PROKALTENG.CO-Satu pekan menjelang memasuki puncak ibadah haji 2024, puluhan jemaah asal Indonesia dilaporkan mengalami gangguan kesehatan hingga harus menjalani perawatan.
Para jemaah haji asal Indonesia itu menjalani perawatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia hingga rumah sakit di Arab Saudi. Hingga Minggu (9/6), jumlah jemaah asal Indonesia yang dilaporkan sakit mencapai 67 orang. 66 orang di antaranya dirawat di Makkah, sedangkan satu jamaah lain di Jeddah.
Selain puluhan jemaah haji Indonesia dilaporkan menderita sakit, puluhan lainnya juga dilaporkan telah berpulang ke rahmatullah. Jumlah jemaah yang meninggal sejak proses pelaksaan ibadah haji saat saat ini tercatat 61 orang.
Khusus yang sakit, dari jumlah itu, mayoritas jamaah yang sedang dirawat di KKHI maupun rumah sakit adalah jeamaah dari Embarkasi Surabaya (SUB), mencapai 19 jemaah. Disusul embarkasi Solo dan Jakarta Bekasi.
Panitia Penyelengara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sudah menyiapkan sejumlah kebijakan terkait layanan terhadap para jamaah yang wafat maupun saat ini dalam kondisi sakit. Termasuk layanan lanjutan ibadah.
Pembimbing Ibadah (Bimbad) PPIH Arab Saudi daker Madinah, KH Aswadi, menjelaskan, untuk para jamaah asal Indonesia yang meninggal, mereka akan dibadalhajikan. ”Saat ini, tengah disiapkan petugas yang ditugaskan untuk melaksanakan badal haji,” katanya dikutip dari jawapos.
Sementara itu, untuk jamaah yang saat ini terbaring sakit, ada beberapa scenario yang disiapkan untuk memfasilitasi mereka bisa melaksanakan ibadah di masa puncak haji di Armuzna (Arafah Muzdalifah Mina). ”Skenario itu didasarkan pada kondisi mereka,” katanya.
Jika kondisi jamaah sakit itu belum memungkinkan untuk menjalani ibadah Armuzna, tapi masih memungkinkan dimobilisasikan, mereka akan mengikuti safari wukuf. Yakni melintas sejenak di Arafah untuk melaksanakan wukuf, yang notabene adalah ibadah paling inti dari haji.
”Setelah itu, mereka kembali ke tempat asalnya,” katanya.
Safari wukuf juga berlaku untuk jamaah haji yang masuk kategori lansia serta risiko tinggi (risti). Pertimbangannya, jika mereka mengikuti ibadah Armuzna secara normal, rawan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, bagi pasien yang secara fisik tidak memungkinkan untuk diikutkan safari wukuf, petugas haji juga akan membadalhajikan jemaah tersebut. (fajar/jpg)