25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Guru Besar FFUI Sebut Covid-19 Timbulkan Efek Berbahaya bagi Penderita

Guru
Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) Bidang Mikrobiologi Maksum
Radji mengatakan, penyakit Covid-19 menimbulkan efek berbahaya pada penderita
yang memiliki faktor penyakit bawaan. Selain itu, bahaya juga mengancam pada
masyarakat usia produktif.

”Apalagi
dalam proses transmisinya, yaitu pasien terinfeksi namun tidak menunjukkan
gejala. Sehingga, kita harus tetap melakukan protokol kesehatan yakni pola
hidup bersih dan sehat (PHBS). Ikuti aturan pemerintah terkait 3M, dan kontrol
ketat penyakit penyerta,” kata Maksum Radji seperti dilansir dari Antara.

Maksum
mengatakan, sistem pertahanan tubuh diklasifikasikan menjadi non-spesifik yang
merupakan pertahanan pertama yang tersusun dari fisik humoral (komplemen,
interferon, TNF) dan seluler (fagosit dan NK). Selain itu, ada sistem kekebalan
lain yaitu adaptive immunity yang dapat dipicu dari paparan terhadap penyebab
kuman salah satunya melalui vaksinasi ataupun paparan langsung secara alami.

Baca Juga :  5 Manfaat Mengonsumsi Alpukat Setiap Hari

”Sistem
adaptif ini memicu pembentukan antibodi yang akan men-trigger pertahanan
imunitas seluler,” ujar Maksum Radji.

Herd
immunity atau kekebalan komunitas, lanjut Maksum, baru tercapai apabila 60
hingga 80 persen masyarakat suatu populasi terpapar secara alami ataupun
melalui vaksinasi. Jika dari hasil paparan alami, dari 286 juta penduduk,
sekitar 160-215 juta penduduk akan terinfeksi dengan kemungkinan 9,1 juta–12,2
juta penduduk akan meninggal (prediksi case fatality rate/CFR 5,7 persen).

”Tingginya
CFR, saat ini para peneliti di dunia berkolaborasi dalam mempersiapkan vaksin.
Harapannya, vaksin dapat menstimulasi pembentukan antibodi terhadap penyebab
Covid-19. Dengan mempertimbangkan CFR tersebut, herd immunity diharapkan dapat
dicapai melalui vaksin,” terang Maksum.

Baca Juga :  Pandemi Covid-19 Bisa Memperburuk Kondisi Baby Blues Usai Melahirkan

Dia
mengatakan, dengan vaksinasi diharapkan masyarakat yang telah diimunisasi
menjadi pelindung bagi kelompok kecil lain yang belum mendapatkan imunisasi.
Dalam proses herd immunity melalui vaksinasi, kepatuhan terhadap protokol
kesehatan harus tetap berlanjut selama bertahun-tahun karena masih diperlukan
studi terkait efektivitas vaksin apakah 6 bulan 1 tahun atau lebih.

Maksum
menambahkan, jika vaksin sudah diumumkan aman oleh regulator, terdapat
prioritas penerima dari pemerintah. Yakni tenaga kesehatan, orang yang kontak
erat dengan pasien positif, petugas publik, ASN, tenaga pendidik, dan masyarakat
umum. ”Jadi penting upaya pencegahan penularan sebelum ada vaksin ataupun efek
post surveillance marketing setelah vaksinasi diumumkan,” tutur Maksum Radji.

Guru
Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) Bidang Mikrobiologi Maksum
Radji mengatakan, penyakit Covid-19 menimbulkan efek berbahaya pada penderita
yang memiliki faktor penyakit bawaan. Selain itu, bahaya juga mengancam pada
masyarakat usia produktif.

”Apalagi
dalam proses transmisinya, yaitu pasien terinfeksi namun tidak menunjukkan
gejala. Sehingga, kita harus tetap melakukan protokol kesehatan yakni pola
hidup bersih dan sehat (PHBS). Ikuti aturan pemerintah terkait 3M, dan kontrol
ketat penyakit penyerta,” kata Maksum Radji seperti dilansir dari Antara.

Maksum
mengatakan, sistem pertahanan tubuh diklasifikasikan menjadi non-spesifik yang
merupakan pertahanan pertama yang tersusun dari fisik humoral (komplemen,
interferon, TNF) dan seluler (fagosit dan NK). Selain itu, ada sistem kekebalan
lain yaitu adaptive immunity yang dapat dipicu dari paparan terhadap penyebab
kuman salah satunya melalui vaksinasi ataupun paparan langsung secara alami.

Baca Juga :  5 Manfaat Mengonsumsi Alpukat Setiap Hari

”Sistem
adaptif ini memicu pembentukan antibodi yang akan men-trigger pertahanan
imunitas seluler,” ujar Maksum Radji.

Herd
immunity atau kekebalan komunitas, lanjut Maksum, baru tercapai apabila 60
hingga 80 persen masyarakat suatu populasi terpapar secara alami ataupun
melalui vaksinasi. Jika dari hasil paparan alami, dari 286 juta penduduk,
sekitar 160-215 juta penduduk akan terinfeksi dengan kemungkinan 9,1 juta–12,2
juta penduduk akan meninggal (prediksi case fatality rate/CFR 5,7 persen).

”Tingginya
CFR, saat ini para peneliti di dunia berkolaborasi dalam mempersiapkan vaksin.
Harapannya, vaksin dapat menstimulasi pembentukan antibodi terhadap penyebab
Covid-19. Dengan mempertimbangkan CFR tersebut, herd immunity diharapkan dapat
dicapai melalui vaksin,” terang Maksum.

Baca Juga :  Pandemi Covid-19 Bisa Memperburuk Kondisi Baby Blues Usai Melahirkan

Dia
mengatakan, dengan vaksinasi diharapkan masyarakat yang telah diimunisasi
menjadi pelindung bagi kelompok kecil lain yang belum mendapatkan imunisasi.
Dalam proses herd immunity melalui vaksinasi, kepatuhan terhadap protokol
kesehatan harus tetap berlanjut selama bertahun-tahun karena masih diperlukan
studi terkait efektivitas vaksin apakah 6 bulan 1 tahun atau lebih.

Maksum
menambahkan, jika vaksin sudah diumumkan aman oleh regulator, terdapat
prioritas penerima dari pemerintah. Yakni tenaga kesehatan, orang yang kontak
erat dengan pasien positif, petugas publik, ASN, tenaga pendidik, dan masyarakat
umum. ”Jadi penting upaya pencegahan penularan sebelum ada vaksin ataupun efek
post surveillance marketing setelah vaksinasi diumumkan,” tutur Maksum Radji.

Terpopuler

Artikel Terbaru