28.5 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

Fokus Tangani Covid-19, Penurunan Angka Stunting Tetap Prioritas

PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.CO- Hari Kesehatan Nasional (HKN) diperingati setiap tanggal 12
November
. Peringatan HKN ke-56 tahun ini berlangsung
di tengah pandemi
Covid-19.
Saat
ini
Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Kalteng masih
sibuk
dengan upaya
penanganan Covid-19. Meski demikian, program
kesehatan lainnya tak diabaikan. Salah satunya yakni penurunan angka stunting.

Meskipun penanganan
Covid-19
menjadi fokus pemprov saat ini, akan
tetapi
hal-hal
lain yang berkaitan dengan kesehatan tetap menjadi perhatian. Terlebih
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang
sempat terhenti
akibat pandemi Covid-19.

“Covid-19 belum selesai
sehingga fokus kami masih pada penanganan Covid-19
.
Akan tetapi, h
al-hal
lain tetap kami perhati
kan, seperti upaya
penurunan
stunting
dan
pelayanan kesehatan bagi
ibu
dan anak, imunisasi
, dan kegiatan lain yang dilakukan secara tatap
muka,”
ucap Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul saat
diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis sore (12/11).

Dijelaskannya, pada
momentum HKN
kali ini, pihaknya mengapresiasi
seluruh tenaga kesehatan yang
telah bekerja keras menjadi
garda terdepan
dalam menangani Covid-19, serta
pihak
lain yang
juga terlibat.

“Penanganan Covid-19
jangan sampai kend
ur. Cara
satu-satunya untuk mencegah penularan hanya dengan menerapkan prot
okol
kesehatan
, karena hingga saat ini vaksin belum ada,” jelasnya
kepada Kalteng Pos
(Grup kaltengpos.co).

Baca Juga :  Cegah Penularan, Puluhan Tahanan Jalani Tes Swab

Sementara itu,
berkenaan
dengan persoalan stunting, berdasarkan
hasil riset kesehatan dasar (
riskedar) tahun 2013,
prevalensi angka stunting di Kalteng mencapai angka 41,04 persen. Berkat upaya
dan kerja keras Pemprov Kalteng dan pemerintah kabupaten/kota se-Kalteng, angka
ini terus mengalami penurunan.

“Sehingga berdasarkan riskedas tahun
2018,
prevalensi stunting sudah berada di angka 34,04 persen,” kata Suyuti melalui
siaran pe
rs oleh Biro Administrasi Pimpinan  (Adpim) Setda Kalteng.

Pada 2019
lalu

dilakukan
lagi pengukuran ulang melalui studi kasus gizi
balita Indonesia (SKGBI)
.
Didapatkan
hasil
bahwa prevalensi stunting di Kalteng berada pada angka 32
persen. Terjadi penurunan angka prevalensi stunting di Kalteng sebesar 9,04
persen dari
periode 2013-2019.

“Prevalensi stunting di
kabupaten/kota
se-Kalteng pada setiap pengukuran yang dilakukan
menunjukkan hasil yang bervariasi. Sebagian kabupaten dan kota telah melewati
angka ideal di bawah 20 persen sesuai rekomendasi WHO,
tapi
sebagian
lagi masih sangat tinggi dan berada di atas rata-rata Kalteng bahkan nasional,”
bebernya.

Menurut Suyuti, pada
2018
lalu pemerintah pusat menetapkan tiga
kabupaten sebagai lokus stunting
, yakni Kotawaringin
Timur, Barito Timur
, dan Kapuas. Pada 2019 bertambah menjadi lima
kabupaten
, termasuk Barito Selatan dan Gunung Mas.

Baca Juga :  KIP Kuliah Berlaku buat Mahasiswa PTN dan PTS

“Lokus stunting
ditetapkan berdasarkan tingginya prevalensi stunting pada satu daerah. Pemerintah
mendorong aksi konvergensi untuk mempercepat pencegahan stunting melalu
intervensi yang dilakukan secara terkoordi
nasi, terpadu, dan
bersama-sama terhadap kelompok prioritas,” ujarnya.

Untuk mendorong
percepatan penurunan angka stunting, setiap tahun Ditjen Otda mengadakan lomba
aksi konvergensi, yang diikuti oleh seluruh kabupaten
-kabupaten di
Indonesia
yang menjadi lokus stunting.
Setiap tahun Pemprov
Kalteng melakukan penilaian aksi konvergensi stunting pada kabup
aten lokus
agar bisa diikutkan pada tingkat nasional.

“Pada tahun 2019
dilakukan penilaian terhadap aksi lima sampai delapan pada tiga kabupaten lokus
stunting, yakni Kotim, Barti
,m dan Kapuas,” singkat
dia.

Hasilnya, lanjut dia,
juara
satu diraih Kotim dan juara dua diraih Barsel dan
Kapuas. Pada tahun 2020 dilakukan penilaian
lagi pada aksi
satu hingga empat, diikuti oleh lima kabupaten lokus stunting yakni Kotim,
Gumas, Bart
im, Kapuas, dan Barsel.

“Keluar sebagai juara satu Kotim dan Gumas,
juara dua Bartim
, dan juara tiga Kapuas dan Barsel,” pungkasnya.

PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.CO- Hari Kesehatan Nasional (HKN) diperingati setiap tanggal 12
November
. Peringatan HKN ke-56 tahun ini berlangsung
di tengah pandemi
Covid-19.
Saat
ini
Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Kalteng masih
sibuk
dengan upaya
penanganan Covid-19. Meski demikian, program
kesehatan lainnya tak diabaikan. Salah satunya yakni penurunan angka stunting.

Meskipun penanganan
Covid-19
menjadi fokus pemprov saat ini, akan
tetapi
hal-hal
lain yang berkaitan dengan kesehatan tetap menjadi perhatian. Terlebih
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang
sempat terhenti
akibat pandemi Covid-19.

“Covid-19 belum selesai
sehingga fokus kami masih pada penanganan Covid-19
.
Akan tetapi, h
al-hal
lain tetap kami perhati
kan, seperti upaya
penurunan
stunting
dan
pelayanan kesehatan bagi
ibu
dan anak, imunisasi
, dan kegiatan lain yang dilakukan secara tatap
muka,”
ucap Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul saat
diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis sore (12/11).

Dijelaskannya, pada
momentum HKN
kali ini, pihaknya mengapresiasi
seluruh tenaga kesehatan yang
telah bekerja keras menjadi
garda terdepan
dalam menangani Covid-19, serta
pihak
lain yang
juga terlibat.

“Penanganan Covid-19
jangan sampai kend
ur. Cara
satu-satunya untuk mencegah penularan hanya dengan menerapkan prot
okol
kesehatan
, karena hingga saat ini vaksin belum ada,” jelasnya
kepada Kalteng Pos
(Grup kaltengpos.co).

Baca Juga :  Cegah Penularan, Puluhan Tahanan Jalani Tes Swab

Sementara itu,
berkenaan
dengan persoalan stunting, berdasarkan
hasil riset kesehatan dasar (
riskedar) tahun 2013,
prevalensi angka stunting di Kalteng mencapai angka 41,04 persen. Berkat upaya
dan kerja keras Pemprov Kalteng dan pemerintah kabupaten/kota se-Kalteng, angka
ini terus mengalami penurunan.

“Sehingga berdasarkan riskedas tahun
2018,
prevalensi stunting sudah berada di angka 34,04 persen,” kata Suyuti melalui
siaran pe
rs oleh Biro Administrasi Pimpinan  (Adpim) Setda Kalteng.

Pada 2019
lalu

dilakukan
lagi pengukuran ulang melalui studi kasus gizi
balita Indonesia (SKGBI)
.
Didapatkan
hasil
bahwa prevalensi stunting di Kalteng berada pada angka 32
persen. Terjadi penurunan angka prevalensi stunting di Kalteng sebesar 9,04
persen dari
periode 2013-2019.

“Prevalensi stunting di
kabupaten/kota
se-Kalteng pada setiap pengukuran yang dilakukan
menunjukkan hasil yang bervariasi. Sebagian kabupaten dan kota telah melewati
angka ideal di bawah 20 persen sesuai rekomendasi WHO,
tapi
sebagian
lagi masih sangat tinggi dan berada di atas rata-rata Kalteng bahkan nasional,”
bebernya.

Menurut Suyuti, pada
2018
lalu pemerintah pusat menetapkan tiga
kabupaten sebagai lokus stunting
, yakni Kotawaringin
Timur, Barito Timur
, dan Kapuas. Pada 2019 bertambah menjadi lima
kabupaten
, termasuk Barito Selatan dan Gunung Mas.

Baca Juga :  KIP Kuliah Berlaku buat Mahasiswa PTN dan PTS

“Lokus stunting
ditetapkan berdasarkan tingginya prevalensi stunting pada satu daerah. Pemerintah
mendorong aksi konvergensi untuk mempercepat pencegahan stunting melalu
intervensi yang dilakukan secara terkoordi
nasi, terpadu, dan
bersama-sama terhadap kelompok prioritas,” ujarnya.

Untuk mendorong
percepatan penurunan angka stunting, setiap tahun Ditjen Otda mengadakan lomba
aksi konvergensi, yang diikuti oleh seluruh kabupaten
-kabupaten di
Indonesia
yang menjadi lokus stunting.
Setiap tahun Pemprov
Kalteng melakukan penilaian aksi konvergensi stunting pada kabup
aten lokus
agar bisa diikutkan pada tingkat nasional.

“Pada tahun 2019
dilakukan penilaian terhadap aksi lima sampai delapan pada tiga kabupaten lokus
stunting, yakni Kotim, Barti
,m dan Kapuas,” singkat
dia.

Hasilnya, lanjut dia,
juara
satu diraih Kotim dan juara dua diraih Barsel dan
Kapuas. Pada tahun 2020 dilakukan penilaian
lagi pada aksi
satu hingga empat, diikuti oleh lima kabupaten lokus stunting yakni Kotim,
Gumas, Bart
im, Kapuas, dan Barsel.

“Keluar sebagai juara satu Kotim dan Gumas,
juara dua Bartim
, dan juara tiga Kapuas dan Barsel,” pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru