27.1 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024

Waspada, Bahan Kimia Bisa Picu Kegemukan

Ternyata bukan cuma kombinasi kebanyakan makanan dan malas berolahraga, paparan beberapa bahan kimia juga bisa bikin berat badan naik. Kondisi ini makin lama akan memicu kegemukan. Lalu bagaimana bisa bahan kimia bikin gemuk?

Sebuah contoh bisa diambil dari sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Qi Sun, profesor di Harvard T. H. Chan School of Public Health, Amerika Serikat (AS) dan rekan. Studi tersebut dipublikasikan di jurnal “PLOS Medicine” pada 2018. Hasilnya  menemukan bahwa orang dewasa yang gemuk dan obesitas dengan konsentrasi tinggi bahan kimia buatan PFASs dalam darah, setelah berat badannya turun bisa dengan cepat naik kembali.

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) menyebut, PFASs bisa ditemukan di kemasan makanan, produk rumah tangga komersial, tempat kerja, air minum, hingga organisme hidup.

Bahan kimia lainnya yang juga memengaruhi berat badan

Bruce Blumberg, seorang profesor di departemen biologi perkembangan dan ilmu farmasi dari Universitas California Irivine, Amerika Serikat (AS), merupakan orang yang pertama kali menciptakan istilah “obesogen” tahun 2006.

Baca Juga :  Kenali Tanda Serangan Jantung pada Pria dan Wanita

Obesogen dipakai untuk mendeskripsikan zat tak kasatmata (tak terlihat) yang mendorong tubuh untuk menambah atau menahan lemak.

“Ada beberapa bahan kimia yang dapat mengubah cara kerja tubuh dalam menangani kalori,” kata Bruce seperti dikutip di MSN, yang penelitiannya telah menunjukkan bahwa paparan tunggal sejumlah kecil obesogen pada awal kehidupan bisa membuat tikus mengalami obesitas di kemudian hari.

Perbanyak konsumsi makanan whole food dan batasi produk kemasan

Entah target Anda adalah pola makan sehat ataupun mengurangi paparan bahan kimia, cara terbaiknya adalah dengan memperbanyak konsumsi makanan whole food.

Jenis makanan whole food yaitu makanan yang diproses seminimal mungkin. Selain itu juga tanpa pengawet, atau tanpa bahan tambahan lainnya. Langkah lain yang perlu Anda lakukan adalah membatasi pembelian produk kemasan.

Bruce menulis dalam bukunya “The Obesogen Effect” bahwa pemanis buatan, monosodium glutamate (MSG), dan bahan aditif lainnya seperti pewarna buatan adalah “obesogen nutrisi” yang harus dihindari jika Anda membeli makanan kemasan.

Baca Juga :  5 Penyebab Rambut Beruban Lebih Cepat

Menurut studi dalam jurnal “Cell Metabolism” yang baru-baru ini dipublikasikan, mereka yang banyak makan makanan ultra-proses (ultra-processed) mengonsumsi 500 kalori lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanan yang diproses secara minimal.

Sebagai tambahan, studi metaanalisis menunjukkan bahwa penggunaan pemanis buatan dalam jangka panjang mungkin berhubungan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Namun, dugaan ini butuh penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan penjelasan dari dr. Fiona Amalia, MPH, dari KlikDokter, yang membuat makanan ultra-proses tidak sehat bukan hanya kandungan gizinya yang dianggap berisiko, tetapi ada akibat dari kandungan kimianya.

“Ini berkaitan dengan perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses pengolahan tingkat tinggi, di luar tingginya kadar gula, garam dan lemak. Artinya, beberapa jenis makanan ultra-proses tidak akan lebih baik meski kandungan gizinya telah dimodifikasi menjadi lebih sehat,” katanya menjelaskan.(klikdokter)

Ternyata bukan cuma kombinasi kebanyakan makanan dan malas berolahraga, paparan beberapa bahan kimia juga bisa bikin berat badan naik. Kondisi ini makin lama akan memicu kegemukan. Lalu bagaimana bisa bahan kimia bikin gemuk?

Sebuah contoh bisa diambil dari sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Qi Sun, profesor di Harvard T. H. Chan School of Public Health, Amerika Serikat (AS) dan rekan. Studi tersebut dipublikasikan di jurnal “PLOS Medicine” pada 2018. Hasilnya  menemukan bahwa orang dewasa yang gemuk dan obesitas dengan konsentrasi tinggi bahan kimia buatan PFASs dalam darah, setelah berat badannya turun bisa dengan cepat naik kembali.

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) menyebut, PFASs bisa ditemukan di kemasan makanan, produk rumah tangga komersial, tempat kerja, air minum, hingga organisme hidup.

Bahan kimia lainnya yang juga memengaruhi berat badan

Bruce Blumberg, seorang profesor di departemen biologi perkembangan dan ilmu farmasi dari Universitas California Irivine, Amerika Serikat (AS), merupakan orang yang pertama kali menciptakan istilah “obesogen” tahun 2006.

Baca Juga :  Kenali Tanda Serangan Jantung pada Pria dan Wanita

Obesogen dipakai untuk mendeskripsikan zat tak kasatmata (tak terlihat) yang mendorong tubuh untuk menambah atau menahan lemak.

“Ada beberapa bahan kimia yang dapat mengubah cara kerja tubuh dalam menangani kalori,” kata Bruce seperti dikutip di MSN, yang penelitiannya telah menunjukkan bahwa paparan tunggal sejumlah kecil obesogen pada awal kehidupan bisa membuat tikus mengalami obesitas di kemudian hari.

Perbanyak konsumsi makanan whole food dan batasi produk kemasan

Entah target Anda adalah pola makan sehat ataupun mengurangi paparan bahan kimia, cara terbaiknya adalah dengan memperbanyak konsumsi makanan whole food.

Jenis makanan whole food yaitu makanan yang diproses seminimal mungkin. Selain itu juga tanpa pengawet, atau tanpa bahan tambahan lainnya. Langkah lain yang perlu Anda lakukan adalah membatasi pembelian produk kemasan.

Bruce menulis dalam bukunya “The Obesogen Effect” bahwa pemanis buatan, monosodium glutamate (MSG), dan bahan aditif lainnya seperti pewarna buatan adalah “obesogen nutrisi” yang harus dihindari jika Anda membeli makanan kemasan.

Baca Juga :  5 Penyebab Rambut Beruban Lebih Cepat

Menurut studi dalam jurnal “Cell Metabolism” yang baru-baru ini dipublikasikan, mereka yang banyak makan makanan ultra-proses (ultra-processed) mengonsumsi 500 kalori lebih banyak dibanding dengan konsumsi makanan yang diproses secara minimal.

Sebagai tambahan, studi metaanalisis menunjukkan bahwa penggunaan pemanis buatan dalam jangka panjang mungkin berhubungan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Namun, dugaan ini butuh penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan penjelasan dari dr. Fiona Amalia, MPH, dari KlikDokter, yang membuat makanan ultra-proses tidak sehat bukan hanya kandungan gizinya yang dianggap berisiko, tetapi ada akibat dari kandungan kimianya.

“Ini berkaitan dengan perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses pengolahan tingkat tinggi, di luar tingginya kadar gula, garam dan lemak. Artinya, beberapa jenis makanan ultra-proses tidak akan lebih baik meski kandungan gizinya telah dimodifikasi menjadi lebih sehat,” katanya menjelaskan.(klikdokter)

Terpopuler

Artikel Terbaru