29.9 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Adik Bungsu

Adik bungsu Perdana Menteri
Singapura resmi masuk partai oposisi. Nama adiknya itu Lee Hsien Yang, 62
tahun. 

Partai yang dimasukinya itu baru
berdiri setahun lalu: Progress Singapore Party. Pendirinya: dr Tan Cheng Bock,
80 tahun.

Nama dokter itu melejit 2011
lalu. Saat ia nyapres di pilpres tahun itu. Ia hanya
kalah tipis 0,35 persen dari Tony Tan –yang punya jabatan wakil perdana
menteri. 

Dokter Tan sebenarnya ingin nyapres lagi
di Pilpres berikutnya –tiga tahun lalu.

Mendadak syarat-syarat jadi
capres diubah. Pemerintah mengusulkan perubahan konstitusi. Muncullah kriteria
baru untuk capres: harus suku Melayu.

Dokter Tan sudah berupaya
menggugat kriteria baru itu. Kalah. Ia pun gagal nyapres. Di pilpres itu
akhirnya hanya ada calon tunggal. Wanita. Halimah Yacob. Yang menjadi Presiden
Singapura sampai sekarang.

Dokter Tan tidak surut
berpolitik. Ia memang politikus kawakan. Dulunya ikut partai penguasa: People’s
Action Party (PAP). Yang selalu menang pemilu. Sejak tahun 1968. Menangnya pun
selalu di atas 60 persen.

Di partai penguasa itu dr Tan
beberapa kali terpilih sebagai anggota DPR. Setelah Lee Kuan Yew meninggal ia
tidak keluar dari PAP. 

Tapi tetap berpolitik. Di luar
pemerintahan.

Setelah gagal nyapres itu
dr Tan mulai berpikir menyatukan semua partai oposisi. Ia kumpulkan pimpinan 7
partai oposisi. Untuk membentuk satu partai koalisi yang kuat.

Gagal.

Maka ia pun mendirikan partai
baru tadi. Ia justru menambah jumlah partai. Kini kekuatan di luar PAP terpecah
jadi 12 partai. 

Baca Juga :  Infrastruktur Merata jadi Prioritas Kotim Bercahaya

Semangat bikin partai baru
ternyata juga terjadi di Singapura. Khususnya untuk Pemilu tiba-tiba ini: 10
Juli depan.

Popularitas dr Tan menarik hati
Lee Hsien Yang. Adik bungsu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Rabu lalu Hsien Yang menemui dr
Tan.

Tempat pertemuannya pun dipilih
di Pasar Tiong Bahru. Di kawasan Tanjung Pagar –tempat bersejarah bagi Lee
Kuan Yew, pendiri Singapura yang hebat itu.

Lee Kuan Yew adalah ayah tiga
anak yang sukses membawa Singapura dari negara dunia ketiga ke jajaran negara
maju.

Lee Kuan Yew hanya punya
peninggalan harta satu macam: rumah di Jalan Oxley Nomor 38.

Karena kakak sulung sudah menjadi
perdana menteri rumah itu diwariskan ke adik bungsu: Lee Hsien Yang. 

Tapi Hsien Yang sendiri sudah
punya rumah. 

Maka rumah waris itu ditempati
kakak wanitanya: Lee Wei Ling. Yang sampai sekarang terus membujang. Yang tetap
serumah dengan Lee Kuan Yew sampai ayahnya itu meninggal. Anak perempuan itu
jadi pengganti ibu rumah tangga karena istri Lee Kuan Yew meninggal lebih
dulu. 

Lao Er dan Lao San itu memang
selalu rukun. Hsien Yang mengizinkan Wei Ling tinggal di rumah warisan itu
sampai meninggal dunia.

Kelak, setelah Wei Ling
meninggal, Hsien Yang ingin rumah itu dirobohkan. Agar tidak ada kultus pada
Lee Kuan Yew. Bahkan keduanya ingin sekarang saja rumah itu dirobohkan. Lalu
dijual. 

Baca Juga :  Kebijakan Bupati Amankan Alokasi Insentif Tekon

Tapi Lao Da tidak sependapat.
Anak sulung itu menginginkan rumah warisan tersebut jadi museum. Untuk
mengenang kebesaran ayah mereka.

Rumah itu harus diserahkan ke
negara.

Itulah keputusan saudara sulung.
Yang juga keputusan perdana menteri. Berarti begitulah keputusan Pemerintah
Singapura. 

Anak-anak Lee Kuan Yew itu pun
bertengkar hebat. Dua lawan satu. 

Pertengkaran berkembang: Hsien
Yang dituduh merekayasa surat waris. Yang didalangi istrinya yang ahli hukum.

Perang keluarga itu meluas juga
di medsos. Sampai minggu lalu si anak perempuan masih posting di
Facebook: dia tidak percaya lagi Lee Hsien Loong. Baik sebagai saudara sulung
maupun sebagai pemimpin.

Kini pertengkaran itu naik kelas
lagi: ke politik. 

Momentumnya memang ada: Lee Hsien
Loong mengundurkan diri sebagai perdana menteri. Setelah pemilu nanti. 

Sudah 16 tahun ia di jabatan
puncak itu.

Partai penguasa sudah bulat:
memilih Heng Swee Keat sebagai calon pengganti Lee Hsien Loong. Itu kalau Swee
Keat terpilih sebagai anggota DPR di Pemilu nanti.

Partai penguasa sudah memastikan
itu. Swee Keat sudah beberapa tahun menjabat wakil perdana menteri.

Di banyak negara sering terjadi
keajaiban hasil Pemilu. Di Singapura hasil pemilu itu selalu seperti pinang
dibelah dua.(Dahlan Iskan)

 

Adik bungsu Perdana Menteri
Singapura resmi masuk partai oposisi. Nama adiknya itu Lee Hsien Yang, 62
tahun. 

Partai yang dimasukinya itu baru
berdiri setahun lalu: Progress Singapore Party. Pendirinya: dr Tan Cheng Bock,
80 tahun.

Nama dokter itu melejit 2011
lalu. Saat ia nyapres di pilpres tahun itu. Ia hanya
kalah tipis 0,35 persen dari Tony Tan –yang punya jabatan wakil perdana
menteri. 

Dokter Tan sebenarnya ingin nyapres lagi
di Pilpres berikutnya –tiga tahun lalu.

Mendadak syarat-syarat jadi
capres diubah. Pemerintah mengusulkan perubahan konstitusi. Muncullah kriteria
baru untuk capres: harus suku Melayu.

Dokter Tan sudah berupaya
menggugat kriteria baru itu. Kalah. Ia pun gagal nyapres. Di pilpres itu
akhirnya hanya ada calon tunggal. Wanita. Halimah Yacob. Yang menjadi Presiden
Singapura sampai sekarang.

Dokter Tan tidak surut
berpolitik. Ia memang politikus kawakan. Dulunya ikut partai penguasa: People’s
Action Party (PAP). Yang selalu menang pemilu. Sejak tahun 1968. Menangnya pun
selalu di atas 60 persen.

Di partai penguasa itu dr Tan
beberapa kali terpilih sebagai anggota DPR. Setelah Lee Kuan Yew meninggal ia
tidak keluar dari PAP. 

Tapi tetap berpolitik. Di luar
pemerintahan.

Setelah gagal nyapres itu
dr Tan mulai berpikir menyatukan semua partai oposisi. Ia kumpulkan pimpinan 7
partai oposisi. Untuk membentuk satu partai koalisi yang kuat.

Gagal.

Maka ia pun mendirikan partai
baru tadi. Ia justru menambah jumlah partai. Kini kekuatan di luar PAP terpecah
jadi 12 partai. 

Baca Juga :  Infrastruktur Merata jadi Prioritas Kotim Bercahaya

Semangat bikin partai baru
ternyata juga terjadi di Singapura. Khususnya untuk Pemilu tiba-tiba ini: 10
Juli depan.

Popularitas dr Tan menarik hati
Lee Hsien Yang. Adik bungsu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.

Rabu lalu Hsien Yang menemui dr
Tan.

Tempat pertemuannya pun dipilih
di Pasar Tiong Bahru. Di kawasan Tanjung Pagar –tempat bersejarah bagi Lee
Kuan Yew, pendiri Singapura yang hebat itu.

Lee Kuan Yew adalah ayah tiga
anak yang sukses membawa Singapura dari negara dunia ketiga ke jajaran negara
maju.

Lee Kuan Yew hanya punya
peninggalan harta satu macam: rumah di Jalan Oxley Nomor 38.

Karena kakak sulung sudah menjadi
perdana menteri rumah itu diwariskan ke adik bungsu: Lee Hsien Yang. 

Tapi Hsien Yang sendiri sudah
punya rumah. 

Maka rumah waris itu ditempati
kakak wanitanya: Lee Wei Ling. Yang sampai sekarang terus membujang. Yang tetap
serumah dengan Lee Kuan Yew sampai ayahnya itu meninggal. Anak perempuan itu
jadi pengganti ibu rumah tangga karena istri Lee Kuan Yew meninggal lebih
dulu. 

Lao Er dan Lao San itu memang
selalu rukun. Hsien Yang mengizinkan Wei Ling tinggal di rumah warisan itu
sampai meninggal dunia.

Kelak, setelah Wei Ling
meninggal, Hsien Yang ingin rumah itu dirobohkan. Agar tidak ada kultus pada
Lee Kuan Yew. Bahkan keduanya ingin sekarang saja rumah itu dirobohkan. Lalu
dijual. 

Baca Juga :  Kebijakan Bupati Amankan Alokasi Insentif Tekon

Tapi Lao Da tidak sependapat.
Anak sulung itu menginginkan rumah warisan tersebut jadi museum. Untuk
mengenang kebesaran ayah mereka.

Rumah itu harus diserahkan ke
negara.

Itulah keputusan saudara sulung.
Yang juga keputusan perdana menteri. Berarti begitulah keputusan Pemerintah
Singapura. 

Anak-anak Lee Kuan Yew itu pun
bertengkar hebat. Dua lawan satu. 

Pertengkaran berkembang: Hsien
Yang dituduh merekayasa surat waris. Yang didalangi istrinya yang ahli hukum.

Perang keluarga itu meluas juga
di medsos. Sampai minggu lalu si anak perempuan masih posting di
Facebook: dia tidak percaya lagi Lee Hsien Loong. Baik sebagai saudara sulung
maupun sebagai pemimpin.

Kini pertengkaran itu naik kelas
lagi: ke politik. 

Momentumnya memang ada: Lee Hsien
Loong mengundurkan diri sebagai perdana menteri. Setelah pemilu nanti. 

Sudah 16 tahun ia di jabatan
puncak itu.

Partai penguasa sudah bulat:
memilih Heng Swee Keat sebagai calon pengganti Lee Hsien Loong. Itu kalau Swee
Keat terpilih sebagai anggota DPR di Pemilu nanti.

Partai penguasa sudah memastikan
itu. Swee Keat sudah beberapa tahun menjabat wakil perdana menteri.

Di banyak negara sering terjadi
keajaiban hasil Pemilu. Di Singapura hasil pemilu itu selalu seperti pinang
dibelah dua.(Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru