juni mendatang,”tandasnya. (pri/rin)

Terpopuler

Artikel Terbaru