32.6 C
Jakarta
Wednesday, November 27, 2024

Taliban Disebut Bisa Rebut Kota Kabul dalam Waktu 3 Bulan

PROKALTENG.CO-Milisi Taliban disebut dapat merebut ibu kota Afghanistan, Kabul, dalam waktu 90 hari atau 3 bulan. Itu setelah mereka bangkit kembali dan membuat lebih banyak kemajuan di seluruh negeri. Hal ini seperti disampaikan oleh pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS).

Pejabat pertahanan AS yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim pada Rabu (11/8), mengatakan penilaian baru tentang berapa lama Kabul dapat bertahan adalah hasil dari kemajuan cepat Taliban setelah pasukan asing pimpinan AS pergi.

“Tapi, ini bukan kesimpulan yang sudah pasti,” tambah pejabat itu seraya mengatakan bahwa pasukan keamanan Afghanistan dapat membalikkan momentum dengan melakukan lebih banyak perlawanan.

Kelompok Taliban sekarang menguasai 65 persen wilayah Afghanistan dan akan mengambil alih 11 ibu kota provinsi kata seorang pejabat senior Uni Eropa. Faizabad, di provinsi timur laut Badakhshan, pada Rabu (11/8) menjadi ibu kota provinsi kedelapan yang direbut oleh Taliban.

Pertempuran sengit terjadi di kota Kandahar. Semua pintu gerbang ke Kabul, terletak di lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, dipenuhi warga sipil yang melarikan diri untuk menghindari perang.

Baca Juga :  Natasha Sapu Bersih Kontes Kecantikan Tanpa Riasan

“Ketakutannya adalah pelaku bom bunuh diri memasuki markas diplomatik untuk menakut-nakuti, menyerang, dan memastikan semua orang pergi secepat mungkin,” kata sumber tersebut.

Taliban ingin mengalahkan pemerintah yang didukung AS dan menerapkan kembali hukum Islam yang ketat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan serangan itu bertentangan dengan semangat kesepakatan 2020.

“Taliban berkomitmen untuk melakukan pembicaraan tentang kesepakatan damai yang akan mengarah pada gencatan senjata permanen dan komprehensif,” kata Price. “Semua indikasi setidaknya menunjukkan bahwa Taliban malah mengejar kemenangan di medan perang,” imbuhnya.

“Menyerang ibu kota provinsi dan menargetkan warga sipil tidak sesuai dengan semangat kesepakatan,” katanya.

PBB mengatakan lebih dari 1.000 warga sipil tewas dalam sebulan terakhir, dan Komite Internasional Palang Merah mengatakan bahwa sejak 1 Agustus sekitar 4.042 orang yang terluka telah dirawat di 15 fasilitas kesehatan. Taliban membantah menargetkan atau membunuh warga sipil dan menyerukan penyelidikan independen.

“Kami tidak menargetkan warga sipil atau rumah mereka di wilayah mana pun, melainkan operasi telah dilakukan dengan sangat presisi dan hati-hati,” kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga :  Cerita Perempuan Irlandia Kena Covid-19 Delta, Lemah di Tempat Tidur

Lepasnya Faizabad ke tangan Taliban merupakan kemunduran terbaru bagi pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, yang terbang ke Mazar-i-Sharif untuk mengumpulkan panglima perang untuk mempertahankan kota terbesar di utara itu saat pasukan Taliban semakin mendekat. Selama bertahun-tahun Ghani mengesampingkan para panglima perang saat dia mencoba memproyeksikan otoritas pemerintah pusatnya atas provinsi-provinsi yang bandel.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan dia tidak menyesali keputusannya untuk menarik mundur pasukan AS dari Afghanistan dan mendesak para pemimpin Afghanistan untuk memperjuangkan tanah air mereka. AS telah menghabiskan lebih dari USD 1 triliun selama 20 tahun dan kehilangan ribuan tentara.

AS menegaskan terus memberikan dukungan serangan udara, makanan, peralatan, dan gaji yang signifikan kepada pasukan Afghanistan. “Afghanistan perlu menentukan apakah mereka memiliki kemauan politik untuk melawan dan apakah mereka memiliki kemampuan untuk bersatu,” kata sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki.

PROKALTENG.CO-Milisi Taliban disebut dapat merebut ibu kota Afghanistan, Kabul, dalam waktu 90 hari atau 3 bulan. Itu setelah mereka bangkit kembali dan membuat lebih banyak kemajuan di seluruh negeri. Hal ini seperti disampaikan oleh pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS).

Pejabat pertahanan AS yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim pada Rabu (11/8), mengatakan penilaian baru tentang berapa lama Kabul dapat bertahan adalah hasil dari kemajuan cepat Taliban setelah pasukan asing pimpinan AS pergi.

“Tapi, ini bukan kesimpulan yang sudah pasti,” tambah pejabat itu seraya mengatakan bahwa pasukan keamanan Afghanistan dapat membalikkan momentum dengan melakukan lebih banyak perlawanan.

Kelompok Taliban sekarang menguasai 65 persen wilayah Afghanistan dan akan mengambil alih 11 ibu kota provinsi kata seorang pejabat senior Uni Eropa. Faizabad, di provinsi timur laut Badakhshan, pada Rabu (11/8) menjadi ibu kota provinsi kedelapan yang direbut oleh Taliban.

Pertempuran sengit terjadi di kota Kandahar. Semua pintu gerbang ke Kabul, terletak di lembah yang dikelilingi oleh pegunungan, dipenuhi warga sipil yang melarikan diri untuk menghindari perang.

Baca Juga :  Natasha Sapu Bersih Kontes Kecantikan Tanpa Riasan

“Ketakutannya adalah pelaku bom bunuh diri memasuki markas diplomatik untuk menakut-nakuti, menyerang, dan memastikan semua orang pergi secepat mungkin,” kata sumber tersebut.

Taliban ingin mengalahkan pemerintah yang didukung AS dan menerapkan kembali hukum Islam yang ketat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan serangan itu bertentangan dengan semangat kesepakatan 2020.

“Taliban berkomitmen untuk melakukan pembicaraan tentang kesepakatan damai yang akan mengarah pada gencatan senjata permanen dan komprehensif,” kata Price. “Semua indikasi setidaknya menunjukkan bahwa Taliban malah mengejar kemenangan di medan perang,” imbuhnya.

“Menyerang ibu kota provinsi dan menargetkan warga sipil tidak sesuai dengan semangat kesepakatan,” katanya.

PBB mengatakan lebih dari 1.000 warga sipil tewas dalam sebulan terakhir, dan Komite Internasional Palang Merah mengatakan bahwa sejak 1 Agustus sekitar 4.042 orang yang terluka telah dirawat di 15 fasilitas kesehatan. Taliban membantah menargetkan atau membunuh warga sipil dan menyerukan penyelidikan independen.

“Kami tidak menargetkan warga sipil atau rumah mereka di wilayah mana pun, melainkan operasi telah dilakukan dengan sangat presisi dan hati-hati,” kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga :  Cerita Perempuan Irlandia Kena Covid-19 Delta, Lemah di Tempat Tidur

Lepasnya Faizabad ke tangan Taliban merupakan kemunduran terbaru bagi pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, yang terbang ke Mazar-i-Sharif untuk mengumpulkan panglima perang untuk mempertahankan kota terbesar di utara itu saat pasukan Taliban semakin mendekat. Selama bertahun-tahun Ghani mengesampingkan para panglima perang saat dia mencoba memproyeksikan otoritas pemerintah pusatnya atas provinsi-provinsi yang bandel.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan dia tidak menyesali keputusannya untuk menarik mundur pasukan AS dari Afghanistan dan mendesak para pemimpin Afghanistan untuk memperjuangkan tanah air mereka. AS telah menghabiskan lebih dari USD 1 triliun selama 20 tahun dan kehilangan ribuan tentara.

AS menegaskan terus memberikan dukungan serangan udara, makanan, peralatan, dan gaji yang signifikan kepada pasukan Afghanistan. “Afghanistan perlu menentukan apakah mereka memiliki kemauan politik untuk melawan dan apakah mereka memiliki kemampuan untuk bersatu,” kata sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki.

Terpopuler

Artikel Terbaru