30.9 C
Jakarta
Friday, July 4, 2025

Waspadai Dehidrasi dan Pneumonia, PPIH Kerahkan 90 Ton Obat dan 28 Dokter Spesialis

PROKALTENG.CO-Cuaca panas ekstrem dan udara kering di Makkah menjadi tantangan besar bagi kesehatan jemaah haji Indonesia. Salah satu dampak serius yang terus diwaspadai tim kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi adalah dehidrasi, yang dapat memicu komplikasi lanjutan terutama bagi jemaah lansia dan penderita penyakit kronis.

โ€œDehidrasi masih jadi masalah umum bagi jemaah haji,โ€ ujar Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, dr. Mohammad Imran, MKM, dalam keterangan resminya di Kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah, Minggu (19/5).

Sebagai antisipasi, pemerintah Indonesia melalui PPIH telah mengirimkan 90 ton obat-obatan ke Arab Saudi sejak 30 April 2025. Jumlah ini cukup besar karena banyak dari obat-obatan tersebut berupa cairan rehidrasi yang diperlukan untuk penanganan dehidrasi. Obat-obatan tersebut sudah disebar ke berbagai fasilitas kesehatan sejak sebelum kedatangan kloter pertama.

โ€œKami anjurkan jemaah minum tiap satu jam, minimal satu gelas kecil air mineral, untuk membasahi kerongkongan dan mencegah dehidrasi,โ€ imbau dr. Imran, seraya menjelaskan bahwa suhu aktual di Makkah mencapai 42 derajat celcius, namun karena kelembaban sangat rendah (di bawah 30 persen), temperatur terasa seperti 43 derajat celcius.

Baca Juga :  Positif Covid Bertambah 17, Sembuh Bertambah 14 Orang

Selain dehidrasi, kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), hipertensi, dan diabetes juga mendominasi keluhan kesehatan jemaah. Bahkan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan rumah sakit mitra di Arab Saudi, kasus rawat inap terbanyak kini adalah pneumonia (radang paru), disusul penyakit jantung koroner.

โ€œPneumonia sudah mulai mendominasi di Makkah. Kami harap ini bisa ditekan lewat edukasi dan kerja sama dengan jemaah,โ€ ujar dr. Imran.

Ia menekankan pentingnya pemakaian masker, termasuk saat berada di kamar, terutama bagi jemaah yang sedang batuk atau pilek, agar tidak menular ke jemaah lainโ€”terutama lansia dan penderita komorbid.

Untuk memperkuat layanan, KKHI Makkah kini diperkuat 28 dokter spesialis, 6 dokter umum, dan 62 perawat. Para dokter ini juga melakukan kunjungan ke hotel-hotel tempat jemaah menginap untuk memastikan deteksi dini dan penanganan cepat.

Baca Juga :  Masyarakat Tak Mampu Akan Dapat Bantuan, Gubernur: Yang Mampu, Jangan

Tidak hanya di Makkah, layanan kesehatan jemaah juga tersedia di Madinah dan Bandara Jeddah. Bandara dilengkapi dengan pos kesehatan dan ruang observasi untuk menangani kasus ringan sambil menunggu keberangkatan ke Makkah. Untuk kasus darurat, jemaah langsung dirujuk ke klinik atau rumah sakit terdekat.

PPIH juga telah bekerja sama dengan rumah sakit lokal seperti Saudi National Hospital dan RS Al Ahli di Makkah, serta RS Al Hayat di Madinah, melalui kebijakan baru Arab Saudi yang mewajibkan negara pengirim jemaah berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan lokal.

โ€œKami pastikan layanan kesehatan optimal, khususnya menjelang Armuzna,โ€ tegas dr. Imran, merujuk pada fase puncak haji yang akan berlangsung di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Fase ini menjadi tantangan tersendiri karena berlangsung sepenuhnya di luar ruangan selama enam hari. (jpg)

PROKALTENG.CO-Cuaca panas ekstrem dan udara kering di Makkah menjadi tantangan besar bagi kesehatan jemaah haji Indonesia. Salah satu dampak serius yang terus diwaspadai tim kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi adalah dehidrasi, yang dapat memicu komplikasi lanjutan terutama bagi jemaah lansia dan penderita penyakit kronis.

โ€œDehidrasi masih jadi masalah umum bagi jemaah haji,โ€ ujar Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, dr. Mohammad Imran, MKM, dalam keterangan resminya di Kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah, Minggu (19/5).

Sebagai antisipasi, pemerintah Indonesia melalui PPIH telah mengirimkan 90 ton obat-obatan ke Arab Saudi sejak 30 April 2025. Jumlah ini cukup besar karena banyak dari obat-obatan tersebut berupa cairan rehidrasi yang diperlukan untuk penanganan dehidrasi. Obat-obatan tersebut sudah disebar ke berbagai fasilitas kesehatan sejak sebelum kedatangan kloter pertama.

โ€œKami anjurkan jemaah minum tiap satu jam, minimal satu gelas kecil air mineral, untuk membasahi kerongkongan dan mencegah dehidrasi,โ€ imbau dr. Imran, seraya menjelaskan bahwa suhu aktual di Makkah mencapai 42 derajat celcius, namun karena kelembaban sangat rendah (di bawah 30 persen), temperatur terasa seperti 43 derajat celcius.

Baca Juga :  Positif Covid Bertambah 17, Sembuh Bertambah 14 Orang

Selain dehidrasi, kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), hipertensi, dan diabetes juga mendominasi keluhan kesehatan jemaah. Bahkan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan rumah sakit mitra di Arab Saudi, kasus rawat inap terbanyak kini adalah pneumonia (radang paru), disusul penyakit jantung koroner.

โ€œPneumonia sudah mulai mendominasi di Makkah. Kami harap ini bisa ditekan lewat edukasi dan kerja sama dengan jemaah,โ€ ujar dr. Imran.

Ia menekankan pentingnya pemakaian masker, termasuk saat berada di kamar, terutama bagi jemaah yang sedang batuk atau pilek, agar tidak menular ke jemaah lainโ€”terutama lansia dan penderita komorbid.

Untuk memperkuat layanan, KKHI Makkah kini diperkuat 28 dokter spesialis, 6 dokter umum, dan 62 perawat. Para dokter ini juga melakukan kunjungan ke hotel-hotel tempat jemaah menginap untuk memastikan deteksi dini dan penanganan cepat.

Baca Juga :  Masyarakat Tak Mampu Akan Dapat Bantuan, Gubernur: Yang Mampu, Jangan

Tidak hanya di Makkah, layanan kesehatan jemaah juga tersedia di Madinah dan Bandara Jeddah. Bandara dilengkapi dengan pos kesehatan dan ruang observasi untuk menangani kasus ringan sambil menunggu keberangkatan ke Makkah. Untuk kasus darurat, jemaah langsung dirujuk ke klinik atau rumah sakit terdekat.

PPIH juga telah bekerja sama dengan rumah sakit lokal seperti Saudi National Hospital dan RS Al Ahli di Makkah, serta RS Al Hayat di Madinah, melalui kebijakan baru Arab Saudi yang mewajibkan negara pengirim jemaah berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan lokal.

โ€œKami pastikan layanan kesehatan optimal, khususnya menjelang Armuzna,โ€ tegas dr. Imran, merujuk pada fase puncak haji yang akan berlangsung di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Fase ini menjadi tantangan tersendiri karena berlangsung sepenuhnya di luar ruangan selama enam hari. (jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru