26.1 C
Jakarta
Saturday, November 8, 2025

Amparan Tatak Hingga Ketupat Kandangan Berisiko Tinggi Picu Diabetes, Ini Kata Dokter

PROKALTENG.CO-Pola makan masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) yang masih tinggi konsumsi gula dan santan dinilai menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus penyakit metabolik di daerah.

Hal itu diungkapkan Dokter umum RS Syifa Medika dr Puga Wangi, Jumat (7/11). Menurutnya, kebiasaan konsumsi makanan manis dan bersantan sudah mengakar kuat dalam budaya kuliner masyarakat Kalsel.

“Varian wadai seperti bingka, amparan tatak, sari muka hingga lauk seperti masak habang umumnya bercitarasa manis. Belum lagi makanan bersantan seperti ketupat kandangan, nasi kuning, dan gangan paliat yang menggunakan santan kental,” ujarnya.

Selain pola makan, kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat juga masih tergolong rendah. dr Puga menyebut konsumsi makanan tinggi gula, makanan kemasan, dan makanan cepat saji masih mendominasi.

Baca Juga :  Dewan Dorong Maksimalkan Potensi Wisata di Kalteng

“Kondisi itu turut berkontribusi terhadap angka stunting dan malnutrisi kronis yang masih ditemukan di beberapa daerah,” katanya.

Aktivitas fisik memang mulai meningkat seiring tumbuhnya komunitas serta event olahraga. “Namun belum merata. Masih banyak masyarakat yang kurang berolahraga secara teratur,” tambahnya.

Ia menjelaskan, sejumlah faktor menjadi penyebab tingginya penyakit metabolik seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi di Kalsel. Di antaranya pola makan tinggi kalori dan lemak, kebiasaan merokok, serta keterbatasan akses layanan kesehatan.

“Terutama di wilayah pedalaman, pegunungan, dan pesisir yang membuat deteksi dini penyakit sering terlambat,” pungkasnya. (jpg)

 

PROKALTENG.CO-Pola makan masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) yang masih tinggi konsumsi gula dan santan dinilai menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus penyakit metabolik di daerah.

Hal itu diungkapkan Dokter umum RS Syifa Medika dr Puga Wangi, Jumat (7/11). Menurutnya, kebiasaan konsumsi makanan manis dan bersantan sudah mengakar kuat dalam budaya kuliner masyarakat Kalsel.

“Varian wadai seperti bingka, amparan tatak, sari muka hingga lauk seperti masak habang umumnya bercitarasa manis. Belum lagi makanan bersantan seperti ketupat kandangan, nasi kuning, dan gangan paliat yang menggunakan santan kental,” ujarnya.

Selain pola makan, kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat juga masih tergolong rendah. dr Puga menyebut konsumsi makanan tinggi gula, makanan kemasan, dan makanan cepat saji masih mendominasi.

Baca Juga :  Dewan Dorong Maksimalkan Potensi Wisata di Kalteng

“Kondisi itu turut berkontribusi terhadap angka stunting dan malnutrisi kronis yang masih ditemukan di beberapa daerah,” katanya.

Aktivitas fisik memang mulai meningkat seiring tumbuhnya komunitas serta event olahraga. “Namun belum merata. Masih banyak masyarakat yang kurang berolahraga secara teratur,” tambahnya.

Ia menjelaskan, sejumlah faktor menjadi penyebab tingginya penyakit metabolik seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi di Kalsel. Di antaranya pola makan tinggi kalori dan lemak, kebiasaan merokok, serta keterbatasan akses layanan kesehatan.

“Terutama di wilayah pedalaman, pegunungan, dan pesisir yang membuat deteksi dini penyakit sering terlambat,” pungkasnya. (jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru

/