27.1 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

Jangan Menyerah dengan Keadaan, Disabilitas Anugerah yang Harus Dijala

PALANGKA RAYA,
KALTENGPOS.CO-
Penonton begitu menghayati ketika Muhamad Aditia
menyanyi. Tak sedikit yang menyeka air mata. Haru dan bangga.
Sore itu
Aditia berhasil menghipno
sis ratusan pasang mata.

“Tak ada manusia yang terlahir
sempurna. Jangan kau sesali segala yang telah terjadi. Kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat. Seakan hidup ini tak ada artinya lagi. Syukuri apa
yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini
, melakukan
yang terbaik” Begitulah penggalan lirik lagu band D’Masiv berjudul Jangan
Menyerah.

Dinyanyikan salah satu
peserta Inovasi Literasi, Muhammad Aditia, di halaman Dinas Perpu
stakaan dan
Arsip (Dispursip) Kalteng yang bekerja sama dengan Euroweek Indonesia, Rabu
(23/9). Suaranya memang tak semerdu penyanyi
asli. Namun,
lagu yang ia bawakan memberi pesan dan kesan yang
begitu
mendalam
.

Musik baru saja diputar
operator. Suasana hening. Hanya terdengar suara beberapa kendaraan yang
melintas.
Padangan mata audiens tertuju pada seorang
anak
kecil yang duduk di kereta dorong, tempat yang disedi
akan dengan
hiasan olahan barang bekas yang juga kreasi anak-anak disabilitas.

Dengan raut wajahnya
yang polos, tatapan mata santai
, dan sedikit senyum
simpul
, Aditia mampu menghipnosis penonton
hanya dengan bait pertama dari lirik yang ia nyanyikan. Beberapa orang
meneteskan air mata
. Beberapa lainnya menunjukkan raut sedih dan
perhatian. Semua penonton bangga dengan Aditia.

Rangkaian lirik lagu
sudah Aditia nyanyikan. Pesan yang ia sampaikan melalui lagu untuk
teman-temannya sudah tunai. Tepuk tangan meriah bersahutan memberikan apresiasi
kepada anak laki-laki
berusia 11 tahun itu. Iya, usianya sudah
11
tahun.
Namun, sebagai disabilitas tunadaksa, tubuh bocah
ini layaknya bayi beberapa tahun saja.

Aditia memang sengaja
ingin mempersembahkan lagu
berjudul Jangan Menyerah khusus
untuk
teman-temannya yang menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1
Palangka Raya
serta kepada siapa pun yang juga
mengalami
kekurangan seperti dirinya.

Baca Juga :  WOW!! 1 Jam Beroperasi, 1 Heli Water Bombing Habiskan Rp200 juta

“Iya, memang ingin
menyanyi lagu itu untuk teman-teman,
supaya jangan
menyerah dengan keadaan seperti ini (disabilitas, red)
. Ini anugerah
yang harus dijalani,” katanya kepada Kalteng Pos, Rabu (23/9).

Tidak berhenti dengan lagu saja.
Setelah mempersembahkan lagu kepada teman-temannya,
Aditia juga
mempersembahkan lagu untuk guru-guru yang sudah mendidik
dengan
penuh
kesabaran kepada dirinya
dan juga teman-temannya.

Bocah yang bercita-cita
menjadi polisi ini menyanyikan lagu Terima Kasih Guru. Lagu kedua yang ia
persembahkan
itu

meng
undang haru. Salah satu
guru
bahkan meneteskan air mata.

“Terima kasihku kuucapkan
pada guruku yang tulus. Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan untuk bekalku
nanti. Setiap hariku dibimbingnya agar tumbuhlah bakatku, kan ku ingat selalu
nasihat guruku
.” Demikian syair lagu itu.

Bocah yang
memiliki
hobi
menggambar ini
mengaku bahwa beberapa kali ia
selalu ditolak saat
mendaftar sekolah. Saat diterima
bersekolah
di SLB
, ia merasakan pendidikan dan kasih sayang yang
ia inginkan selama ini.

“Saya sampaikan terima kasih
yang banyak kepada ibu guru SLBN 1 Palangka Raya
yang mau meneirma
saya dan dengan sabar mendidik
saya dan teman-teman meski dengan
keterbatasa yang kami miliki,” kata Aditia.

Sementara itu, Wida
Widya Wati selaku ibu Aditia mengaku bangga
terhadap putra
pertam
anya itu meski memiliki
kekurangan
alias
keterbatasan fisik.
Kasih sayang seorang ibu tak terukur dari
kondisi fisik anaknya. Ida mampu melewati rintangan hidup selama ini hanya
untuk kebahagiaan putranya.

“Begitu pun
dengan dia (Aditia, red), selalu memberikan semangat kepada saya
. Karena dialah
maka saya
semangat
.
Saya
bangga sama dia,” ucapnya kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Tunjuk Prabowo Komandani Pembangunan Food Estate di Ka

Perempuan berkerudung
ini mengaku
tak merasakan gejala tak normal saat
mengandung putranya
itu. Ketika ia melahirkan
putra pertamanya itu,
sang suami tak bisa
menerima
kondisi putranya
,
lalu pergi meninggalkannya.

“Saya dari Jawa Barat. Setelah
beberapa tahun melahirkan putra saya, suami saya meninggalkan kami
. Lalu saya ikut
orang tua saya merantau ke Palangka Raya,” ujarnya.

Merawat putra
disabilitas tanpa suami tentu menjadi hal yang tak mudah. Namun
, justru
Aditia yang memberikan semangat kepada
nya.

“Saya dan suami saya
cerai ketika Aditia berumur satu tahun setengah
. Memang sejak
lahir kami sudah ditinggal suami
, tetapi cerai setelah itu.
Saat Aditia sudah berumur beb
erapa tahun dan
bertanya
soal ayahnya,
saya ceritakan kepada dia,” bebernya.

Beruntunglah bahwa ada
laki-laki yang mau menerimanya dan sang putra.
Wida pun
memiliki
suami baru
.
Kini ia tengah mengandung anak keduanya.

Sementara itu, salah
satu guru SLBN 1 Palangka Raya
, Nerlis, mengaku tak
bisa menahan air mata.
Ia merasa terharu atas penampilan putra-putri didiknya,
terutama

apalagi Aditia yang sudah mempersembahkan lagu
yang memukau
penonton saat itu.

“Sebagai guru, apalagi
menjadi pendidik anak-anak disabilitas, dipersembahkan kalimat terima kasih
saja itu sudah hadiah luar biasa. Artinya, kami sebagai guru sangat berguna
bagi mereka,” ucapnya
dengan suara tersendat sembari
meneteskan air mata
ketika dibincangi Kalteng Pos.

Pengalaman berharga juga
dirasakan
salah satu bocah cilik bernama Gracelin Melodia Adinegara. Setelah mengikuti
rangkaian kegiatan yang diisi oleh anak-anak disabilitas dari SLB ini, gadis
cilik dengan nama panggilan Celline ini mengucapkan kalimat yang mengundang
haru.

“Mereka yang terbatas saja bisa
berkarya. Celline
hanya bisa menggambar dan bikin kamera dari barang
bekas
,
harus bersyukur,” tukas gadis cilik dengan suara khas.

PALANGKA RAYA,
KALTENGPOS.CO-
Penonton begitu menghayati ketika Muhamad Aditia
menyanyi. Tak sedikit yang menyeka air mata. Haru dan bangga.
Sore itu
Aditia berhasil menghipno
sis ratusan pasang mata.

“Tak ada manusia yang terlahir
sempurna. Jangan kau sesali segala yang telah terjadi. Kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat. Seakan hidup ini tak ada artinya lagi. Syukuri apa
yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini
, melakukan
yang terbaik” Begitulah penggalan lirik lagu band D’Masiv berjudul Jangan
Menyerah.

Dinyanyikan salah satu
peserta Inovasi Literasi, Muhammad Aditia, di halaman Dinas Perpu
stakaan dan
Arsip (Dispursip) Kalteng yang bekerja sama dengan Euroweek Indonesia, Rabu
(23/9). Suaranya memang tak semerdu penyanyi
asli. Namun,
lagu yang ia bawakan memberi pesan dan kesan yang
begitu
mendalam
.

Musik baru saja diputar
operator. Suasana hening. Hanya terdengar suara beberapa kendaraan yang
melintas.
Padangan mata audiens tertuju pada seorang
anak
kecil yang duduk di kereta dorong, tempat yang disedi
akan dengan
hiasan olahan barang bekas yang juga kreasi anak-anak disabilitas.

Dengan raut wajahnya
yang polos, tatapan mata santai
, dan sedikit senyum
simpul
, Aditia mampu menghipnosis penonton
hanya dengan bait pertama dari lirik yang ia nyanyikan. Beberapa orang
meneteskan air mata
. Beberapa lainnya menunjukkan raut sedih dan
perhatian. Semua penonton bangga dengan Aditia.

Rangkaian lirik lagu
sudah Aditia nyanyikan. Pesan yang ia sampaikan melalui lagu untuk
teman-temannya sudah tunai. Tepuk tangan meriah bersahutan memberikan apresiasi
kepada anak laki-laki
berusia 11 tahun itu. Iya, usianya sudah
11
tahun.
Namun, sebagai disabilitas tunadaksa, tubuh bocah
ini layaknya bayi beberapa tahun saja.

Aditia memang sengaja
ingin mempersembahkan lagu
berjudul Jangan Menyerah khusus
untuk
teman-temannya yang menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1
Palangka Raya
serta kepada siapa pun yang juga
mengalami
kekurangan seperti dirinya.

Baca Juga :  WOW!! 1 Jam Beroperasi, 1 Heli Water Bombing Habiskan Rp200 juta

“Iya, memang ingin
menyanyi lagu itu untuk teman-teman,
supaya jangan
menyerah dengan keadaan seperti ini (disabilitas, red)
. Ini anugerah
yang harus dijalani,” katanya kepada Kalteng Pos, Rabu (23/9).

Tidak berhenti dengan lagu saja.
Setelah mempersembahkan lagu kepada teman-temannya,
Aditia juga
mempersembahkan lagu untuk guru-guru yang sudah mendidik
dengan
penuh
kesabaran kepada dirinya
dan juga teman-temannya.

Bocah yang bercita-cita
menjadi polisi ini menyanyikan lagu Terima Kasih Guru. Lagu kedua yang ia
persembahkan
itu

meng
undang haru. Salah satu
guru
bahkan meneteskan air mata.

“Terima kasihku kuucapkan
pada guruku yang tulus. Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan untuk bekalku
nanti. Setiap hariku dibimbingnya agar tumbuhlah bakatku, kan ku ingat selalu
nasihat guruku
.” Demikian syair lagu itu.

Bocah yang
memiliki
hobi
menggambar ini
mengaku bahwa beberapa kali ia
selalu ditolak saat
mendaftar sekolah. Saat diterima
bersekolah
di SLB
, ia merasakan pendidikan dan kasih sayang yang
ia inginkan selama ini.

“Saya sampaikan terima kasih
yang banyak kepada ibu guru SLBN 1 Palangka Raya
yang mau meneirma
saya dan dengan sabar mendidik
saya dan teman-teman meski dengan
keterbatasa yang kami miliki,” kata Aditia.

Sementara itu, Wida
Widya Wati selaku ibu Aditia mengaku bangga
terhadap putra
pertam
anya itu meski memiliki
kekurangan
alias
keterbatasan fisik.
Kasih sayang seorang ibu tak terukur dari
kondisi fisik anaknya. Ida mampu melewati rintangan hidup selama ini hanya
untuk kebahagiaan putranya.

“Begitu pun
dengan dia (Aditia, red), selalu memberikan semangat kepada saya
. Karena dialah
maka saya
semangat
.
Saya
bangga sama dia,” ucapnya kepada Kalteng Pos.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Tunjuk Prabowo Komandani Pembangunan Food Estate di Ka

Perempuan berkerudung
ini mengaku
tak merasakan gejala tak normal saat
mengandung putranya
itu. Ketika ia melahirkan
putra pertamanya itu,
sang suami tak bisa
menerima
kondisi putranya
,
lalu pergi meninggalkannya.

“Saya dari Jawa Barat. Setelah
beberapa tahun melahirkan putra saya, suami saya meninggalkan kami
. Lalu saya ikut
orang tua saya merantau ke Palangka Raya,” ujarnya.

Merawat putra
disabilitas tanpa suami tentu menjadi hal yang tak mudah. Namun
, justru
Aditia yang memberikan semangat kepada
nya.

“Saya dan suami saya
cerai ketika Aditia berumur satu tahun setengah
. Memang sejak
lahir kami sudah ditinggal suami
, tetapi cerai setelah itu.
Saat Aditia sudah berumur beb
erapa tahun dan
bertanya
soal ayahnya,
saya ceritakan kepada dia,” bebernya.

Beruntunglah bahwa ada
laki-laki yang mau menerimanya dan sang putra.
Wida pun
memiliki
suami baru
.
Kini ia tengah mengandung anak keduanya.

Sementara itu, salah
satu guru SLBN 1 Palangka Raya
, Nerlis, mengaku tak
bisa menahan air mata.
Ia merasa terharu atas penampilan putra-putri didiknya,
terutama

apalagi Aditia yang sudah mempersembahkan lagu
yang memukau
penonton saat itu.

“Sebagai guru, apalagi
menjadi pendidik anak-anak disabilitas, dipersembahkan kalimat terima kasih
saja itu sudah hadiah luar biasa. Artinya, kami sebagai guru sangat berguna
bagi mereka,” ucapnya
dengan suara tersendat sembari
meneteskan air mata
ketika dibincangi Kalteng Pos.

Pengalaman berharga juga
dirasakan
salah satu bocah cilik bernama Gracelin Melodia Adinegara. Setelah mengikuti
rangkaian kegiatan yang diisi oleh anak-anak disabilitas dari SLB ini, gadis
cilik dengan nama panggilan Celline ini mengucapkan kalimat yang mengundang
haru.

“Mereka yang terbatas saja bisa
berkarya. Celline
hanya bisa menggambar dan bikin kamera dari barang
bekas
,
harus bersyukur,” tukas gadis cilik dengan suara khas.

Terpopuler

Artikel Terbaru