PALANGKA RAYA, KALTENGPOS.CO– Tidak semua orang mampu berinovasi dalam berkreasi. Karena itu ada orang atau
pihak tertentu yang bersedia menularkan ilmu
yang dimiliki kepada sesama. Seperti yang
dialami warga binaan LPP Kelas IIA Palangka Raya. Mereka mendapat bekal pengetahuan untuk
berkreasi, menyulap bakul purun
menjadi tas bernilai jual tinggi.
Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan (LPP) Kelas IIA Palangka Raya. Lokasinya 40 kilometer dari pusat
Kota
Palangka Raya.
tepatnya
di Jalan Tjilik Riwut Km 40. Bangunannya berjarak 900
meter dari jalan utama. LPP itu menampung 137 warga
binaan.
Rabu (11/11), Darma Wanita
Persatuan (DWP) Kalteng mengunjungi LPP Kelas IIA Palangka
Raya. Disambut ramah oleh kepala LPP serta para warga
binaan yang akan mengikuti pelatihan. Ada
sebanyak 50
orang. Pelatihan yang diberikan yakni melukis bakul purun.
Ketua Darma Wanita
Persatuan (DWP) Kalteng Norhayati Fahrizal Fitri mengatakan, pelaksanaan
pelatihan yang dilakukan itu merupakan salah satu dari
dua program
kerja untuk tahun ini. Selain program pelatihan melukis,
ada juga program pelatihan ekoprin.
“Sesuai kesepakatan
bersama seluruh anggota, maka untuk program melukis dilakukan di LPP Palangka
Raya,†katanya di sela-sela kegiatan.
Diungkapkannya, program
yang disusun pada dasarnya ditujukan kepada masyarakat Bumi Tambun Bungai.
Belum lama ini pihaknya juga sudah melaksanakan berbagai kegiatan di beberapa
tempat.
“Kami berpikir bahwa
LPP Kelas IIA Palangka Raya merupakan salah satu tempat yang
jarang dikunjungi.
Karena itu dinilai perlu untuk didatangi kali ini
sekaligus memberi pelatihan keterampilan,†ungkapnya saat dibincangi Kalteng
Pos (Grup kaltengpos.co).
Pelatihan meluksi tas
purun ini dalam rangka memberi bekal keterampilan kepada
warga binaan perempuan,
meskipun
pada dasarnya
LPP Kelas IIA Palangka Raya sudah memiliki berbagai program
kegiatan dalam rangka meningkatkan keterampilan warga binaan.
“Harapannya, saat
mereka (warga binaan, red) meninggalkan LPP, sudah
memiliki
bekal keterampilan yang lebih untuk berkreasi dan
berinovasi di tengah masyarakat,†tuturnya.
Istri dari
Sekda
Kalteng Fahrizal Fitri ini pun mengakui, selain memberi bekal
keterampilan,
tujuan lain dari pelatihan yang diberikan itu adalah
untuk
melestarikan kearifan lokal Kalteng. Sebagaimana diketahui bahwa
purun
merupakan salah satu kekayaan alam Bumi Tambun Bungai, yang
tentunya harus dikenal oleh masyarakat Kalteng sendiri maupun orang luas.
“Purun ini
merupakan sumber daya alam khas Kalteng. Ketika diolah
menjadi tas, maka akan lebih tinggi nilainya ketika sudah
dilukis.
Selain
itu, juga untuk mengampanyekan pengurangan penggunaan
kantong plastik,
karena tas
purun ini juga dapat digunakan ketika berbelanja,â€
bebernya.
Sementara itu, Kepala
LPP Kelas II A Palangka Raya Dyah Wandasari mendukung penuh
kegiatan
yang dilaksanaan oleh DWP Kalteng kali ini. Para
warga binaaan pun terlihat ceria dan bersemangat mengikuti
kegiatan hingga akhir.
“Kami sangat mendukung. Kegiatan ini
sangat positif.
Saya
melihat warga binaan begitu senang. Harapannnya
banyak organisasi lain yang mau datang ke sini untuk memberikan
bantuan berupa bimbingan keterampilan maupun mental
dan
rohani,†ungkapnya.
Sejak menempati lokasi
baru di Jalan Tjilik Riwut Km 40 pada 21 Januari 2019
lalu, sudah beberapa kali pihaknya melaksanakan kegiatan
pelatihan bagi warga binaan. Di
antaranya
menjahit, berkebun, dan membuat kue. Selain
oleh pihak LPP, ada pula kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak
luar.
“Ke depan ada tawaran
kegiatan masuk ke kami, rencananya akan memberikan pelatihan mebel kepada warga
binaan di sini.
Meskipun
mereka perempuan, saya mendukung kegiatan keterampilan itu,
karena dampaknya
juga positif untuk para warga binaan,†ucapnya kepada Kalteng
Pos, kemarin.
Dengan berbagai
pelatihan keterampilan yang diterima oleh warga binaan, kini sudah ada
banyak
produk warga binaan yang dijual ke luar, seperti tas
rajut, konektor masker, bahkan kue. Pemasarannya dilakukan
secara online
dan ditangani
oleh pegawai
LPP Kelas IIA Palangka Raya.
“Kami juga mengajarkan
bisnis kepada mereka.
Awalnya
kami berikan modal untuk membuat kue, mereka jual di dalam
lingkungan
LPP.
Hasil
dari bisnis itu diputar lagi untuk menghasilkan produk lain,â€
bebernya.
Di tempat yang sama, Selvi
Madjedie selaku pelatih keterampilan bakul purun
mengatakan, pihaknya baru saja merintis bakul lukis purun ini sejak pandemi
Covid-19 melanda Kalteng. Pihaknya menilai bahwa
purun
merupakan kearifan lokal yang tidak semua daerah miliki.
“Secara ekonomis, bakul purun
ini harganya tidak seberapa, yakni kisaran Rp35
ribu di Kota Palangka Raya. Saya pun
berpikir bahwa sebetulnya
bakul purun ini bisa dikembangkan untuk menjadi
produk berkualitas tinggi,†ungkapnya.
Selvi pun memulainya
dengan mengajak anak dan keponakannya. Ia
mengajak
anak dan keponakannya itu untuk melukis bakul.
“Kebetulan anak-anak
ini suka melukis.
Daripada
main
game saja, mending saya ajarkan mereka kembangkan bakat untuk
menghasilkan uang,†katanya.
Usahanya terus berjalan. Pemesanan datang
dari
Pulau Jawa, Bali, NTT, hingga Sumatera. Promosi yang dilakukan hanya melalui
media sosial. Cukup efektif.
“Kami sudah tiga kali
melakukan pelatihan lukis bakul kurun ini. Terakhir kami
diminta oleh DWP Kalteng untuk memberi pelatihan di LPP Palangka
Raya,†tambahnya.
Kini, bakul yang
awalnya seharga Rp35 ribu dapat dijual Rp75 ribu. Tergantung penggunaan cat
saat pelukisan. Makin banyak lukisan, maka makin
mahal pula harga bakulnya.
“Bahan yang kami
gunakan cuman bahan baku yakni
purun, cat akrilik, dan kuas saja,†tambahnya.
Bahkan saat ini telah
ada
beberapa anak yang ikut bergabung melukis bakul bersama. Tujuan
membangun usaha berbasis bakat ini sebagai wadah bagi anak-anak Kota Palangka
Raya untuk mengekspresikan hobi maupun bakat di bidang melukis.
“Ada lima anak yang aktif. Memang ada banyak lagi anak yang bergabung, tapi tidak
aktif. Ke
depannya
semoga kami bisa
kembangkan kreativitas ini, tidak hanya terbatas pada purun,†pungkasnya.