25.6 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

Pohon Hidup di Halaman Gereja Bersolek

Memeriahkan
Hari Raya Natal, banyak kreativitas yang dapat dilakukan Paroki Katerdral St
Maria Palangka Raya, mulai membuat pohon Natal puluhan meter dan dari barang
bekas, hingga menghias pohon hidup menjadi pohon dan kendang Natal yang
dilombakan.

 

EMANUEL LIU, Palangka
Raya

 

UNTUK memeriahkan
Hari Kelahiran Sang Raja Damai Yesus Kristus yang diperingati umat Kristiani
seluruh dunia, banyak cara yang dilakukan. Mulai dari mempersiapkan pernak
pernik, pakaian, kue Natal hingga melakukan perlombaan.

Seperti yang dilakukan
oleh Paroki Katerdral St Maria Palangka Raya, yang mana sudah tiga tahun
menggelar lomba kreativitas membuat pohon Natal dan kendang Natal dengan
memanfaatkan lingkungan.

“Tahun pertama kita membuat
pohon natal dengan tinggi puluhan meter. Tahun kedua lomba merangkai pohon
natal dari barang bekas dan melibatkan semua lingkungan yang ada,” kata Pastor
Paroki Katedral St Maria Palangka Raya, Pastor Patris Alu Tampu kepada
Kalteng Pos di Halaman Gereja, Minggu (22/12).

Baca Juga :  Bantu Pemadaman, Relawan Ini Hampir Dijemput Maut Karena Kabel Listrik

Hal tersebut menunjukan
bahwa umat paroki merupakan gereja yang hidup. Salah satunya adalah peduli
lingkungan. Lingkungan tidak hanya lingkungan hidup, tetapi lingkungan yang
sudah rusak.

“Selain itu juga ada
nilai seni, yang mengeksperesikan jiwa kita untuk segala sesuatu dapat
digunakan untuk menghormati hidup yang telah dianugerahkan Allah kepada kita,”
terangnya.

Tahun ketiga ini
memanfaatkan pohon hidup yang berada di halaman gereja, dipersilahkan
dimanfaatkan. Karena gereja yang hidup maka tetap melestarikan lingkungan.

Tema Natal tahun 2019
ini adalah hiduplah bersahabat dengan semua orang, tidak hanya manusia tetapi
hewan dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan.

“Ini perlu dilakukan
dengan hidup bersahabat, karena pohon sekitar yang selalu memberikan udara segar
untuk kehidupan. Sehingga perlu dihormati ciptaan Tuhan dengan menghiasi tanaman
berdasarkan seni yang ada,”harapnya.

Baca Juga :  Sempat Mengerem saat Melihat Motor Korban Menyalip

Kendang Natal juga yang
memberikan pesan kesederhanaan, tetapi membawa berkat dan memberi hidup serta
menyatukan manusia yang hidup dan alam semesta.

Kegiatan ini dilakukan
dalam bentuk lomba sebagai sarana dan panggilan nurani kebersamaan dan
persahabatan baik lingkungan, OMK, mahasiswa, TK-SMA. Dan akan diperluan
keparoki tetangga.

“Semua hasil karya seni
akan dinilai oleh tim juri intern gereja. Kriteria penilaian mulai dari
teologi, lingkungan, inkulturatif, seni. Dan masing masing peserta harus
melakukan narasi sesuai dengan arti yang terkandung dan dihubungkan dengan tema
Natal,”jelas Pria asal Pulau Flores tersebut.

Dengan kegiatan tersebut, dirinya selaku pastor
paroki berharap agar umat katolik merupakan bagian dari hidup umat katolik
universal. Lebih khusus Keuskupan Palangka Raya. Sehingga tidak bisa hidup
sendiri karena katolik universal. (*/ala) 

Memeriahkan
Hari Raya Natal, banyak kreativitas yang dapat dilakukan Paroki Katerdral St
Maria Palangka Raya, mulai membuat pohon Natal puluhan meter dan dari barang
bekas, hingga menghias pohon hidup menjadi pohon dan kendang Natal yang
dilombakan.

 

EMANUEL LIU, Palangka
Raya

 

UNTUK memeriahkan
Hari Kelahiran Sang Raja Damai Yesus Kristus yang diperingati umat Kristiani
seluruh dunia, banyak cara yang dilakukan. Mulai dari mempersiapkan pernak
pernik, pakaian, kue Natal hingga melakukan perlombaan.

Seperti yang dilakukan
oleh Paroki Katerdral St Maria Palangka Raya, yang mana sudah tiga tahun
menggelar lomba kreativitas membuat pohon Natal dan kendang Natal dengan
memanfaatkan lingkungan.

“Tahun pertama kita membuat
pohon natal dengan tinggi puluhan meter. Tahun kedua lomba merangkai pohon
natal dari barang bekas dan melibatkan semua lingkungan yang ada,” kata Pastor
Paroki Katedral St Maria Palangka Raya, Pastor Patris Alu Tampu kepada
Kalteng Pos di Halaman Gereja, Minggu (22/12).

Baca Juga :  Bantu Pemadaman, Relawan Ini Hampir Dijemput Maut Karena Kabel Listrik

Hal tersebut menunjukan
bahwa umat paroki merupakan gereja yang hidup. Salah satunya adalah peduli
lingkungan. Lingkungan tidak hanya lingkungan hidup, tetapi lingkungan yang
sudah rusak.

“Selain itu juga ada
nilai seni, yang mengeksperesikan jiwa kita untuk segala sesuatu dapat
digunakan untuk menghormati hidup yang telah dianugerahkan Allah kepada kita,”
terangnya.

Tahun ketiga ini
memanfaatkan pohon hidup yang berada di halaman gereja, dipersilahkan
dimanfaatkan. Karena gereja yang hidup maka tetap melestarikan lingkungan.

Tema Natal tahun 2019
ini adalah hiduplah bersahabat dengan semua orang, tidak hanya manusia tetapi
hewan dan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan.

“Ini perlu dilakukan
dengan hidup bersahabat, karena pohon sekitar yang selalu memberikan udara segar
untuk kehidupan. Sehingga perlu dihormati ciptaan Tuhan dengan menghiasi tanaman
berdasarkan seni yang ada,”harapnya.

Baca Juga :  Sempat Mengerem saat Melihat Motor Korban Menyalip

Kendang Natal juga yang
memberikan pesan kesederhanaan, tetapi membawa berkat dan memberi hidup serta
menyatukan manusia yang hidup dan alam semesta.

Kegiatan ini dilakukan
dalam bentuk lomba sebagai sarana dan panggilan nurani kebersamaan dan
persahabatan baik lingkungan, OMK, mahasiswa, TK-SMA. Dan akan diperluan
keparoki tetangga.

“Semua hasil karya seni
akan dinilai oleh tim juri intern gereja. Kriteria penilaian mulai dari
teologi, lingkungan, inkulturatif, seni. Dan masing masing peserta harus
melakukan narasi sesuai dengan arti yang terkandung dan dihubungkan dengan tema
Natal,”jelas Pria asal Pulau Flores tersebut.

Dengan kegiatan tersebut, dirinya selaku pastor
paroki berharap agar umat katolik merupakan bagian dari hidup umat katolik
universal. Lebih khusus Keuskupan Palangka Raya. Sehingga tidak bisa hidup
sendiri karena katolik universal. (*/ala) 

Terpopuler

Artikel Terbaru