27.4 C
Jakarta
Saturday, May 17, 2025

Masya Allah! Petugas Haji Layani Jemaah Lansia dan Disabilitas dengan Kasih Sayang

PROKALTENG.CO-Layanan terhadap jemaah haji dengan kondisi khusus seperti disabilitas, stroke, atau keterbatasan fisik lainnya mendapatkan perhatian serius dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi derah Kerja Madinah.

Sejak kedatangan pertama calon jemaah haji Indonesia pada 2 Mei 2025 hingga Sabtu (17/5) pukul 14.00 Waktu Arab Saudi (WAS), sudah 108.641 jemaah tiba di Arab Saudi dari total 203.320. Dari jumlah itu, sebanyak 23.479 adalah jemaah lanjut usia (lansia), yang sebagian juga memiliki kondisi kesehatan khusus.

Beberapa jemaah dengan keterbatasan fisik belum dapat dipindahkan ke Makkah karena kendala dokumen seperti kartu Nusuk atau paspor yang masih di syarikah. Mereka sementara ditempatkan di Hotel Diyar Taibah, Madinah, dan menjadi prioritas dalam skema layanan kemanusiaan.

Menurut Kasie Lansia, Disabilitas, dan PKP2JH, Didit Sigit Kurniawan, pelayanan terhadap jemaah dengan disabilitas dan penyakit kronis dilakukan menyeluruh.

“Ada jemaah yang stroke, tidak bisa makan sendiri, kami bantu suapi. Bahkan ada yang buang air di tempat tidur, kami bantu bersihkan dan mandikan,” ujarnya saat ditemui di Madinah.

Baca Juga :  Hatir Sebut Petugas Damkar sebagai Pahlawan Masyarakat

Didit menegaskan bahwa pendekatan yang digunakan timnya adalah pelayanan dengan hati. Para petugas tidak hanya menjalankan tugas teknis, tapi juga mendekati jemaah dengan empati.

“Kami layani seperti keluarga sendiri. Ada jemaah yang tidak bisa bicara, hanya menangis. Kami datangi, pegang tangannya, beri makanan, dan bantu berwudhu,” ujarnya.

Untuk mendukung layanan ini, tim lansia bekerja sama dengan tenaga kesehatan, petugas hotel, serta Tenaga Kesejahteraan Sosial Agama (TKSA). Pendekatan ini dilakukan lintas sektor agar jemaah dalam kondisi lemah tetap mendapatkan perlakuan setara dengan jemaah lainnya.

Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan jemaah dalam menyampaikan kebutuhan mereka. Banyak jemaah yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, tim lansia melakukan patroli harian dari kamar ke kamar, memantau kondisi jemaah dan memberikan pendampingan langsung.

“Tidak semua jemaah berani minta bantuan, jadi kami yang proaktif jemput bola. Bahkan ada yang tidak bisa bicara karena stroke, jadi kami hanya bisa berkomunikasi dengan ekspresi atau isyarat,” imbuhnya.

Baca Juga :  Titi Wati Tak Semangat Diet Lagi, Ternyata Ini Alasannya

Layanan juga menyentuh aspek spiritual. Jemaah dibantu untuk tetap menjalankan ibadah harian, mulai dari wudhu hingga salat. “Kalau tidak bisa salat berdiri, kami bantu salat di kursi. Kalau tidak bisa berwudhu sendiri, kami bantu basuhkan air,” jelas Didit.

Dari sisi psikologis, pendekatan penuh kasih ini terbukti memberikan dampak positif. Banyak jemaah yang semula murung karena terpisah dari rombongan menjadi lebih semangat dan tenang setelah dilayani oleh petugas.

“Bagi kami, yang terpenting adalah memastikan bahwa jemaah tetap merasa menjadi tamu Allah yang dimuliakan. Tidak ada yang boleh merasa ditinggalkan, meski dalam kondisi sakit atau disabilitas,” tegasnya.

Dengan waktu menuju wukuf yang tinggal 19 hari lagi, PPIH menegaskan akan terus memperkuat layanan kemanusiaan bagi jemaah berkebutuhan khusus, sambil tetap menyelesaikan pemindahan 46.517 jemaah dari Madinah ke Makkah yang masih tersisa.(jpg)

PROKALTENG.CO-Layanan terhadap jemaah haji dengan kondisi khusus seperti disabilitas, stroke, atau keterbatasan fisik lainnya mendapatkan perhatian serius dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi derah Kerja Madinah.

Sejak kedatangan pertama calon jemaah haji Indonesia pada 2 Mei 2025 hingga Sabtu (17/5) pukul 14.00 Waktu Arab Saudi (WAS), sudah 108.641 jemaah tiba di Arab Saudi dari total 203.320. Dari jumlah itu, sebanyak 23.479 adalah jemaah lanjut usia (lansia), yang sebagian juga memiliki kondisi kesehatan khusus.

Beberapa jemaah dengan keterbatasan fisik belum dapat dipindahkan ke Makkah karena kendala dokumen seperti kartu Nusuk atau paspor yang masih di syarikah. Mereka sementara ditempatkan di Hotel Diyar Taibah, Madinah, dan menjadi prioritas dalam skema layanan kemanusiaan.

Menurut Kasie Lansia, Disabilitas, dan PKP2JH, Didit Sigit Kurniawan, pelayanan terhadap jemaah dengan disabilitas dan penyakit kronis dilakukan menyeluruh.

“Ada jemaah yang stroke, tidak bisa makan sendiri, kami bantu suapi. Bahkan ada yang buang air di tempat tidur, kami bantu bersihkan dan mandikan,” ujarnya saat ditemui di Madinah.

Baca Juga :  Hatir Sebut Petugas Damkar sebagai Pahlawan Masyarakat

Didit menegaskan bahwa pendekatan yang digunakan timnya adalah pelayanan dengan hati. Para petugas tidak hanya menjalankan tugas teknis, tapi juga mendekati jemaah dengan empati.

“Kami layani seperti keluarga sendiri. Ada jemaah yang tidak bisa bicara, hanya menangis. Kami datangi, pegang tangannya, beri makanan, dan bantu berwudhu,” ujarnya.

Untuk mendukung layanan ini, tim lansia bekerja sama dengan tenaga kesehatan, petugas hotel, serta Tenaga Kesejahteraan Sosial Agama (TKSA). Pendekatan ini dilakukan lintas sektor agar jemaah dalam kondisi lemah tetap mendapatkan perlakuan setara dengan jemaah lainnya.

Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan jemaah dalam menyampaikan kebutuhan mereka. Banyak jemaah yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, tim lansia melakukan patroli harian dari kamar ke kamar, memantau kondisi jemaah dan memberikan pendampingan langsung.

“Tidak semua jemaah berani minta bantuan, jadi kami yang proaktif jemput bola. Bahkan ada yang tidak bisa bicara karena stroke, jadi kami hanya bisa berkomunikasi dengan ekspresi atau isyarat,” imbuhnya.

Baca Juga :  Titi Wati Tak Semangat Diet Lagi, Ternyata Ini Alasannya

Layanan juga menyentuh aspek spiritual. Jemaah dibantu untuk tetap menjalankan ibadah harian, mulai dari wudhu hingga salat. “Kalau tidak bisa salat berdiri, kami bantu salat di kursi. Kalau tidak bisa berwudhu sendiri, kami bantu basuhkan air,” jelas Didit.

Dari sisi psikologis, pendekatan penuh kasih ini terbukti memberikan dampak positif. Banyak jemaah yang semula murung karena terpisah dari rombongan menjadi lebih semangat dan tenang setelah dilayani oleh petugas.

“Bagi kami, yang terpenting adalah memastikan bahwa jemaah tetap merasa menjadi tamu Allah yang dimuliakan. Tidak ada yang boleh merasa ditinggalkan, meski dalam kondisi sakit atau disabilitas,” tegasnya.

Dengan waktu menuju wukuf yang tinggal 19 hari lagi, PPIH menegaskan akan terus memperkuat layanan kemanusiaan bagi jemaah berkebutuhan khusus, sambil tetap menyelesaikan pemindahan 46.517 jemaah dari Madinah ke Makkah yang masih tersisa.(jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/