PERASAANKU berkecamuk. Di satu sisi aku kangen pada tanah air tercinta yang alamnya konon kaya raya dan indah permai. Aku rindu makanan kesukaanku yang tak ada di sini: nasi pecel, rujak cingur, tongseng kambing. Namun, di sisi lain menyelusup sebersit perasaan enggan pulang. Dan perasaan itu kian lama kian kuat.
Sampir jarit dipadu kebaya putih bertabur payet mengilap yang membalut tubuhmu membuatku ragu, benarkah kau putriku yang pernah kubebat tubuh kecilnya dengan handuk sehabis mandi? Sudah sebesar inikah?
Ratim meringis kesakitan memegangi lengan tangannya yang nyaris putus. Darah di sekujur tubuhnya belum sepenuhnya kering. Sambil menyemburkan ludahnya ke langit, ia meninggalkan halaman rumah sakit dengan perasaan marah bercampur kecewa setelah petugas administrasi melayangkan pertanyaan menohok: Bapak punya uang?
Ya Rabbi shalli ’ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ’alayhi wa sallim
Ya Rabbi ballighul wasilah
Ya Rabbi khusshahu bil fadilah
Ya Rabbi shalli ’ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ’alayhi wa sallim
RAMBUT Karto kusut, wajah muram, mata merah, tulang pipi semakin menonjol, akibat mabuk dan kalah judi semalam, juga malam sebelumnya, dan malam-malam sebelumnya lagi. Hari ini dia ingin tenang sebentar, tanpa dirusuhi keributan tangis bayinya.
Kau bangun kesiangan lalu mengumpat dan menyumpahi dunia sebagaimana yang lazim terjadi akhir-akhir ini ketika kau tersadar dari tidur yang tak nyenyak. Senin cenderung lebih lantang dibanding hari lainnya.
Sopir taksi baru saja bertanya saya hendak diantar ke mana saat istri saya melalui sambungan telepon memberi tahu, di rumah sedang ada Paman Ali. Mendengar informasi itu, hati saya secara otomatis menyarankan agar saya lebih baik tidak pulang. ”Jalan saja dulu,” kata saya kepada sopir taksi.
Kalau akhir-akhir ini Tuan gemar mengunjungi media sosial, Tuan akan mendapati kisah viral tentang lelaki tua dan motor Supra. Kisahnya yang kocak dan menyentuh hati membuat pengguna media sosial mengunggah ulang, dengan beragam cara, di berbagai saluran media sosial yang ada.
Aku menyebutnya Kampung Kentut karena angin di daerah itu berembus kencang juga berbau. Sesederhana itu. Selebihnya, mungkin Anda akan melihat kenapa permukiman itu kunamai begitu, dari ceritaku ini.