32.9 C
Jakarta
Saturday, July 5, 2025
- Advertisement -spot_img

TAG

Dahlan Iskan

Saset Kompor

SAYA lagi di pedalaman Tiongkok. Naik kereta api sejauh 14 jam. Dari Beijing. Bukan kereta Whoosh. Kereta lama. Jalur lama. Gerbong lama. Bisa tidur sepanjang malam. Juga bisa mimpi terkena luka.

Luka Puan

WAKTU akan menyembuhkan luka. Saya percaya. Saya sendiri terluka. Minggu lalu. Kaki terkena tajamnya bambu. Pedih sekali. Luka itu pun saya bawa pergi. Jauh. Benar, di Tiongkok luka itu sembuh.

Riuh Sepi

SAYA jarang lewat jalur ini: Surabaya-Hong Kong-Tianjin. Harus bermalam di Hong Kong. Kali ini apa boleh buat. Toh sudah 3 tahun tidak lihat Hong Kong.

Hepatitis Habis

Hari-hari kemarin penuh gempita dengan gegapnya: soal calon presiden dan wakilnya. Begitu tersiksa mereka yang tidak suka berita politik itu-itu saja.Saya harus ke Tianjin gara-gara ini: kehabisan Baraclude.

Istikharah Rupiah

SATU KATA hilang dari riuh rendah capres-cawapres periode sekarang ini: istikharah.

Luka Tidak

MISALKAN: Gibran menolak jadi calon wakil presidennya Prabowo. Demi menjaga hubungan dengan PDI-Perjuangan dan pimpinannya.

Almas Gibran

DI DUNIA hukum, ''beda alasan'' tidak sama dengan ''beda pendapat''. Di putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Senin lalu empat hakim menerima permohonan, empat hakim berbeda pendapat, dua hakim berbeda alasan.

Makan Siang

Sulit sekali memahami apa yang terjadi di Mahkamah Konstitusi kemarin. Terutama bagi saya. Yang sejak dua hari lalu berada di tempat nan jauh.

Perang Gaza

TIDAK perlu sumpah: saya sudah menyiapkan tulisan tentang perang di jalur Gaza. Lalu saya baca komentar Bung Mirza Mirwan: saya mundur. Tulisannya tentang Hamas bagus sekali. Lebih bagus dari seandainya saya jadi menulis soal Gaza.

Equitable Remedy

Hakim tunggal Arthur Engoron pun tidak tahan diam. Ia memang tidak pernah membaca berita media terkait kasus yang lagi ia sidangkan. Termasuk tidak membacanya di medsos.

Latest news

- Advertisement -spot_img