29.3 C
Jakarta
Thursday, November 28, 2024

Dibantu Gubernur Kalteng, Menangis Ingin Ucapkan Terima Kasih

Tak
ada yang bisa menebak kapan datangnya musibah. Tak seorang pun yang inginkan kehadirannya.
Namun, apa daya manusia jika sudah menjadi kehendak Yang Kuasa. Hanya berdoa,
berusaha, dan menunggu pertolongan-Nya. Aan Hasanah, perempuan paruh baya yang
menderita penyakit tumor kandungan terus berikhtiar mencari kesembuhan. Bagaimana
kisah perjuangannya? 

 

ANISA B WAHDAH, Palangka
Raya

 

DARI Ruang Cempaka
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Sylvanus Palangka Raya, terlihat perempuan
paruh baya sedang berjuang melawan sakitnya. Terbaring lemas hanya
berselimutkan selembar sarung cokelat bermotif persegi. Ditemani suaminya,
sejak dua hari lalu, Rabu (15/5). Mereka adalah sepasang suami istri (pasutri) penjual
bubur ayam, Aan Hasanah dan Kholid.

Sejak saya (penulis)
memasuki ruangan yang khusus untuk penyakit alat reproduksi itu, dari jendela terlihat
Kholid setia menunggui istrinya. Hanya berdua. Keduanya pun menjadi perhatian
tersendiri bagi pasien-pasien lainnya.

Aan Hasanah, perempuan berusia
59 tahun itu menderita penyakit tumor kandungan. Menerima bantuan dari
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng. Awalnya, pasangan ini tidak menyadari
bahwa sang istri sedang menderita penyakit tumor kandungan. Padahal, gejala dan
tanda sudah mulai terlihat sejak empat bulan silam.

“Saya dan dia sendiri tidak
menyadari jika dia (istri,red) mengidap penyakit ini. Padahal tanda-tanda sudah
terlihat sejak empat bulan yang lalu, tapi kami tidak berpikir ke hal itu,”
kata Kholid suami dari Aan Hasanah, saat dibincangi Kalteng Pos di Ruang
Cempaka, Kamis (16/5).

Baca Juga :  Jadi Langganan Mantan Wali Kota, Pernah Mencukur Rambut Mantan Kapolda

Tubuh yang awalnya
gemuk berubah menjadi kurus. Hanya perut yang menujukkan sisi kegemukannya.
Tetapi hal itu tidak dicurigai keduanya. Pasutri ini pun syok tatkala sang anak
membawa ibunya untuk diperiksa dokter, dan menyatakan bahwa sang ibu menderika
tumor kandungan.

“Saya kaget dan bingung
harus ke mana dan harus bagaimana. Tuhan memberikan cobaan kepada saya yang
kecil ini, yang tidak memiliki apa-apa,” katanya sembari menitikkan air mata.

Sampai akhirnya, Kholid
dan anaknya memutuskan membawa Aan ke RSUD dr Doris Sylvanus karena. Pikiran
kalut. Rasa tak bisa melewati. Ia pun berkeluh kesah dengan tetangganya, yang
tak lain adalah mantan rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya,
Ibnu Elmi.

“Setelah saya bercerita
itu, anak saya mendapat pesan WhatsApp. Isi pesannya bahwa Bapak Gubernur
Kalteng Sugianto Sabran memberikan bantuan dan sudah diakomodasi oleh direktur
RSUD dr Doris Sylvanus. Hati saya ingin menangis dan mengucap syukur setelah
mengetahui ada bantuan,” ucapnya.

 

Ia tak tahu harus
mengucapkan kalimat apa kepada Pemprov Kalteng, khususnya kepada gubernur. Ia
merasakan kasih sayang seorang pemimpin yang begitu besar. Tak peduli siapa orangnya
dan dari mana asal serta latar belakangnya. Ia adalah sosok yang mau membantu
yang lemah dan membutuhkan.

Baca Juga :  Bersaing dengan Pandemi, Wanita Malam di Lokasi Bukit Sungkai Berani T

“Saya bukan orang asli
Kalimantan, saya ini dari Pulau Jawa yang mengikuti program transmigrasi pada
1982 silam. Beliau (gubernur, red) tidak pandang bulu. Saat ini saya menjadi rakyatnya
dan beliau mau membantu saya,” bebernya.

Pria berkulit cokelat
ini sesekali mengusap air matanya, kala menceritakan kisah kehidupannya dari
awal menikah hingga menjadi seorang kakek dan nenek. Meninggalkan tanah
kelahiran, Kota Bandung, lalu berpindah ke Kalteng demi mencari kehidupan yang
lebih baik.

“Niatnya ke Kalteng
untuk memperbaiki hidup. Dulu di Pangkalan Bun. Sejak 2003 lalu kami pindah ke
Kota Palangka Raya ini. Berjualan bubur ayam di Bundaran Besar (Bunbes) setiap
hari Minggu,” kisahnya.

Diakuinya, setiap hari
Minggu pada kegiatan Car Free Day (CFD) ia sering menjumpai gubernur Kalteng,
bahkan pernah berjabat tangan. Ia merasa bahwa gubernur adalah pemimpin yang dermawan
dan merakyat.

“Saya ingin bertemu beliau, mengucapkan terima kasih.
Saya berdoa kepada Tuhan untuk kebaikannya. Semoga Allah membalas dengan lebih
yang diberikan kepada saya,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Tak
ada yang bisa menebak kapan datangnya musibah. Tak seorang pun yang inginkan kehadirannya.
Namun, apa daya manusia jika sudah menjadi kehendak Yang Kuasa. Hanya berdoa,
berusaha, dan menunggu pertolongan-Nya. Aan Hasanah, perempuan paruh baya yang
menderita penyakit tumor kandungan terus berikhtiar mencari kesembuhan. Bagaimana
kisah perjuangannya? 

 

ANISA B WAHDAH, Palangka
Raya

 

DARI Ruang Cempaka
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Sylvanus Palangka Raya, terlihat perempuan
paruh baya sedang berjuang melawan sakitnya. Terbaring lemas hanya
berselimutkan selembar sarung cokelat bermotif persegi. Ditemani suaminya,
sejak dua hari lalu, Rabu (15/5). Mereka adalah sepasang suami istri (pasutri) penjual
bubur ayam, Aan Hasanah dan Kholid.

Sejak saya (penulis)
memasuki ruangan yang khusus untuk penyakit alat reproduksi itu, dari jendela terlihat
Kholid setia menunggui istrinya. Hanya berdua. Keduanya pun menjadi perhatian
tersendiri bagi pasien-pasien lainnya.

Aan Hasanah, perempuan berusia
59 tahun itu menderita penyakit tumor kandungan. Menerima bantuan dari
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng. Awalnya, pasangan ini tidak menyadari
bahwa sang istri sedang menderita penyakit tumor kandungan. Padahal, gejala dan
tanda sudah mulai terlihat sejak empat bulan silam.

“Saya dan dia sendiri tidak
menyadari jika dia (istri,red) mengidap penyakit ini. Padahal tanda-tanda sudah
terlihat sejak empat bulan yang lalu, tapi kami tidak berpikir ke hal itu,”
kata Kholid suami dari Aan Hasanah, saat dibincangi Kalteng Pos di Ruang
Cempaka, Kamis (16/5).

Baca Juga :  Jadi Langganan Mantan Wali Kota, Pernah Mencukur Rambut Mantan Kapolda

Tubuh yang awalnya
gemuk berubah menjadi kurus. Hanya perut yang menujukkan sisi kegemukannya.
Tetapi hal itu tidak dicurigai keduanya. Pasutri ini pun syok tatkala sang anak
membawa ibunya untuk diperiksa dokter, dan menyatakan bahwa sang ibu menderika
tumor kandungan.

“Saya kaget dan bingung
harus ke mana dan harus bagaimana. Tuhan memberikan cobaan kepada saya yang
kecil ini, yang tidak memiliki apa-apa,” katanya sembari menitikkan air mata.

Sampai akhirnya, Kholid
dan anaknya memutuskan membawa Aan ke RSUD dr Doris Sylvanus karena. Pikiran
kalut. Rasa tak bisa melewati. Ia pun berkeluh kesah dengan tetangganya, yang
tak lain adalah mantan rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya,
Ibnu Elmi.

“Setelah saya bercerita
itu, anak saya mendapat pesan WhatsApp. Isi pesannya bahwa Bapak Gubernur
Kalteng Sugianto Sabran memberikan bantuan dan sudah diakomodasi oleh direktur
RSUD dr Doris Sylvanus. Hati saya ingin menangis dan mengucap syukur setelah
mengetahui ada bantuan,” ucapnya.

 

Ia tak tahu harus
mengucapkan kalimat apa kepada Pemprov Kalteng, khususnya kepada gubernur. Ia
merasakan kasih sayang seorang pemimpin yang begitu besar. Tak peduli siapa orangnya
dan dari mana asal serta latar belakangnya. Ia adalah sosok yang mau membantu
yang lemah dan membutuhkan.

Baca Juga :  Bersaing dengan Pandemi, Wanita Malam di Lokasi Bukit Sungkai Berani T

“Saya bukan orang asli
Kalimantan, saya ini dari Pulau Jawa yang mengikuti program transmigrasi pada
1982 silam. Beliau (gubernur, red) tidak pandang bulu. Saat ini saya menjadi rakyatnya
dan beliau mau membantu saya,” bebernya.

Pria berkulit cokelat
ini sesekali mengusap air matanya, kala menceritakan kisah kehidupannya dari
awal menikah hingga menjadi seorang kakek dan nenek. Meninggalkan tanah
kelahiran, Kota Bandung, lalu berpindah ke Kalteng demi mencari kehidupan yang
lebih baik.

“Niatnya ke Kalteng
untuk memperbaiki hidup. Dulu di Pangkalan Bun. Sejak 2003 lalu kami pindah ke
Kota Palangka Raya ini. Berjualan bubur ayam di Bundaran Besar (Bunbes) setiap
hari Minggu,” kisahnya.

Diakuinya, setiap hari
Minggu pada kegiatan Car Free Day (CFD) ia sering menjumpai gubernur Kalteng,
bahkan pernah berjabat tangan. Ia merasa bahwa gubernur adalah pemimpin yang dermawan
dan merakyat.

“Saya ingin bertemu beliau, mengucapkan terima kasih.
Saya berdoa kepada Tuhan untuk kebaikannya. Semoga Allah membalas dengan lebih
yang diberikan kepada saya,” pungkasnya. (*/ce/ala)

Terpopuler

Artikel Terbaru