30.5 C
Jakarta
Wednesday, May 8, 2024

MENGECEWAKAN ! Dua Tahun Berdiri, Patung Tjilik Riwut Belum Diresmikan

PALANGKA RAYA- “Apa hanya seperti itu? Itu
penghargaan yang setengah-setengah. Lebih baik tidak usah (Dibangun, red) dari
pada seperti itu. Cukup mengecewakan,” keluh Ida Riwut.

Patung ayahnya itu berdiri 24 Januari 2018.
Di pangkal Jalan Tjilik Riwut, Palangka Raya. Tampak gagah. Tangan kanan
diangkat dan jari telunjuk menghadap langit. Tangan kiri memegang tongkat.
Memakai pakaian TNI Angkatan Udara (AU). Di bagian bawah patung tertulis TJILIK
RIWUT, Marsekal Pertama Kehormatan TNI-AU, Pahlawan Nasional, 1918-1987. Di bawah
lagi tertulis dengan huruf besar ARA MAROP yang mempunyai arti Pantang
Menyerah.

Janji tinggal janji.  Janji itu kosong. Pemerintah belum meresmikan.
Entah terlupa atau pura-pura lupa. Sudah dua tahun. Patung itu itu seolah-olah
tanpa nama. Apa harus menunggu rusak? Saat ini saja, beberapa bagian tubuh
patung terkelupas. Bercak-bercak putih terlihat jelas. Seperti di bagian dasi, wajah
dan lengan sebelah kanan.

Hal yang wajar jika pihak keluarga menyimpan
kekecewaan. Seperti yang dilontarkan Kameloh Ida Lestari Riwut, nama lengkap
Ida Riwut.

Anak keempat Tjilik Riwut ini kecewa karena
tidak ada kejelasan mengenai peresmian patung itu. Dia masih teringat janji
itu. Dan kepada Kalteng Pos (Grup Kaltengpos.co) ia menceritakan kilas balik
undangan peresmian kala itu.

Pemerintah, sebut Ida, akan meresmikan awal
Januari 2019. Pihak keluarga pernah diundang secara lisan oleh Disbudpar Kota
Palangka Raya untuk menghadiri acara peresmian.

“Pada 27 atau 28 Desember 2018, saya mendapat
telepon dari pihak Disbudpar Kota Palangka Raya agar keluarga menghadiri
peresmian patung Tjilik Riwut pada awal Januari 2019,” jelasnya.

Dengan senang hati, dia menyambut baik
informasi itu dan segera menghubungi pihak keluarga agar dapat menghadiri
peresmian patung ayahnya. Namun, pada 30 Desember, Ida kembali mendapat telepon
dari pihak Disbudpar Kota Palangka Raya bahwa peresmian ditunda.

Padahal, waktu itu kakak saya yang dari
Yogjakarta sudah datang untuk menghadiri peresmian itu.

“Memang kami tidak diberikan undangan karena
katanya undangan diberikan menyusul. Waktu itu hanya melalui ponsel. Tetapi,
saat kakak saya dari Yogjakarta datang pada 30 Desember, saat itu pula
dihubungi kembali bahwa peresmian ditunda,” ungkap wanita kelahiran 1 Oktober
1957 ini.

Secara pribadi, Ida mengaku tidak masalah dibatalkan
mendadak. Ida mengaku kecewa atas pembatalan dengan alasan yang tak jelas. Karena
perjuangan kakaknya datang ke Palangka Raya saat itu tidak mudah. Memang, saat
itu Disbudpar Palangka Raya juga menyampaikan permohonan maaf berkenaan
penundaan peresmian itu.

Baca Juga :  Terduga Teroris Ditempatkan di Ruangan Khusus, Diambil Sampel DNA dan

Sebetulnya, Ida dan keluarga bersyukur dengan
dibangun patung itu, sebagai tanda penghargaan kepada sang ayah. Tetapi, pembangunan
patung Tjilik Riwut itu malah seperti pemberian penghargaan yang
setengah-setengah.

Selain itu, informasi patung hendak
diresmikan juga sudah sampai ke telinga mantan Wali Kota Palangka Raya,
almarhum Lukas Tingkes. Ida menceritakan, selama satu hari penuh menjelang
peresmian patung, Lukas Tingkes menunggu undangan peresmian.

“Bapak Lukas Tingkes adalah ajudan ayah saya
dulu, jadi hubungan kami dekat. Beliau (Lukas, red) menunggu satu hari undangan
peresmian. Beliau sempat mengatakan, dia tidak dimasukkan dalam list tamu
undangan untuk menghadiri undangan peresmian,” kisah Ida.

Ida menyayangkan kondisi patung itu seperti
tak dirawat. Ia bahkan menyebut patung itu sudah belang-belang. Saat lewat di
Bundaran Besar, ia sesekali memfoto patung itu dan mengirim ke grup Whatsapp
keluarga.

“Saya katakan kepada keluarga saya, bawakan
saya benang dan jarum, kasihan, baju bapak kurang pisit,” canda Ida ketika itu
di kalangan keluarga.

Proyek pembuatan patung ini dimulai pada
tahun 2016. Saat itu, Kadisbudpar Kota Palangka Raya dijabat Afendy, sebelum
digantikan oleh Norma Hikmah pada 2018 lalu. Pada tahun yang sama, pembangunan
patung tidak bisa diselesaikan karena ada permasalahan, sehingga sehingga baru
dilanjutkan lagi pada tahun 2017 dan diselesaikan pada anggaran APBD perubahan
tahun 2017 lalu.

Total anggaran untuk pembuatan patung yang dipercayakan
kepada rekanan di Yogjakarta itu menghabiskan dana sekitar Rp250 juta. Patung
selesai dikerjakan pada September 2017 lalu dan Disbudpar Kota baru bisa
memasang patung di titik nol Jalan Tjilik Riwut pada 24 Januari 2018.

Ketika Kalteng Pos mencoba mengonfirmasi
kepada Kadisbudar Kota Palangka Raya Ikhwanudin, ternyata dia tak tahu apa-apa
tentang patung tersebut. Dia juga belum bisa memastikan mengapa sampai saat
ini, patung yang digadang-gadang bakal menjadi ikon baru Kota Cantik tersebut
belum diresmikan.

“Kalau untuk masalah ini saya kurang
mengetahui mas. Sebab saya baru sekitar satu bulan ini dilantik. Mengingat
proyek ini sudah berlangsung sebelun saya menjabat,” katanya saat
dikonfirmasi Kalteng Pos, belum lama ini.

Baca Juga :  Terus Bergerak Membangun Kobar Menuju Kejayaan

Ketika ditanya mengenai rencana apakah pada
tahun 2020 ini patung mantan gubernur pertama Kalteng itu akan diresmikan, dia
tidak bisa memberikan jawaban secara pasti dan tegas.

“Karena biasanya itu satu paket. Jadi yang
menjabat kadis saat pembangunan itu, maka dia yang bertanggung jawab pada
peresmian,” katanya.

Nantinya, lanjut Ikhwanudin, dirinya akan
menelusuri terlebih dahulu. Apakah sudah masuk daftar agenda yang terdahulu
atau belum. Karena ini masih tanggung jawab pejabat sebelumnya.

“Biasanya kalau peresmian itu, misalnya
selesai tahun sekian, maka diresmikan di tahun berikutnya atau nantinya
berbarengan dengan ulang tahun Kota Palangka Raya. Untuk patung ini, nanti saya
koordinasi dan konfirmasi dulu ke dinas terkait,” pungkasnya.

Sementara itu Kadisudpar terdahulu, Norma
Hikmah yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Palangka Raya belum bisa diwawancarai Kalteng Pos. Telepon tak diangkat dan
dikirim pesan melalui Whatsapp tak ada balasan hingga berita ini diturunkan.

Sementara itu, pada akhir tahun 2018 lalu,
Asisten II Setda Kalteng Nurul Edy pernah mengungkapkan peresmian Patung Tjilik
Riwut akan dilakukan pada awal 2019. Namun ternyata tak pernah terlaksana tanpa
alasan yang jelas. Ketika Kalteng Pos mengonfirmasi masalah tersebut, Edy mengaku
tidak mengetahui secara pasti penundaan peresmian. Yang ia ketahui bahwa patung
itu dibangun oleh Pemko Palangka Raya.

“Dulu memang rencananya digabung dengan CFD,
tetapi silakan tanya kepada pemko saja,” ucapnya beberapa waktu lalu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Kalteng Guntur Talajan saat ditemui Kalteng Pos pun mengaku tidak
tahu menahu soal peresmian patung itu. Pasalnya, dalam perjalanan ketika itu,
informasinya akan diresmikan oleh pihak Pemprov Kalteng. Guntur meminta Kalteng
Pos untuk menanyakan hal ini kepada Pemko Palangka Raya. Disbudpar Kalteng
tidak punya wewenang atas hal tersebut.

“Tidak ada, itu punya pak wali. Zaman pak
Riban. Informasi diambil provinsi juga tidak. Terkait peresmian koordinasikan
pada pak wali. Pembangunan juga milik kota bukan provinsi,” jawab
Guntur.(oiq/abw/uni/ram)

PALANGKA RAYA- “Apa hanya seperti itu? Itu
penghargaan yang setengah-setengah. Lebih baik tidak usah (Dibangun, red) dari
pada seperti itu. Cukup mengecewakan,” keluh Ida Riwut.

Patung ayahnya itu berdiri 24 Januari 2018.
Di pangkal Jalan Tjilik Riwut, Palangka Raya. Tampak gagah. Tangan kanan
diangkat dan jari telunjuk menghadap langit. Tangan kiri memegang tongkat.
Memakai pakaian TNI Angkatan Udara (AU). Di bagian bawah patung tertulis TJILIK
RIWUT, Marsekal Pertama Kehormatan TNI-AU, Pahlawan Nasional, 1918-1987. Di bawah
lagi tertulis dengan huruf besar ARA MAROP yang mempunyai arti Pantang
Menyerah.

Janji tinggal janji.  Janji itu kosong. Pemerintah belum meresmikan.
Entah terlupa atau pura-pura lupa. Sudah dua tahun. Patung itu itu seolah-olah
tanpa nama. Apa harus menunggu rusak? Saat ini saja, beberapa bagian tubuh
patung terkelupas. Bercak-bercak putih terlihat jelas. Seperti di bagian dasi, wajah
dan lengan sebelah kanan.

Hal yang wajar jika pihak keluarga menyimpan
kekecewaan. Seperti yang dilontarkan Kameloh Ida Lestari Riwut, nama lengkap
Ida Riwut.

Anak keempat Tjilik Riwut ini kecewa karena
tidak ada kejelasan mengenai peresmian patung itu. Dia masih teringat janji
itu. Dan kepada Kalteng Pos (Grup Kaltengpos.co) ia menceritakan kilas balik
undangan peresmian kala itu.

Pemerintah, sebut Ida, akan meresmikan awal
Januari 2019. Pihak keluarga pernah diundang secara lisan oleh Disbudpar Kota
Palangka Raya untuk menghadiri acara peresmian.

“Pada 27 atau 28 Desember 2018, saya mendapat
telepon dari pihak Disbudpar Kota Palangka Raya agar keluarga menghadiri
peresmian patung Tjilik Riwut pada awal Januari 2019,” jelasnya.

Dengan senang hati, dia menyambut baik
informasi itu dan segera menghubungi pihak keluarga agar dapat menghadiri
peresmian patung ayahnya. Namun, pada 30 Desember, Ida kembali mendapat telepon
dari pihak Disbudpar Kota Palangka Raya bahwa peresmian ditunda.

Padahal, waktu itu kakak saya yang dari
Yogjakarta sudah datang untuk menghadiri peresmian itu.

“Memang kami tidak diberikan undangan karena
katanya undangan diberikan menyusul. Waktu itu hanya melalui ponsel. Tetapi,
saat kakak saya dari Yogjakarta datang pada 30 Desember, saat itu pula
dihubungi kembali bahwa peresmian ditunda,” ungkap wanita kelahiran 1 Oktober
1957 ini.

Secara pribadi, Ida mengaku tidak masalah dibatalkan
mendadak. Ida mengaku kecewa atas pembatalan dengan alasan yang tak jelas. Karena
perjuangan kakaknya datang ke Palangka Raya saat itu tidak mudah. Memang, saat
itu Disbudpar Palangka Raya juga menyampaikan permohonan maaf berkenaan
penundaan peresmian itu.

Baca Juga :  Terduga Teroris Ditempatkan di Ruangan Khusus, Diambil Sampel DNA dan

Sebetulnya, Ida dan keluarga bersyukur dengan
dibangun patung itu, sebagai tanda penghargaan kepada sang ayah. Tetapi, pembangunan
patung Tjilik Riwut itu malah seperti pemberian penghargaan yang
setengah-setengah.

Selain itu, informasi patung hendak
diresmikan juga sudah sampai ke telinga mantan Wali Kota Palangka Raya,
almarhum Lukas Tingkes. Ida menceritakan, selama satu hari penuh menjelang
peresmian patung, Lukas Tingkes menunggu undangan peresmian.

“Bapak Lukas Tingkes adalah ajudan ayah saya
dulu, jadi hubungan kami dekat. Beliau (Lukas, red) menunggu satu hari undangan
peresmian. Beliau sempat mengatakan, dia tidak dimasukkan dalam list tamu
undangan untuk menghadiri undangan peresmian,” kisah Ida.

Ida menyayangkan kondisi patung itu seperti
tak dirawat. Ia bahkan menyebut patung itu sudah belang-belang. Saat lewat di
Bundaran Besar, ia sesekali memfoto patung itu dan mengirim ke grup Whatsapp
keluarga.

“Saya katakan kepada keluarga saya, bawakan
saya benang dan jarum, kasihan, baju bapak kurang pisit,” canda Ida ketika itu
di kalangan keluarga.

Proyek pembuatan patung ini dimulai pada
tahun 2016. Saat itu, Kadisbudpar Kota Palangka Raya dijabat Afendy, sebelum
digantikan oleh Norma Hikmah pada 2018 lalu. Pada tahun yang sama, pembangunan
patung tidak bisa diselesaikan karena ada permasalahan, sehingga sehingga baru
dilanjutkan lagi pada tahun 2017 dan diselesaikan pada anggaran APBD perubahan
tahun 2017 lalu.

Total anggaran untuk pembuatan patung yang dipercayakan
kepada rekanan di Yogjakarta itu menghabiskan dana sekitar Rp250 juta. Patung
selesai dikerjakan pada September 2017 lalu dan Disbudpar Kota baru bisa
memasang patung di titik nol Jalan Tjilik Riwut pada 24 Januari 2018.

Ketika Kalteng Pos mencoba mengonfirmasi
kepada Kadisbudar Kota Palangka Raya Ikhwanudin, ternyata dia tak tahu apa-apa
tentang patung tersebut. Dia juga belum bisa memastikan mengapa sampai saat
ini, patung yang digadang-gadang bakal menjadi ikon baru Kota Cantik tersebut
belum diresmikan.

“Kalau untuk masalah ini saya kurang
mengetahui mas. Sebab saya baru sekitar satu bulan ini dilantik. Mengingat
proyek ini sudah berlangsung sebelun saya menjabat,” katanya saat
dikonfirmasi Kalteng Pos, belum lama ini.

Baca Juga :  Terus Bergerak Membangun Kobar Menuju Kejayaan

Ketika ditanya mengenai rencana apakah pada
tahun 2020 ini patung mantan gubernur pertama Kalteng itu akan diresmikan, dia
tidak bisa memberikan jawaban secara pasti dan tegas.

“Karena biasanya itu satu paket. Jadi yang
menjabat kadis saat pembangunan itu, maka dia yang bertanggung jawab pada
peresmian,” katanya.

Nantinya, lanjut Ikhwanudin, dirinya akan
menelusuri terlebih dahulu. Apakah sudah masuk daftar agenda yang terdahulu
atau belum. Karena ini masih tanggung jawab pejabat sebelumnya.

“Biasanya kalau peresmian itu, misalnya
selesai tahun sekian, maka diresmikan di tahun berikutnya atau nantinya
berbarengan dengan ulang tahun Kota Palangka Raya. Untuk patung ini, nanti saya
koordinasi dan konfirmasi dulu ke dinas terkait,” pungkasnya.

Sementara itu Kadisudpar terdahulu, Norma
Hikmah yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Palangka Raya belum bisa diwawancarai Kalteng Pos. Telepon tak diangkat dan
dikirim pesan melalui Whatsapp tak ada balasan hingga berita ini diturunkan.

Sementara itu, pada akhir tahun 2018 lalu,
Asisten II Setda Kalteng Nurul Edy pernah mengungkapkan peresmian Patung Tjilik
Riwut akan dilakukan pada awal 2019. Namun ternyata tak pernah terlaksana tanpa
alasan yang jelas. Ketika Kalteng Pos mengonfirmasi masalah tersebut, Edy mengaku
tidak mengetahui secara pasti penundaan peresmian. Yang ia ketahui bahwa patung
itu dibangun oleh Pemko Palangka Raya.

“Dulu memang rencananya digabung dengan CFD,
tetapi silakan tanya kepada pemko saja,” ucapnya beberapa waktu lalu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Kalteng Guntur Talajan saat ditemui Kalteng Pos pun mengaku tidak
tahu menahu soal peresmian patung itu. Pasalnya, dalam perjalanan ketika itu,
informasinya akan diresmikan oleh pihak Pemprov Kalteng. Guntur meminta Kalteng
Pos untuk menanyakan hal ini kepada Pemko Palangka Raya. Disbudpar Kalteng
tidak punya wewenang atas hal tersebut.

“Tidak ada, itu punya pak wali. Zaman pak
Riban. Informasi diambil provinsi juga tidak. Terkait peresmian koordinasikan
pada pak wali. Pembangunan juga milik kota bukan provinsi,” jawab
Guntur.(oiq/abw/uni/ram)

Terpopuler

Artikel Terbaru