33 C
Jakarta
Sunday, October 6, 2024

Tiga Tewas, 7 Masih Proses Evakuasi

PANGKALAN
BUN
-Tragedi
na
has di lubang penambangan emas liar di wilayah
Sungai Seribu Kelurahan Pangkut, Kecamatan Arut Utara (Aruta) memakan korban
jiwa.
Sepuluh penambang tertimbun hidup-hidup di lubang
tambang sedalam 65 meter. Tim evakuasi gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI
,
dan
Polri
baru berhasil mengangkat tiga
korban dalam kondisi sudah
tak
bernyawa,
sementara tujuh orang lagi belum berhasil
ditemukan.


Bupati Kobar Hj Nurhidayah dan
Kapolres Kobar AKBP Devy Firmansyah melihat langsung proses evakuasi, Jumat
(20/11)
. (POLRES
KOBAR UNTUK KALTENG POS
)


Peristiwa tersebut
sebenarnya terjadi Rabu (18/11) sekitar pukul 08.00 WIB. Hari itu 12 orang
pekerja mulai menambang emas dengan cara menggali tanah. Penambang turun secara
bergantian memasuki lubang tambang yang digali mencapai kedalaman 65 meter d
an
ada
banyak
lorong
nya.

Di dekat galian
tersebut ada lubang tambang yang sudah lama ditinggalkan dan dipenuhi air.
Diduga saat itu para penambang tak sengaja menjebol lubang tambang yang sudah
lama ditinggalkan itu. Kesepu
luh penambang
itu diduga
disapu air bah dari lubang yang jebol. Dua orang berhasil menyelamatkan diri
keluar dari lubang.
Pada Kamis (19/11) kejadian tersebut
baru
dilaporkan ke
pihak kelurahan.

Mendapat laporan
tersebut
,
tim
gabungan langsung bergegas ke lokasi untuk melakukan evakuasi. Hingga Jumat
sore (20/11) sudah tiga korban berhasil dievakuasi
meski
sudah
dalam
kondisi meninggal dunia. Tiga orang yang ditemukan
itu
bernama
Yuda (24), Rana Solihat (20)
, dan Nurhidayat (26).
Dua nama terakhir ditemukan dalam kondisi jongkok dan berpelukan.

Baca Juga :  Perppu Resmi Diterbitkan, Pilkada Bergeser ke Desember 2020

Bupati Kobar Hj
Nurhidayah bersama Kapolres Kobar AKBP Devy Firmansyah turun ke lokasi
mengoordin
asi proses evakuasi. Namun, setelah tim gabungan
berhasil mengangkat tiga korban, hujan lebat turun.
Kondisi
itu

mem
aksa tim memutuskan menghentikan
proses
evakuasi dan akan dilanjutkan
hari ini (21/11).

Bupati Kobar Nurhidayah
menyebut, kondisi
di lokasi yang kurang kondusif untuk proses evakuasi dikhawatirkan
akan menimbulkan
hal-hal
tak diinginkan.
Karena itu proses pencarian para korban dihentikan
sementara dan dilanjutkan hari ini.

“Terima kasih
kepada tim yang bekerja sudah sangat cepat melakukan upaya dan tindakan.
Sementara ini pencarian dihentikan
, karena cuaca tidak
mendukung. Sedangkan untuk
tiga jenazah sudah
berhasil dievakuasi
, langsung dibawa ke RSSI Pangkalan Bun,”
ujar
bupati.

Kondisi di lokasi
kejadian
,
lanjut bupati, tanahnya cukup licin
. Hujan
yang
cukup
deras
sangat
tak
memungkinkan dilakukan pencarian. Apalagi kondisi korban berada di
kedalaman 65
meter + 15 meter masuk lorong simpang.
Sangat menyulitkan
tim
dalam melakukan pencarian. Selain itu, di dalam
lubang tambang itu terdapat banyak
lorong.

“Itulah salah satu
yang menyulitkan pencarian,
apalagi lorongnya bisa 15 meter
bahkan lebih,”
ujar
bupati.

Kapolres Kobar AKBP
Devy Firmansyah saat dihubungi Kalteng Pos menyampaikan
, proses
evakuasi dilakukan dengan mengutamakan keselamatan tim evakuasi. Pasalnya,
di kedalaman
60 meter lebih, kadar oksigen
sangat tipis.
Kondisi itu tak baik untuk keselamatan tim pencari.

Baca Juga :  Innalillahi ! Hasil Tes Reaktif, Pasien PDP Asal Seruyan Meninggal Dun

Proses evakuasi
dihentikan sekitar pukul 16.30 WIB karena hujan turun cukup deras. Pihak
kepolisian, BPBD, dan TNI mendirikan tenda darurat di lokasi.

“Besok (Sabtu, red)
kami akan melanjutkan evakuasi,” katanya.

Ketika ditanya soal
berapa
saksi yang sudah diperiksa
, mantan Kasubdit Tipikor
Polda Kalteng ini menyebut
, ada beberapa saksi
yang sudah diperiksa
untuk mendalami kasus
tersebut
.
Untuk saat ini pihak kepolisian masih fokus melakukan evakuasi
para korban yang
masih tertimbun.

“Untuk saat ini kami fokus
evakuasi,” ujarnya saat dihubungi Kalteng Pos, tadi malam (20/11).

Dihubungi terpisah,
Wakil Ketua II DPRD Kotawaringin Barat (Kobar) Bambang Suherman menyayangkan
adanya kejadian tersebut. Pasalnya
, selama ini pihak
terkait ternyata tidak mengetahui keberadaan tambang liar yang sudah lama
beroperasi.
Menurutnya musibah tertimbunnya 10 orang pekerja
itu

sungguh memprihatinkan.
Karena itu ia meminta agar ada pihak
yang
bertanggung
jawab atas peristiwa nahas itu.

“Kami minta aparat
penegak hukum bisa menyelidiki masalah ini
, khususnya
keberadaan
tambang ilegal. Sangat disayangkan
bahwa ada tambang ilegal
yang
sudah lama beroperasi
tapi tidak ada tindakan apapun,”katanya.

Berkaca dari peristiwa
itu, Bambang meminta adanya
tindakan tegas terhadap para pengelola
dan pemilik tambang liar
,
agar ke depannya kejadian serupa
tak
terulang kembali.

“Kami juga sangat
meng
apresiasi langkah
cepat para petugas melakukan evakuasi terhadap para korban,”
pungkasnya.

PANGKALAN
BUN
-Tragedi
na
has di lubang penambangan emas liar di wilayah
Sungai Seribu Kelurahan Pangkut, Kecamatan Arut Utara (Aruta) memakan korban
jiwa.
Sepuluh penambang tertimbun hidup-hidup di lubang
tambang sedalam 65 meter. Tim evakuasi gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI
,
dan
Polri
baru berhasil mengangkat tiga
korban dalam kondisi sudah
tak
bernyawa,
sementara tujuh orang lagi belum berhasil
ditemukan.


Bupati Kobar Hj Nurhidayah dan
Kapolres Kobar AKBP Devy Firmansyah melihat langsung proses evakuasi, Jumat
(20/11)
. (POLRES
KOBAR UNTUK KALTENG POS
)


Peristiwa tersebut
sebenarnya terjadi Rabu (18/11) sekitar pukul 08.00 WIB. Hari itu 12 orang
pekerja mulai menambang emas dengan cara menggali tanah. Penambang turun secara
bergantian memasuki lubang tambang yang digali mencapai kedalaman 65 meter d
an
ada
banyak
lorong
nya.

Di dekat galian
tersebut ada lubang tambang yang sudah lama ditinggalkan dan dipenuhi air.
Diduga saat itu para penambang tak sengaja menjebol lubang tambang yang sudah
lama ditinggalkan itu. Kesepu
luh penambang
itu diduga
disapu air bah dari lubang yang jebol. Dua orang berhasil menyelamatkan diri
keluar dari lubang.
Pada Kamis (19/11) kejadian tersebut
baru
dilaporkan ke
pihak kelurahan.

Mendapat laporan
tersebut
,
tim
gabungan langsung bergegas ke lokasi untuk melakukan evakuasi. Hingga Jumat
sore (20/11) sudah tiga korban berhasil dievakuasi
meski
sudah
dalam
kondisi meninggal dunia. Tiga orang yang ditemukan
itu
bernama
Yuda (24), Rana Solihat (20)
, dan Nurhidayat (26).
Dua nama terakhir ditemukan dalam kondisi jongkok dan berpelukan.

Baca Juga :  Perppu Resmi Diterbitkan, Pilkada Bergeser ke Desember 2020

Bupati Kobar Hj
Nurhidayah bersama Kapolres Kobar AKBP Devy Firmansyah turun ke lokasi
mengoordin
asi proses evakuasi. Namun, setelah tim gabungan
berhasil mengangkat tiga korban, hujan lebat turun.
Kondisi
itu

mem
aksa tim memutuskan menghentikan
proses
evakuasi dan akan dilanjutkan
hari ini (21/11).

Bupati Kobar Nurhidayah
menyebut, kondisi
di lokasi yang kurang kondusif untuk proses evakuasi dikhawatirkan
akan menimbulkan
hal-hal
tak diinginkan.
Karena itu proses pencarian para korban dihentikan
sementara dan dilanjutkan hari ini.

“Terima kasih
kepada tim yang bekerja sudah sangat cepat melakukan upaya dan tindakan.
Sementara ini pencarian dihentikan
, karena cuaca tidak
mendukung. Sedangkan untuk
tiga jenazah sudah
berhasil dievakuasi
, langsung dibawa ke RSSI Pangkalan Bun,”
ujar
bupati.

Kondisi di lokasi
kejadian
,
lanjut bupati, tanahnya cukup licin
. Hujan
yang
cukup
deras
sangat
tak
memungkinkan dilakukan pencarian. Apalagi kondisi korban berada di
kedalaman 65
meter + 15 meter masuk lorong simpang.
Sangat menyulitkan
tim
dalam melakukan pencarian. Selain itu, di dalam
lubang tambang itu terdapat banyak
lorong.

“Itulah salah satu
yang menyulitkan pencarian,
apalagi lorongnya bisa 15 meter
bahkan lebih,”
ujar
bupati.

Kapolres Kobar AKBP
Devy Firmansyah saat dihubungi Kalteng Pos menyampaikan
, proses
evakuasi dilakukan dengan mengutamakan keselamatan tim evakuasi. Pasalnya,
di kedalaman
60 meter lebih, kadar oksigen
sangat tipis.
Kondisi itu tak baik untuk keselamatan tim pencari.

Baca Juga :  Innalillahi ! Hasil Tes Reaktif, Pasien PDP Asal Seruyan Meninggal Dun

Proses evakuasi
dihentikan sekitar pukul 16.30 WIB karena hujan turun cukup deras. Pihak
kepolisian, BPBD, dan TNI mendirikan tenda darurat di lokasi.

“Besok (Sabtu, red)
kami akan melanjutkan evakuasi,” katanya.

Ketika ditanya soal
berapa
saksi yang sudah diperiksa
, mantan Kasubdit Tipikor
Polda Kalteng ini menyebut
, ada beberapa saksi
yang sudah diperiksa
untuk mendalami kasus
tersebut
.
Untuk saat ini pihak kepolisian masih fokus melakukan evakuasi
para korban yang
masih tertimbun.

“Untuk saat ini kami fokus
evakuasi,” ujarnya saat dihubungi Kalteng Pos, tadi malam (20/11).

Dihubungi terpisah,
Wakil Ketua II DPRD Kotawaringin Barat (Kobar) Bambang Suherman menyayangkan
adanya kejadian tersebut. Pasalnya
, selama ini pihak
terkait ternyata tidak mengetahui keberadaan tambang liar yang sudah lama
beroperasi.
Menurutnya musibah tertimbunnya 10 orang pekerja
itu

sungguh memprihatinkan.
Karena itu ia meminta agar ada pihak
yang
bertanggung
jawab atas peristiwa nahas itu.

“Kami minta aparat
penegak hukum bisa menyelidiki masalah ini
, khususnya
keberadaan
tambang ilegal. Sangat disayangkan
bahwa ada tambang ilegal
yang
sudah lama beroperasi
tapi tidak ada tindakan apapun,”katanya.

Berkaca dari peristiwa
itu, Bambang meminta adanya
tindakan tegas terhadap para pengelola
dan pemilik tambang liar
,
agar ke depannya kejadian serupa
tak
terulang kembali.

“Kami juga sangat
meng
apresiasi langkah
cepat para petugas melakukan evakuasi terhadap para korban,”
pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru