PALANGKA
RAYA- Sementara, satu warga diduga menjadi korban pekatnya
kabut asap di Kota Cantik. Puguh Putu Sutedjo (42) meninggal di UGD RSUD dr Doris
Sylvanus, Senin (16/9) pukul 21.25 WIB. Riwayat penyakit asma yang diderita
kambuh.
“Beberapa waktu lalu Almarhum (Puguh, red) memang mengeluh sesak napas
dan ada riwayat penyakit asma. Penyakit kambuh sore hari,â€beber rekannya Aming,
di kamar jenazah Senin malam (17/9).
Sebelum dibawa ke UGD RSUD dr Doris Sylvanus, almarhum sempat dibawa ke
rumah sakit di bilangan Jalan Beliang. Almarhum sempat tidak sadarkan diri.
Menurut keterangan dokter yang disampaikan kepadanya, meninggalnya Puguh
karena gagal napas. Namun dokter tidak menyimpulkan kematianya akibat terpapar langsung
asap karhutla. “Dokter tidak bisa menyimpulkan meninggalnya oleh ISPA ataupun
terpapar asap. Namun indikasinya gagal napas dan kita tidak bisa menyalahkan
apakah karena asap, namun kita sebagai saudara sudah ikhlas dan ini sudah
kehendak tuhan,â€ungkapnya.
Wakil Direktur RSUD dr
Doris Sylvanus Palangka Raya dr Theodorus Sapta Atmadja menanggapi terkait
meninggalnya salah satu pasien rujukan tersebut. Dijelaskan Theo Senin (16/9)
sekitar pukul 20.00 WIB tiba pasien di UGD. Ditangani oleh tim medis, namun
kondisinya sudah cukup riskan. Menurut laporan yang diterima, pada saat yang
bersangkutan sampai, kesadarannya sangat menurun dan ada riwayat penyakit
sebelumnya.
Namun pihaknya belum
dapat menjelaskan detail, kendati ada yang menyebut pasien tersebeut mengalami
riwayat asma. Dijelaskannya, bahwa riwayat penyakit yang dialami pasien
tersebut, pada saat terjadinya kabut asap, maka akan tercetus kembali, sehingga
penyakit yang diderita menjadi tambah parah.
“Pada pasien
bersangkutan memang mengalami penyakit sebelumnya yaitu asma. Sehingga dengan
adanya kabut asap ini membuat kondisinya menjadi buruk. Tetapi kalau kita orang
sehat jika terpapar kabut asap dan memiliki pelindung diri, maka tidak akan
dapat menyebabkan kematian. Tetapi pasien ini yang kebetulan mengalami penyakit
sebelumnya dan terpapar, sehingga menjadi tambah parah,”tuturnya kepada awak
media di Gedung RSUD dr Doris Sylvanus, Rabu (18/9).
Secara keseluruhan
penyakit apapun yang dialami akan memperperburuk keadaan jika terpapar kabut
asap termasuk asma, radang paru, bronkitis dan lain-lain jika tidak ditangani
dengan baik.
“Saya dengar
pasien bersangkutan tinggal di barak yang mungkin di daerah sekitarnya pun,
udara tidak begitu baik sehingga bisa memperburuk keadaan yang
dialami,”jelasnya seraya menyampaikan pihaknya akan tetap menjaga privasi
pasien walupun sudah meninggal.
Pasien itu sempat
menjalani perawatan dari jam 20.00 WIB dan pukul 21.00 WIB mengalami gagal
napas. Upaya tim medis sudah dilakukan sesuai prosedur, sebelum dinyatakan
meninggal pada pukul 21.25 WIB.
Untuk menghindari
terdapatnya dampak kabut asap, masyarakat juga diimbau agar selalu menggunakan
alat pelindung diri, perbanyak minum air putih, banyak makan sayur dan biar
serta mengonsumsi multivitamin.
Disampaikan Theo juga,
saat ini sudah ada 196 rumah oksigen. Sehingga diharapkan semakin banyak adanya
rumah oksigen maka semakin banyak juga orang yang tertolong dan penanganan
tidak menjadi lebih parah dari sebelumnya.
Kunjungan pasien rawat
jalan mengalami peningkatan. Salah satu faktornya adalah karena RS Doris
merupakan pusat rujukan di Kalteng sehingga memfasilitasi rumah sakit daerah
yang telah bekerjasama dengan BPJS dan lainnya.
“Saat mereka tidak
dapat menanganinkarena keterbatasan alat, maka perlu dirujuk kesini dan kita
banyak mendapatkan pasien rujukan,”jelasnya.
Rumah oksigen sudah
banyak dan instruksi dari gubernur untuk membuka disarana kesehatan maupun non
kesehatan.
“Kedepan juga akan
memaksimalkan rumah singgah khusus untuk balita untuk memfasilitasi jika
rumahnya kurang representatif dapat ditampung sementara disitu,â€ungkapnya.