28.1 C
Jakarta
Saturday, December 21, 2024

Masalah Gizi dan Pangan Hambat Peningkatan SDM Unggul

Pemerintah
terus melalukan pembangunan SDM yang unggul, berkualitas, dan berdaya saing.
Salah satu aspek penting dalam hal itu adalah pangan dan gizi, yang mana sangat
berpengaruh pada produktivitas dan kualitas SDM.

Namun,
terdapat tantangan di dalamnya yang harus diselesaikan di bidang pangan dan
gizi saat ini, yakni ketidakcukupan konsumsi pangan. Pola konsumsi masyarakat
Indonesia masih kurang ideal. yang paling serius adalah masalah kurang gizi atau
stunting pada anak balita.

“Permasalahan
gizi yang masih serius untuk dihadapi adalah stunting,” jelas Deputi Bidang
Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus
Sartono, melalui keterangan tertulis, Senin (7/12).

Berdasarkan
data Riskesdas, pada tahun 2019, angka stunting di Indonesia sebesar 27,67
persen. Pemerintah menargetkan penurunan stunting menjadi 14 persen di tahun
2024, sebagaimana yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024.

Baca Juga :  Peran Penting Keluarga Ingatkan Anggota dalam Pencegahan Virus

Untuk
mencapai target penurunan stunting hingga 14 persen, dikatakan perlu langkah
yang luar biasa. Di antaranya, yaitu melalui intervensi sejak usia remaja, di
masa pranikah, selama kehamilan, dan masa interval kehamilan. Selain itu,
pembangunan pangan dan gizi juga dilaksanakan melalui berbagai upaya untuk
percepatan perbaikan gizi.

Selain
itu, pemerintah juga telah melaksanakan program-program pembangunan pangan dan
gizi yang dilaksanakan secara terkoordinasi melalui Kementerian dan Lembaga
yang membidangi masalah pangan dan gizi, seperti Kementerian Pertanian
(Kementan), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Sosial
(Kemensos), dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Kementan
mendukung penguatan ketahanan pangan masyarakat melalui program Pekarangan
Pangan Lestari (P2L) untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga, KKP memiliki
program Gemar ikan yang bertujuan untuk meningkatkan budaya konsumsi ikan di
masyarakat.

Baca Juga :  WHO Sebut Efektivitas Vaksin Pfizer Menjanjikan, Segera Tersedia?

 â€œProgram sembako/BPNT yang dilakukan oleh
Kemensos pada tahun 2020 untuk pemenuhan pangan yang bergizi, dan Kemenkes
memiliki program kampanye ‘Isi Piringku’ sebagai media promosi konsumsi pangan
sesuai dengan anjuran Gizi Seimbang,” jelas dia.

Kepada
para ilmuwan gizi dan pangan, dia meminta untuk fokus mengembangkan potensi
pangan melalui penelitian dan pengembangan, serta melakukan edukasi kepada
masyarakat pentingnya pangan yang berkecukupan gizi. Hal itu sangat perlu
dilakukan untuk mewujudkan SDM Unggul yang berdaya saing.

“Para
ilmuwan dan akademisi diharapkan dapat mengembangkan potensi pangan di setiap
daerah yang bernilai gizi tinggi untuk meningkatkan gizi masyarakat, serta
mendukung dalam memberikan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya konsumsi
pangan yang bergizi dan beranekaragam terutama pada masa pandemi agar tetap
sehat dan bugar,” tandasnya.

Pemerintah
terus melalukan pembangunan SDM yang unggul, berkualitas, dan berdaya saing.
Salah satu aspek penting dalam hal itu adalah pangan dan gizi, yang mana sangat
berpengaruh pada produktivitas dan kualitas SDM.

Namun,
terdapat tantangan di dalamnya yang harus diselesaikan di bidang pangan dan
gizi saat ini, yakni ketidakcukupan konsumsi pangan. Pola konsumsi masyarakat
Indonesia masih kurang ideal. yang paling serius adalah masalah kurang gizi atau
stunting pada anak balita.

“Permasalahan
gizi yang masih serius untuk dihadapi adalah stunting,” jelas Deputi Bidang
Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus
Sartono, melalui keterangan tertulis, Senin (7/12).

Berdasarkan
data Riskesdas, pada tahun 2019, angka stunting di Indonesia sebesar 27,67
persen. Pemerintah menargetkan penurunan stunting menjadi 14 persen di tahun
2024, sebagaimana yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024.

Baca Juga :  Peran Penting Keluarga Ingatkan Anggota dalam Pencegahan Virus

Untuk
mencapai target penurunan stunting hingga 14 persen, dikatakan perlu langkah
yang luar biasa. Di antaranya, yaitu melalui intervensi sejak usia remaja, di
masa pranikah, selama kehamilan, dan masa interval kehamilan. Selain itu,
pembangunan pangan dan gizi juga dilaksanakan melalui berbagai upaya untuk
percepatan perbaikan gizi.

Selain
itu, pemerintah juga telah melaksanakan program-program pembangunan pangan dan
gizi yang dilaksanakan secara terkoordinasi melalui Kementerian dan Lembaga
yang membidangi masalah pangan dan gizi, seperti Kementerian Pertanian
(Kementan), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Sosial
(Kemensos), dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Kementan
mendukung penguatan ketahanan pangan masyarakat melalui program Pekarangan
Pangan Lestari (P2L) untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga, KKP memiliki
program Gemar ikan yang bertujuan untuk meningkatkan budaya konsumsi ikan di
masyarakat.

Baca Juga :  WHO Sebut Efektivitas Vaksin Pfizer Menjanjikan, Segera Tersedia?

 â€œProgram sembako/BPNT yang dilakukan oleh
Kemensos pada tahun 2020 untuk pemenuhan pangan yang bergizi, dan Kemenkes
memiliki program kampanye ‘Isi Piringku’ sebagai media promosi konsumsi pangan
sesuai dengan anjuran Gizi Seimbang,” jelas dia.

Kepada
para ilmuwan gizi dan pangan, dia meminta untuk fokus mengembangkan potensi
pangan melalui penelitian dan pengembangan, serta melakukan edukasi kepada
masyarakat pentingnya pangan yang berkecukupan gizi. Hal itu sangat perlu
dilakukan untuk mewujudkan SDM Unggul yang berdaya saing.

“Para
ilmuwan dan akademisi diharapkan dapat mengembangkan potensi pangan di setiap
daerah yang bernilai gizi tinggi untuk meningkatkan gizi masyarakat, serta
mendukung dalam memberikan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya konsumsi
pangan yang bergizi dan beranekaragam terutama pada masa pandemi agar tetap
sehat dan bugar,” tandasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru