31.6 C
Jakarta
Monday, July 7, 2025

Fenomena Aphelion Bikin Suhu Bumi Lebih Dingin, BMKG Beri Penjelasan Ini

PROKALTENG.CO-Beberapa hari belakangan viral percakapan si media sosial (medsos) fenomena astranomi tahunan, yakni aphelion. Fenomena ini terjadi dimana kondisi bumi berada di titik terjauhnya dari matahari.

Kabar yang beredar, fenomena ini terjadi pada 4 Juli 2025 pukul 02.54. Bahkan akan berlangsung sampai bulan Agustus.

Saat itu, jarak Bumi ke Matahari perjalanan 5 menit cahaya atau 90.000.000 km.

Fenomena aphelion menjadi 152.000.000 kilometer (km). 66 % lebih jauh. Sebagai pembanding jarak rata-rata Bumi-Matahari sekitar 149,6 juta km.

Diketahui, Aphelion seperti dikutip dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli, seperti dikutip dari

Kebalikan Aphelion adalah Perihelion, yaitu titik terdekat Bumi terhadap Matahari dalam satu kali revolusinya.

Baca Juga :  BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Berbagai Daerah di Indonesia

Dalam pesan berantai dari fenomena ini, adalah cuaca yang dingin melebihi cuaca dingin dari sebelumnya.

Dampaknya banyak yang meriang flu, batuk, sesak nafas, dan lain-lain.

Lalu pertanyaannya, apakah aphelion membuat cuaca di Indonesia menjadi lebih dingin? Jawabannya adalah: tidak.

Sebagaimana dikutip dari situs BMKG, saat puncak kemarau seperti sekarang umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan Bumi lebih kering.

Pada kondisi tersebut, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa.

Hal Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan.

Selain itu kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembapan udara.

Baca Juga :  Ditinggal ke Kalampangan, Rumah Berkobar

“Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia.”

BMKG menegaskan fenomena Aphelion tidak berdampak signifikan terhadap kondisi cuaca di Indonesia.

Menurutnya, Aphelion merupakan fenomena astronomis tahunan yang biasanya terjadi sekitar bulan Juli.

Meskipun saat itu jarak Bumi dari Matahari lebih jauh, hal ini tidak secara signifikan memengaruhi kondisi atmosfer atau suhu permukaan Bumi.

BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak akurat.

“Kondisi cuaca dingin yang saat ini terjadi adalah bagian dari dinamika atmosfer musiman yang wajar,” ujarnya. (jpg)

PROKALTENG.CO-Beberapa hari belakangan viral percakapan si media sosial (medsos) fenomena astranomi tahunan, yakni aphelion. Fenomena ini terjadi dimana kondisi bumi berada di titik terjauhnya dari matahari.

Kabar yang beredar, fenomena ini terjadi pada 4 Juli 2025 pukul 02.54. Bahkan akan berlangsung sampai bulan Agustus.

Saat itu, jarak Bumi ke Matahari perjalanan 5 menit cahaya atau 90.000.000 km.

Fenomena aphelion menjadi 152.000.000 kilometer (km). 66 % lebih jauh. Sebagai pembanding jarak rata-rata Bumi-Matahari sekitar 149,6 juta km.

Diketahui, Aphelion seperti dikutip dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli, seperti dikutip dari

Kebalikan Aphelion adalah Perihelion, yaitu titik terdekat Bumi terhadap Matahari dalam satu kali revolusinya.

Baca Juga :  BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Berbagai Daerah di Indonesia

Dalam pesan berantai dari fenomena ini, adalah cuaca yang dingin melebihi cuaca dingin dari sebelumnya.

Dampaknya banyak yang meriang flu, batuk, sesak nafas, dan lain-lain.

Lalu pertanyaannya, apakah aphelion membuat cuaca di Indonesia menjadi lebih dingin? Jawabannya adalah: tidak.

Sebagaimana dikutip dari situs BMKG, saat puncak kemarau seperti sekarang umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan Bumi lebih kering.

Pada kondisi tersebut, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa.

Hal Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan.

Selain itu kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembapan udara.

Baca Juga :  Ditinggal ke Kalampangan, Rumah Berkobar

“Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia.”

BMKG menegaskan fenomena Aphelion tidak berdampak signifikan terhadap kondisi cuaca di Indonesia.

Menurutnya, Aphelion merupakan fenomena astronomis tahunan yang biasanya terjadi sekitar bulan Juli.

Meskipun saat itu jarak Bumi dari Matahari lebih jauh, hal ini tidak secara signifikan memengaruhi kondisi atmosfer atau suhu permukaan Bumi.

BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak akurat.

“Kondisi cuaca dingin yang saat ini terjadi adalah bagian dari dinamika atmosfer musiman yang wajar,” ujarnya. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/