PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.CO- Keberadaan gulma rawa lebak di Provinsi
Kalteng sangat berlimpah, terutama ketika musim penghujan. Menariknya, gulma
rawa mempunyai potensi sebagai sumber bahan organik pembuatan pupuk kompos yang
dapat menambah kesuburan tanah. Seperti apa pengolahanya?
Kelurahan Tanjung
Pinang menjadi salah satu wilayah di Kota Palangka Raya yang direncanakan
menjadi kawasan pengembangan pertanian. Terutama pada lahan-lahan marjinal
seperti lahan pasir kuarsa dan lahan rawa gambut lebak untuk budidaya sejumlah komoditas
pertanian.
Untuk mengatasi
kesuburan yang rendah pada tanah pasir kuarsa, petani biasanya menambahkan
bahan pembenah tanah berupa kapur pertanian, pupuk organik (pupuk kandang ayam)
dan pupuk anorganik (urea, TSP, KCl).
Tanah pasir kuarsa
berpotensi untuk budidaya tanaman sayuran dan buah. Namun, harus merubah tanah
pasir kuarsa yang sebelumnya marjinal menjadi lahan sentra pertanian produktif
dan komoditi hortikultura penting lainnya.
Faktor pembatas pada
tanah berpasir yaitu sangat poros, sehingga daya menahan air dan dan hara
sangat rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik
sangat rendah dan efisiensi penggunaan air rendah dan kurang mendukung
pertumbuhan tanaman.
Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, Menurut Ketua Tim Program Dosen Pendamping Pengabdian
Masyarakat (PDPPM) Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Ir Hj. Rahmawati Budi
Mulyani, perlu dilakukan penambahan bahan organik berupa pupuk kompos yang
berfungsi memberikan tambahan bahan organik, hara dan memperbaiki sifat fisik
tanah, serta dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Menurutnya, keberadaan
gulma rawa lebak di Kalteng, seperti di sekitar Jalan Bengaris, Kelurahan
Tanjung Pinang Kota Palangka Raya sangat
berlimpah. Dan, mempunyai potensi
sebagai sumber bahan organik pembuatan pupuk kompos yang dapat menambah
kesuburan tanah.
Sejauh ini, sumberdaya
lokal tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Namun harus tetap
memperhatikan ekosistem spesifik rawa lebak agar tetap terpelihara dan terjaga
kelestariannya.
Dijelaskannya, untuk
meningkatkan efektivitas dari pupuk kompos, diperlukan sentuhan teknologi agar
memiliki peran, bukan saja sebagai sumber unsur hara, melainkan berfungsi
sebagai pengendali patogen tanah. Sehingga tanaman terhindar dari penyakit
adalah dengan menambahkan 3 jenis agens hayati jamur Trichoderma sp. indigenus
yang diisolasi dari tanah gambut dan adaptif pada kondisi setempat.
“Pupuk kompos yang
digabungkan dengan Trichoderma sp tersebut dikenal sebagai Trichokompos,
merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan organic, baik hewan maupun
tumbuhan yang didekomposisi oleh Trichoderma sp, yang dapat mengurai bahan
organik seperti karbohidrat, terutama selulosa dengan bantuan enzim selulose,â€
ungkapnya.
“Penggunaan
Trichokompos secara berkala pada lahan pasir kuarsa akan memberikan manfaat
yang lebih baik daripada aplikasi pupuk dan fungisida kimia. Karena tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan dan sekali diaplikasikan dapat bertahan
lama di tanah,†tambah Rahmawati Budi Mulyani saat kegiatan pelatihan pembuatan
Trichokompos pada Selasa (25/8).
Dijelaskannya, pelatihan
ini merupakan implementasi dari salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi
yang dilaksanakan oleh dosen yaitu Program Dosen Pendamping Pengabdian
Masyarakat (PDPPM) yang didanai oleh LPPM UPR Tahun Anggaran 2020, bekerjasama
dengan mitra Kelompok Tani Rukun Bersama yang diketuai oleh Ahmad Yani.
Tim PDPPM diketuai oleh
Dr Ir Hj Rahmawati Budi Mulyani MP dengan anggota Ir. Lilies Supriati MP, Ir Hj
Melhanah MP dan Dr Ir Susi Kresnatita MP. Kegiatan pelatihan pembuatan
Trichokompos dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Agustus 2020 yang dihadiri
perwakilan beberapa kelompok tani di Kelurahan Tanjung Pinang, dan PPL. Dilanjutkan dengan pendampingan petani
hingga Bulan November 2020.
Kegiatan ini juga
melibatkan 3 orang mahasiswa minat Hama Penyakit Tanaman dan Agronomi, Prodi
Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UPR yang akan
melaksanakan penelitian di lokasi kegiatan.
Dalam kesempatan ini,
Tim PDPPM menyerahkan 1 buah mesin pencacah gulma kapasitas 250 kg/jam, agar
lebih memudahkan petani memanfaatkan gulma rawa secara optimal dan bijaksana.
“Diharapkan melalui pelatihan dan pendampingan
ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan petani tentang pengolahan Trichokompos, mengatasi kebutuhan pupuk kompos, mengurangi
pemakaian pupuk kimia dalam usaha tani hortikultura pada lahan pasir kuarsa dan
mampu meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani,†ungkapnya.