27.6 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Kesulitan Modal saat Banjir Pesanan

PALANGKA RAYA- Hasil kerajinan khas Dayak semakin terkenal dan
banyak peminatnya. Mulai dari batik, ukiran kayu, maupun kerajinan lainnya. Hal
ini menjadi angin segar bagi usaha pembuatan berbagai macam kerajinan khas
Dayak, seperti yang ditekuni oleh Abdullah Gampang. Ia nekat beralih profesi
dari buruh bangunan, lalu mengembangkan sayap usaha di bidang kerajinan ukiran
kayu. 


Suara mesin bor yang dijalankan para pekerja di
Workshop Patra Craft terdengar nyaring saat
saya
(penulis) bertandang ke bangunan yang
beralamat di
P
erumahan Sri
Rejaki II,
Kelurahan Sabaru, Kecamatan
Sebangau
Palangka Raya, Sabtu (7/3).

Setelah bertanya tentang pemilik rumah kepada salah
satu karyawan perempuan,
penulis dipersilakan masuk ke ruangan
tengah rumah
itu. Langsung disambut oleh Abdullah
Gampang selaku pemilik toko dan
Workshop Patra Kraft.

“Tunggu sebentar ya Mas,” ucap
pria berkacamata yang tengah sibuk membalas pesan WhatsApp yang masuk ke
ponselnya.
Saya pun dipersilakan untuk duduk.

Di dalam ruangan itu,
tampak berbagai
macam kerajinan ukiran kayu
bermotif  khas Dayak. Ada kelawang, patung
naga, gantungan kunci, asbak, mangkuk atau piring kayu, serta berbagai macam
kerajinan kayu setengah jadi maupun yang sudah jadi.
Bertebaran dan berjejer
di lemari seta di ruang tengah
itu.

Tak lama kemudian, pria
yang biasa dipanggil Gampang ini pun selesai dengan urusannya.
Pria 50 tahun itu menyambut saya dengan ramah. Obrolan pun mengalir.

Gampang menceritakan awal mula dirinya
menekuni kerajinan kayu ornamen khas Dayak

ini.

Berawal dari mengikuti
pelatihan kerajinan kayu yang diadakan oleh
Pemerintah Kota
Palangka Raya dan
Pemerintah Provinsi Kalteng.

Baca Juga :  Terpapar Kabut Asap, Hewan Kurban Mati Sebelum Dikurbankan

“Ikut pelatihan mulai
tahun 2009 sampai 2011
. Pada 2013 barulah
mulai bisa bikin produk
sendiri” kata Gampang memulai
kisahnya.
Dalam pelatihan itu, ia mendapat bimbingan dari
instruktur asal Bali dan Jepara.

Awalnya Gampang menjalankan usaha kerajinan
kayu ukiran khas Dayak dengan memanfaatkan waktu usai bekerja sebagai buruh
bangunan. Saat malam hari atau saat memiliki waktu senggang
,
ia belajar membuat ukiran kayu khas Dayak. Lambat laun
usaha
ukiran
yang di
jalankannya semakin berkembang hingga saat ini.

Saat ditanya kenapa ia memilih menjalankan usaha
kerajinan ukiran kayu motif  khas Dayak
dibandingkan motif daerah lain, pria berdarah Jawa itu mengatakan bahwa pengetahuan
itulah yang didapatkannya saat mengikuti pelatihan.

“Karena yang saya
belajar memang motif Dayak
. Kalau
motif lain
saya enggak tahu,” ujar pria yang
mengaku tidak sempat menamatkan pendidikan SMA
nya ini sembari tertawa pelan.

Saat mengikuti pelatihan, tutur Gampang, ada
instruktur yang mengatakan bahwa ukiran kayu dengan motif  lokal (khas Dayak), jika dibuat menjadi seni
kerajinan, maka akan memiliki peluang besar untuk dipasarkan. Hal itulah yang memotivasinya
untuk mengembangkan ukiran khas Dayak.

Diakui Gampang, saat ini kerajinan kayu yang
banyak dipesan konsumen adalah berbagai bentuk  telawang,
batang garing, miniatur rumah
betang, ukiran bentuk  patung masyarakat Dayak, hiasan
dinding khas Dayak
, maupun
plakat serta papan nama dengan ukiran khas Dayak.

“Terkadang ada juga pesanan furnitur dengan
ukiran khas Dayak
,” tambah
ayah dua anak ini
.

Baca Juga :  Pemprov Seleksi Komisaris dan Direksi PT Jamkrida Kalteng

Dalam sekian tahun menjalani usaha di bidang
kerajinan kayu ukiran khas Dayak, Gampang benar-benar menyadari bahwa salah
satu yang menjadi kendala adalah persoalan modal usaha.
Untuk
menghidupi usahanya, Gampang masih
mengandalkan modal hasil pembayaran dari para pemesan.

Hingga
saat ini pihaknya belum pernah mendapat
sokongan
dari dinas
atau instansi
terkait lingkup pemerintah daerah maupun
pusat.

Dengan
bermodal usaha pas-pasan,
tak jarang Gampang mengalami
kesulitan menghadapi pesanan konsumen dalam jumlah yang banyak.

“Kadang saya harus
meminta
pembayaran DP terlebih dahulu
atau pelunasan untuk pe
ngerjaan barang yang dipesan,
terutama untuk membeli kayu
,” ujar nya lagi.

Mengenai sumber bahan baku khusunya kayu,
Gampang mengatakan
, pihaknya telah memiliki galangan kayu
yang menjadi langganan. Bahan baku yang diutamakan adalah kayu ulin dan benuas.

Meski masih terkatung-katung dengan urusan
permodalan, Gampang tetap merasa bersyukur karena saat ini usahanya mulai
dikenal luas.
Selain sering mendapat pesanan perorangan dari
warga Kalteng, pesanan juga datang dari luar
daerah seperti Kalbar
. Bahkan ada pula pesanan dari luar Pulau Kalimantan, seperti Jakarta, Bandung, dan
daerah lainnya.

Untuk
mengembangkan usahanya,
Gampang memiliki
keinginan
membuka
satu toko lagi
. Dengan demikian, ia
berharap bisa
memperluas
pemasaran dan penjualan produk
kerajinan kayunya.
“Karena dengan
adanya toko
, kami bisa mendapatkan informasi
secara
langsung dari konsumen soal kekurangan
dari produk
kami. Ini sangat penting untuk pengembangan
usaha,”

pungkas
nya. (sja/ram/dar)

PALANGKA RAYA- Hasil kerajinan khas Dayak semakin terkenal dan
banyak peminatnya. Mulai dari batik, ukiran kayu, maupun kerajinan lainnya. Hal
ini menjadi angin segar bagi usaha pembuatan berbagai macam kerajinan khas
Dayak, seperti yang ditekuni oleh Abdullah Gampang. Ia nekat beralih profesi
dari buruh bangunan, lalu mengembangkan sayap usaha di bidang kerajinan ukiran
kayu. 


Suara mesin bor yang dijalankan para pekerja di
Workshop Patra Craft terdengar nyaring saat
saya
(penulis) bertandang ke bangunan yang
beralamat di
P
erumahan Sri
Rejaki II,
Kelurahan Sabaru, Kecamatan
Sebangau
Palangka Raya, Sabtu (7/3).

Setelah bertanya tentang pemilik rumah kepada salah
satu karyawan perempuan,
penulis dipersilakan masuk ke ruangan
tengah rumah
itu. Langsung disambut oleh Abdullah
Gampang selaku pemilik toko dan
Workshop Patra Kraft.

“Tunggu sebentar ya Mas,” ucap
pria berkacamata yang tengah sibuk membalas pesan WhatsApp yang masuk ke
ponselnya.
Saya pun dipersilakan untuk duduk.

Di dalam ruangan itu,
tampak berbagai
macam kerajinan ukiran kayu
bermotif  khas Dayak. Ada kelawang, patung
naga, gantungan kunci, asbak, mangkuk atau piring kayu, serta berbagai macam
kerajinan kayu setengah jadi maupun yang sudah jadi.
Bertebaran dan berjejer
di lemari seta di ruang tengah
itu.

Tak lama kemudian, pria
yang biasa dipanggil Gampang ini pun selesai dengan urusannya.
Pria 50 tahun itu menyambut saya dengan ramah. Obrolan pun mengalir.

Gampang menceritakan awal mula dirinya
menekuni kerajinan kayu ornamen khas Dayak

ini.

Berawal dari mengikuti
pelatihan kerajinan kayu yang diadakan oleh
Pemerintah Kota
Palangka Raya dan
Pemerintah Provinsi Kalteng.

Baca Juga :  Terpapar Kabut Asap, Hewan Kurban Mati Sebelum Dikurbankan

“Ikut pelatihan mulai
tahun 2009 sampai 2011
. Pada 2013 barulah
mulai bisa bikin produk
sendiri” kata Gampang memulai
kisahnya.
Dalam pelatihan itu, ia mendapat bimbingan dari
instruktur asal Bali dan Jepara.

Awalnya Gampang menjalankan usaha kerajinan
kayu ukiran khas Dayak dengan memanfaatkan waktu usai bekerja sebagai buruh
bangunan. Saat malam hari atau saat memiliki waktu senggang
,
ia belajar membuat ukiran kayu khas Dayak. Lambat laun
usaha
ukiran
yang di
jalankannya semakin berkembang hingga saat ini.

Saat ditanya kenapa ia memilih menjalankan usaha
kerajinan ukiran kayu motif  khas Dayak
dibandingkan motif daerah lain, pria berdarah Jawa itu mengatakan bahwa pengetahuan
itulah yang didapatkannya saat mengikuti pelatihan.

“Karena yang saya
belajar memang motif Dayak
. Kalau
motif lain
saya enggak tahu,” ujar pria yang
mengaku tidak sempat menamatkan pendidikan SMA
nya ini sembari tertawa pelan.

Saat mengikuti pelatihan, tutur Gampang, ada
instruktur yang mengatakan bahwa ukiran kayu dengan motif  lokal (khas Dayak), jika dibuat menjadi seni
kerajinan, maka akan memiliki peluang besar untuk dipasarkan. Hal itulah yang memotivasinya
untuk mengembangkan ukiran khas Dayak.

Diakui Gampang, saat ini kerajinan kayu yang
banyak dipesan konsumen adalah berbagai bentuk  telawang,
batang garing, miniatur rumah
betang, ukiran bentuk  patung masyarakat Dayak, hiasan
dinding khas Dayak
, maupun
plakat serta papan nama dengan ukiran khas Dayak.

“Terkadang ada juga pesanan furnitur dengan
ukiran khas Dayak
,” tambah
ayah dua anak ini
.

Baca Juga :  Pemprov Seleksi Komisaris dan Direksi PT Jamkrida Kalteng

Dalam sekian tahun menjalani usaha di bidang
kerajinan kayu ukiran khas Dayak, Gampang benar-benar menyadari bahwa salah
satu yang menjadi kendala adalah persoalan modal usaha.
Untuk
menghidupi usahanya, Gampang masih
mengandalkan modal hasil pembayaran dari para pemesan.

Hingga
saat ini pihaknya belum pernah mendapat
sokongan
dari dinas
atau instansi
terkait lingkup pemerintah daerah maupun
pusat.

Dengan
bermodal usaha pas-pasan,
tak jarang Gampang mengalami
kesulitan menghadapi pesanan konsumen dalam jumlah yang banyak.

“Kadang saya harus
meminta
pembayaran DP terlebih dahulu
atau pelunasan untuk pe
ngerjaan barang yang dipesan,
terutama untuk membeli kayu
,” ujar nya lagi.

Mengenai sumber bahan baku khusunya kayu,
Gampang mengatakan
, pihaknya telah memiliki galangan kayu
yang menjadi langganan. Bahan baku yang diutamakan adalah kayu ulin dan benuas.

Meski masih terkatung-katung dengan urusan
permodalan, Gampang tetap merasa bersyukur karena saat ini usahanya mulai
dikenal luas.
Selain sering mendapat pesanan perorangan dari
warga Kalteng, pesanan juga datang dari luar
daerah seperti Kalbar
. Bahkan ada pula pesanan dari luar Pulau Kalimantan, seperti Jakarta, Bandung, dan
daerah lainnya.

Untuk
mengembangkan usahanya,
Gampang memiliki
keinginan
membuka
satu toko lagi
. Dengan demikian, ia
berharap bisa
memperluas
pemasaran dan penjualan produk
kerajinan kayunya.
“Karena dengan
adanya toko
, kami bisa mendapatkan informasi
secara
langsung dari konsumen soal kekurangan
dari produk
kami. Ini sangat penting untuk pengembangan
usaha,”

pungkas
nya. (sja/ram/dar)

Terpopuler

Artikel Terbaru