SAYA ke pasar Tanah Abang kemarin. Keliling. Masuk ke lorong-lorongnya. Sampai atas. Yang jadi pemandu saya adalah wanita Disway yang sudah Anda kenal.
SAYA bertemu kembali teman lama. Selasa kemarin. Masih cantik. Mulus. Kulitnya hijau pupus. Dia sudah lama menanti saya di madrasah PSM Takeran. Sekitar 16 km di timur Magetan.
LANGSUNG SEPI. Membosankan. Seperti sebuah novel kering. Hanya akuntan yang mampu dengan asyik membaca novel tanpa adegan pembunuhan, perselingkuhan, dan saling tipu.
SAYA dipaksa istri lihat pasar terapung di Banjarmasin. Saya pura-pura takut: berangkat.
Sebenarnya cerita di TV dan medsos sudah cukup lengkap. Untuk apa lagi ke sana.
TERNYATA sudah lebih 10 tahun saya tidak ke Banjarmasin. Baru Jumat kemarin saya ke sana lagi. Mungkin karena istri sering ke Kalsel sehingga saya merasa sudah ikut sering ke sana.
POLITIK tidak harus selalu serius. Lihatlah UU yang baru lahir pekan lalu ini: anggota Senat diharuskan pakai jas, dasi, celana panjang, sepatu kulit, dan terlihat terhormat. Tidak boleh masuk ruang sidang dengan pakai celana cingkrang, sepanjang bawah lutut dengan kombinasi jaket kombor dan sepatu kets.
SAYA ke Jambi kemarin. Jadi saksi perkara seperti itu lagi. Di PTPN 6 di sana. Saya khawatir tidak cukup waktu untuk menulis. Saya ingat teman saya yang satu ini.