”Ibuku ular, ibuku ular...” teriak Dini berlari menghambur ke luar kelas. Seisi ruangan riuh. Ada yang tertawa terbahak. Tapi, ada juga yang diam saja. Aku lantas memasang wajah tajam dan memandangi murid-muridku itu. Berharap situasi kelas dapat kukontrol dengan ketenangan.
Bujang mengambil minyak tancho di dalam lemari pakaian sebelum kemudian menghadap ke cermin kamar yang sudah sedikit buram. Bagian atas cermin itu sudah retak, dan sebagai antisipasi agar kaca tetap kokoh, laki-laki flamboyan itu menempelkan stiker Rhoma Irama dengan gitarnya yang sangat legendaris dan tersenyum penuh. Jangan Begadang, tulisan itu dicetak setebal dan sejernih mungkin.
Nama adalah doa, namun kau dikutuk ibumu lewat namamu. Setidaknya itu menurutmu. Rahwana, satu kata mewakili segala bentuk keburukan di atas dunia. Aku bahkan nyaris tertawa saat mendengar namamu untuk kali pertama. Mengapa harus Rahwana?