35.2 C
Jakarta
Thursday, April 18, 2024

Duta Bahasa Kalteng 2020 Masuk Lima Besar Tingkat Nasional

PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.CO-
Perjuangan
pemuda dalam mencapai cita-cita kemerdekaan memang tidak mudah. Sudah
semestinya, generasi muda saat ini mempertahankan hasil perjuangan itu. Meski
saat ini Indonesia sudah merdeka, namun keterlibatan pemuda juga masih
dibutuhkan bahkan menjadi investasi penerus bangsa kelak.

Menjadi seorang duta
tidak melulu harus berparas cantik dan tampan, tetapi harus menjadi contoh
publik dengan prestasi yang mampu mengharumkan nama daerah. Seperti sepasang
duta bahasa Kalteng yang berhasil mencetak sejarah sebagai peringkat kelima
dalam ajang duta bahasa nasional.

Pada Senin hingga Sabtu
(19-24) Oktober lalu sepasang duta bahasa Kalteng Cohyo Muthi dan Bernadetta
Germia Aridamayanti membawa nama Kalteng ke ajang nasional. Bersaing dengan
provinsi se tanah air membawa kemampuan dan bakat yang ditunjukkan di Jakarta,
salah satu kesenian yang mereka kenalkan yakni tarian Babukung.

Cohyo dan Detta, nama
panggilan sepasang duta bahasa Kalteng ini. Juga menampilkan karya sastra puisi
hasil dari kegiatan duta bahasa Kalteng dalam melaksanakan programnya di Bumi
Tambun Bungai. Setiap perwakilan provinsi harus menyampaikan presentasi krida
kebahasaan dan kesastraan, dengan membawa program masing-masing.

“Kegiatan dilaksanakan
selama enam hari, puncak acara yakni pengumuman sepuluh besar dan bersyukur
Kalteng menjadi lima besar, ini merupakan catatan sejarah Kalteng mendapat
peringkat kelima,” katanya Cohyo saat berbincang dengan Kalteng Pos, Senin
(27/10).

Sebelum mewakili
Kalteng, pasangan ini harus terlebih dahulu mengikuti kompetensi di tingkat
daerah yang diselenggarakan secara langsung oleh Balai Bahasa Kalteng.
Kemudian, balai menentukan sepasang duta bahasa Kalteng dan mereka harus
melangkah ke jenjang nasional.

Baca Juga :  Terkait Kasus MTQ, Kejari Buntok Periksa 30 Orang Lebih

“Dari awal mengikuti
kompetisi di daerah pun sudah perjuangan, lantaran pesaing yang lain itu sudah
memiliki pengalaman sebagai duta, sedangkan saya baru pertama kali ini
mengikuti kompetisi duta dan terpilih. Saya ingin menunjukkan bahwa duta itu
bukan hanya karena cantik dan ganteng, tapi duta yang bisa menolong orang lain
dan menjalankan program-progamnya,” beber pria 21 tahun ini.

Dikatakannya, bahasa
merupakan alat komunikasi dan sudah semestinya sebagai alat komunikasi
masyarakat Indonesia yakni bahasa Indonesia. Namun, tidak menutup kemungkinan
masyarakat masih menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.

“Itu tidak masalah,
karena penggunaan bahasa itu sesuai dengan fungsinya. Apabila memang berbicara
dengan sesama suku yang menggunakan bahasa daerah tidak menjadi masalah karena
bahasa daerah juga harus dilestarikan,” katanya.

Namun, memang harus
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Indonesia ini memiliki banyak
perbedaan salah satunya perbedaan bahasa daerah, sehingga bahasa Indonesia
mampu menjadi alat pemersatu bangsa.

“Apabila bertemu orang
dengan bahasa daerah yang berbeda tentu saja harus menggunakan bahasa Indoensia
yang sudah dipahami seluruh masyarakat. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar juga harus diterapkan di publik maupun pemerintahan,”
ucapnya.

Pria kelahiran Sampit,
5 Agustus 1999 ini menyebut, bahasa Indonesia sangat erat kaitanya dengan
sumpah pemuda. Lantaran, perjuangan pemuda-pemuda zaman dulu lah sehingga
terbentuk pula bahasa Indonesia bahkan menjadi ikrar pada Hari Sumpah Pemuda.

“Tugas duta bahasa pula
mengampanyekan pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
termasuk menyosialisasikan di Bumi Tambun Bungai ini,” ujar pria yang saat ini
masih menempuh pendidikan di Universitas Palangka Raya Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris ini. 

Baca Juga :  Hari Ini, Jokowi-Ma’ruf Amin Dilantik Sebagai Presiden dan Wakil Pre

Sementara itu,
penggunaan bahasa asing pun saat ini juga lebih dominan digunakan, memang tidak
ada salahnya. Lantaran, dalam trigata bangun bahasa yakni utamakan bahasa
Indonesia, lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing.

“Masih banyak yang
menggunakan bahasa asing karena itu berkaitan dengan pemasaran, untuk menarik
minta dan lebih menangkap hal yang mau disampaikan, namun memang harus
digunakan sesuai dengan fungsinya,” tegas dia.

Sementara itu,
Bernadetta mengatakan, penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pemuda khususnya
bahasa Indonesia yang baik dan benar masih dianggap suatu hal yang katrok. Jika
dibanding dengan bahasa asing yakni bahasa Inggris mereka berpikir bahwa bahasa
Inggris lebih intelektual.

“Kebanyakan jika anak
muda gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dianggap terlalu formal, ini
salah satu hambatan penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pemuda,” katanya.

Memang, penggunaan
bahasa indonesia paling tidak dapat digunakan sesuai dengan tempatnya, seperti
dalam rangka pengajaran, perkantoran maupun surat menyurat. Sedangkan untuk
bahasa asing dapat digunakan dalam rangka untuk menambaha pengetahuan.

“Memang perlu kuasai bahasa asing, apalgi saat
ini banyak literasi yang menggunakan bahasa asing, dengan demikian bahasa asing
bisa digunakan dalam perkuliahan, jadi penggunaanya seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan,” kata perempuan kelahiran Buntok, 4 Februari 1996 ini.

PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.CO-
Perjuangan
pemuda dalam mencapai cita-cita kemerdekaan memang tidak mudah. Sudah
semestinya, generasi muda saat ini mempertahankan hasil perjuangan itu. Meski
saat ini Indonesia sudah merdeka, namun keterlibatan pemuda juga masih
dibutuhkan bahkan menjadi investasi penerus bangsa kelak.

Menjadi seorang duta
tidak melulu harus berparas cantik dan tampan, tetapi harus menjadi contoh
publik dengan prestasi yang mampu mengharumkan nama daerah. Seperti sepasang
duta bahasa Kalteng yang berhasil mencetak sejarah sebagai peringkat kelima
dalam ajang duta bahasa nasional.

Pada Senin hingga Sabtu
(19-24) Oktober lalu sepasang duta bahasa Kalteng Cohyo Muthi dan Bernadetta
Germia Aridamayanti membawa nama Kalteng ke ajang nasional. Bersaing dengan
provinsi se tanah air membawa kemampuan dan bakat yang ditunjukkan di Jakarta,
salah satu kesenian yang mereka kenalkan yakni tarian Babukung.

Cohyo dan Detta, nama
panggilan sepasang duta bahasa Kalteng ini. Juga menampilkan karya sastra puisi
hasil dari kegiatan duta bahasa Kalteng dalam melaksanakan programnya di Bumi
Tambun Bungai. Setiap perwakilan provinsi harus menyampaikan presentasi krida
kebahasaan dan kesastraan, dengan membawa program masing-masing.

“Kegiatan dilaksanakan
selama enam hari, puncak acara yakni pengumuman sepuluh besar dan bersyukur
Kalteng menjadi lima besar, ini merupakan catatan sejarah Kalteng mendapat
peringkat kelima,” katanya Cohyo saat berbincang dengan Kalteng Pos, Senin
(27/10).

Sebelum mewakili
Kalteng, pasangan ini harus terlebih dahulu mengikuti kompetensi di tingkat
daerah yang diselenggarakan secara langsung oleh Balai Bahasa Kalteng.
Kemudian, balai menentukan sepasang duta bahasa Kalteng dan mereka harus
melangkah ke jenjang nasional.

Baca Juga :  Terkait Kasus MTQ, Kejari Buntok Periksa 30 Orang Lebih

“Dari awal mengikuti
kompetisi di daerah pun sudah perjuangan, lantaran pesaing yang lain itu sudah
memiliki pengalaman sebagai duta, sedangkan saya baru pertama kali ini
mengikuti kompetisi duta dan terpilih. Saya ingin menunjukkan bahwa duta itu
bukan hanya karena cantik dan ganteng, tapi duta yang bisa menolong orang lain
dan menjalankan program-progamnya,” beber pria 21 tahun ini.

Dikatakannya, bahasa
merupakan alat komunikasi dan sudah semestinya sebagai alat komunikasi
masyarakat Indonesia yakni bahasa Indonesia. Namun, tidak menutup kemungkinan
masyarakat masih menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.

“Itu tidak masalah,
karena penggunaan bahasa itu sesuai dengan fungsinya. Apabila memang berbicara
dengan sesama suku yang menggunakan bahasa daerah tidak menjadi masalah karena
bahasa daerah juga harus dilestarikan,” katanya.

Namun, memang harus
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Indonesia ini memiliki banyak
perbedaan salah satunya perbedaan bahasa daerah, sehingga bahasa Indonesia
mampu menjadi alat pemersatu bangsa.

“Apabila bertemu orang
dengan bahasa daerah yang berbeda tentu saja harus menggunakan bahasa Indoensia
yang sudah dipahami seluruh masyarakat. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar juga harus diterapkan di publik maupun pemerintahan,”
ucapnya.

Pria kelahiran Sampit,
5 Agustus 1999 ini menyebut, bahasa Indonesia sangat erat kaitanya dengan
sumpah pemuda. Lantaran, perjuangan pemuda-pemuda zaman dulu lah sehingga
terbentuk pula bahasa Indonesia bahkan menjadi ikrar pada Hari Sumpah Pemuda.

“Tugas duta bahasa pula
mengampanyekan pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
termasuk menyosialisasikan di Bumi Tambun Bungai ini,” ujar pria yang saat ini
masih menempuh pendidikan di Universitas Palangka Raya Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris ini. 

Baca Juga :  Hari Ini, Jokowi-Ma’ruf Amin Dilantik Sebagai Presiden dan Wakil Pre

Sementara itu,
penggunaan bahasa asing pun saat ini juga lebih dominan digunakan, memang tidak
ada salahnya. Lantaran, dalam trigata bangun bahasa yakni utamakan bahasa
Indonesia, lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing.

“Masih banyak yang
menggunakan bahasa asing karena itu berkaitan dengan pemasaran, untuk menarik
minta dan lebih menangkap hal yang mau disampaikan, namun memang harus
digunakan sesuai dengan fungsinya,” tegas dia.

Sementara itu,
Bernadetta mengatakan, penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pemuda khususnya
bahasa Indonesia yang baik dan benar masih dianggap suatu hal yang katrok. Jika
dibanding dengan bahasa asing yakni bahasa Inggris mereka berpikir bahwa bahasa
Inggris lebih intelektual.

“Kebanyakan jika anak
muda gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dianggap terlalu formal, ini
salah satu hambatan penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pemuda,” katanya.

Memang, penggunaan
bahasa indonesia paling tidak dapat digunakan sesuai dengan tempatnya, seperti
dalam rangka pengajaran, perkantoran maupun surat menyurat. Sedangkan untuk
bahasa asing dapat digunakan dalam rangka untuk menambaha pengetahuan.

“Memang perlu kuasai bahasa asing, apalgi saat
ini banyak literasi yang menggunakan bahasa asing, dengan demikian bahasa asing
bisa digunakan dalam perkuliahan, jadi penggunaanya seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan,” kata perempuan kelahiran Buntok, 4 Februari 1996 ini.

Terpopuler

Artikel Terbaru