25 C
Jakarta
Wednesday, April 16, 2025

BERHASIL ! Operasi Perdana Tulang Belakang Memakan Waktu 4,5 Jam

PALANGKA RAYA-RSUD dr
Doris Sylvanus Palangka Raya berhasil melakukan operasi perdana kasus skoliosis
atau tulang belakang melengkung. Pasien perdana bernama Veronika (14). Operasi
dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh dr Perwira Bintang Hari Sp OT, pekan
lalu.


Operasi yang memakan
waktu 4,5 jam ini, tergolong operasi berat. Risikonya besar jika gagal. Bisa
berakibat kelumpuhan. Karena pada tulang belakang terdapat saraf dan pembuluh
darah yang bercabang ke kaki.

“Ini operasi perdana di
RSUD Doris Sylvanus untuk kasus skoliosis. Tim dipimpin dr Perwira Bintang Hari
Sp OT, spesialis bedah tulang belakang. Ini prestasi pertama yang ditorehkan
RSUD Doris,” ujar Wakil Direktur Pendidikan dan Kemitraan RSUD dr Doris
Sylvanus, dr Theodorus Sapta Atmaja MM.

Operasi ini tergolong
operasi mahal. Perkiraan biaya mencapai Rp50 juta. Namun, karena pasien merupakan
peserta BPJS Kesehatan, maka biaya operasi ditanggung oleh BPJS Kesehatan.


Jumat (13/9) pagi, dr
Theo bersama dr Bintang mengunjungi Veronika di ruang rawat inap. Veronika
ditemani sang ayah Antonius Pinto dan ibunya Mariana Roja.

“Saya tanya; nona mau
dioperasi. Dia bilang; mau. Saya lihat bahwa dia punya semangat,” kata Mariana.

Di ruangan tersebut, dr
Theodorus berbincang dengan Veronika dan orang tuanya. Ia memberikan semangat
kepada Veronika. Menurut pengakuan Mariana, tahun lalu baru ketahuan anaknya mengalami
tulang belakang melengkung saat sedang bermain dengan temannya.

Baca Juga :  Kalteng Memenuhi Kriteria Jadi Ibu Kota

Menurut dr Bintang,
tulang punggung yang melengkung ini, jika dibiarkan maka akan terus melengkung.
Jika semakin melengkung, bukan hanya mengganggu penampilan, tapi juga mengganggu
fungsi organ lain dalam tubuh, seperti paru-paru, jantung. Hal itu dikarenakan rongga
dada semakin mengecil.

“Bila ini tidak
ditangani, kurva semakin berat. Kelak ketika dewasa, dia akan mengalami nyeri
pada tulang belakangnnya. Operasi pada orang dewasa akan lebih sulit dibanding masih
remaja,” ujar dokter ortopedi dengan spesialis tulang belakang ini.

Penyebab skoliosis,
lanjut dr Bintang, hingga saat ini belum diketahui. Dokter Bintang mengakui
bahwa ia sudah menjumpai beberapa kasus seperti ini, tapi kurva atau lengkungan
tulang belakang tidak terlalu berat. Pada kasus seperti ini, penangannya adalah
dengan diberikan korset khusus.

Baru pada Veronika ini kurva
atau sudut lengkungannya berat dan harus ada tindakan operasi untuk meluruskan
tulang belakang. Kebetulan Veronika bersedia dioperasi, dan orang tuanya juga
setuju.

“Tujuan operasi ini,
selain untuk mengoreksi tulang belakang, juga mempertimbangkan balance
(keseimbangan) letak kepala terhadap pinggul. Jangan sampai kepala menyamping,
jatuhnya orangnya jadi menceng,” ujar dr Bintang yang menyelesaikan pendidikan
dokter spesialis bedah tulang di UGM pada 2007 silam.

Baca Juga :  Unsur Pidana Ditemukan, Bukti Permulaan Sudah Ada

Menurut dokter yang
menempuh pendidikan sub spesialis bedah tulang belakang di RSCM dan Hirosima
Jepang itu, dengan peralatan yang semakin canggih, peluang mengembalikan tulang
belakang agar kembali lurus semakin besar. Namun, risiko kelumpuhan pun ada.
Karena di dalam tulang belakang ada saraf yang bercabang ke kaki.

“Saat dioperasi dan tulang
belakang diluruskan, kadang pembuluh darah bisa kempes. Suplai darah bisa
terganggu. Bisa berakibat kelumpuhan. Jadi, kami tak hanya mempertimbangkan
tulang belakang bisa diluruskan, tapi juga soal keamanan atau tak membuat
pasien lumpuh,” jelasnya.

Sebelum mengambil
tindakan operasi, harus ada perencanaan yang matang. Dikatakan dr Bintang,
operasi pada Veronika berhasil. Beberapa hari setelah operasi, pasien bisa
mengangkat kaki. Itu berarti bahwa tak terjadi kelumpuhan.

Setelah operasi,
Veronika akan melakukan latihan duduk. Selanjutnya dilakukan latihan berdiri
dan diikuti latihan berjalan. Jika sudah bisa berjalan, maka pasien akan
dirawat secara berkala.

“Perlu waktu 1-2 tahun
untuk menyatukan tulang yang sudah diluruskan itu. Selama masa pemulihan,
pasien tidak boleh berolahraga dan mengangkat beban berat. Dan yang paling
penting adalah melakukan kontrol secara berkala,” tutup dr Bintang. (sma/ce)

PALANGKA RAYA-RSUD dr
Doris Sylvanus Palangka Raya berhasil melakukan operasi perdana kasus skoliosis
atau tulang belakang melengkung. Pasien perdana bernama Veronika (14). Operasi
dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh dr Perwira Bintang Hari Sp OT, pekan
lalu.


Operasi yang memakan
waktu 4,5 jam ini, tergolong operasi berat. Risikonya besar jika gagal. Bisa
berakibat kelumpuhan. Karena pada tulang belakang terdapat saraf dan pembuluh
darah yang bercabang ke kaki.

“Ini operasi perdana di
RSUD Doris Sylvanus untuk kasus skoliosis. Tim dipimpin dr Perwira Bintang Hari
Sp OT, spesialis bedah tulang belakang. Ini prestasi pertama yang ditorehkan
RSUD Doris,” ujar Wakil Direktur Pendidikan dan Kemitraan RSUD dr Doris
Sylvanus, dr Theodorus Sapta Atmaja MM.

Operasi ini tergolong
operasi mahal. Perkiraan biaya mencapai Rp50 juta. Namun, karena pasien merupakan
peserta BPJS Kesehatan, maka biaya operasi ditanggung oleh BPJS Kesehatan.


Jumat (13/9) pagi, dr
Theo bersama dr Bintang mengunjungi Veronika di ruang rawat inap. Veronika
ditemani sang ayah Antonius Pinto dan ibunya Mariana Roja.

“Saya tanya; nona mau
dioperasi. Dia bilang; mau. Saya lihat bahwa dia punya semangat,” kata Mariana.

Di ruangan tersebut, dr
Theodorus berbincang dengan Veronika dan orang tuanya. Ia memberikan semangat
kepada Veronika. Menurut pengakuan Mariana, tahun lalu baru ketahuan anaknya mengalami
tulang belakang melengkung saat sedang bermain dengan temannya.

Baca Juga :  Kalteng Memenuhi Kriteria Jadi Ibu Kota

Menurut dr Bintang,
tulang punggung yang melengkung ini, jika dibiarkan maka akan terus melengkung.
Jika semakin melengkung, bukan hanya mengganggu penampilan, tapi juga mengganggu
fungsi organ lain dalam tubuh, seperti paru-paru, jantung. Hal itu dikarenakan rongga
dada semakin mengecil.

“Bila ini tidak
ditangani, kurva semakin berat. Kelak ketika dewasa, dia akan mengalami nyeri
pada tulang belakangnnya. Operasi pada orang dewasa akan lebih sulit dibanding masih
remaja,” ujar dokter ortopedi dengan spesialis tulang belakang ini.

Penyebab skoliosis,
lanjut dr Bintang, hingga saat ini belum diketahui. Dokter Bintang mengakui
bahwa ia sudah menjumpai beberapa kasus seperti ini, tapi kurva atau lengkungan
tulang belakang tidak terlalu berat. Pada kasus seperti ini, penangannya adalah
dengan diberikan korset khusus.

Baru pada Veronika ini kurva
atau sudut lengkungannya berat dan harus ada tindakan operasi untuk meluruskan
tulang belakang. Kebetulan Veronika bersedia dioperasi, dan orang tuanya juga
setuju.

“Tujuan operasi ini,
selain untuk mengoreksi tulang belakang, juga mempertimbangkan balance
(keseimbangan) letak kepala terhadap pinggul. Jangan sampai kepala menyamping,
jatuhnya orangnya jadi menceng,” ujar dr Bintang yang menyelesaikan pendidikan
dokter spesialis bedah tulang di UGM pada 2007 silam.

Baca Juga :  Unsur Pidana Ditemukan, Bukti Permulaan Sudah Ada

Menurut dokter yang
menempuh pendidikan sub spesialis bedah tulang belakang di RSCM dan Hirosima
Jepang itu, dengan peralatan yang semakin canggih, peluang mengembalikan tulang
belakang agar kembali lurus semakin besar. Namun, risiko kelumpuhan pun ada.
Karena di dalam tulang belakang ada saraf yang bercabang ke kaki.

“Saat dioperasi dan tulang
belakang diluruskan, kadang pembuluh darah bisa kempes. Suplai darah bisa
terganggu. Bisa berakibat kelumpuhan. Jadi, kami tak hanya mempertimbangkan
tulang belakang bisa diluruskan, tapi juga soal keamanan atau tak membuat
pasien lumpuh,” jelasnya.

Sebelum mengambil
tindakan operasi, harus ada perencanaan yang matang. Dikatakan dr Bintang,
operasi pada Veronika berhasil. Beberapa hari setelah operasi, pasien bisa
mengangkat kaki. Itu berarti bahwa tak terjadi kelumpuhan.

Setelah operasi,
Veronika akan melakukan latihan duduk. Selanjutnya dilakukan latihan berdiri
dan diikuti latihan berjalan. Jika sudah bisa berjalan, maka pasien akan
dirawat secara berkala.

“Perlu waktu 1-2 tahun
untuk menyatukan tulang yang sudah diluruskan itu. Selama masa pemulihan,
pasien tidak boleh berolahraga dan mengangkat beban berat. Dan yang paling
penting adalah melakukan kontrol secara berkala,” tutup dr Bintang. (sma/ce)

Terpopuler

Artikel Terbaru