27.3 C
Jakarta
Sunday, May 19, 2024
spot_img

Sajak Sebuah Pengandaian

Sebuah Pengandaian

Suatu ketika, ditemukan juga mesin waktu

Gentar sekaligus memesona

kita mengulurkan tangan

hendak menguji kekekalan

Getir dan gamang

kita bimbang pada persoalan

mana yang lebih penting,

lebih dulu mesti dilakukan:

mencari tahu apa yang mengintai

dari masa depan,

menemui jiwa terbelenggu

dan membebaskannya,

atau menelisik yang bersemayam

di sebalik makna?

Jutaan tahun dunia

jutaan tahun manusia

tersapu bagai debu

saat seorang purba

bangkit sekian masa

bukan sebagai juru selamat

tetapi si terasing pada zamannya

2023

Bong Suwung

telah berlalu sekian jam

sejak kardus dikemas

tumpukan buku, helai pakaian

diturunkan urung ditata

dari mana semua kekuatan ini

keberanian pergi dan tak lagi kembali?

kutatap diriku yang kanak –ah, pantulan

waktu di cermin tak mengubahku abadi!

Baca Juga :  Misteri Pulpen di Kusen Jendela

tersedu meninggalkan rumah demi rumah

bukan punya kita, bujuk ibu dalam pelukan

kenapa bertahun menuakan usia

menetap jika dia tak bakal dimiliki?

berdebar kunanti:

esok akan kucium wangi pagi

di pondok yang kubangun sendiri

tangga kayu, lantai kayu

semut lelap di lembap tanah

menunggu suatu saat bersarang

di liang yang mana –seperti aku

pembaringan ranjang ini

kelak bertabur debu dari

atap ingatan yang merapuh.

2024

Jangkang, Sleman

Kebiasaan jalan pagi

membawamu ke sebuah pasar

kecil dan terpencil, di sisi lain kota ini

Suasana bakal tiba hari raya

aneh sekali, mendamparkanmu

ke lengangnya hutan lereng merapi

Los kumuh buah dan sayur

kau susuri, bersisian sekian tanya:

Dengan cara apa setangkai pakis

mengirimkan tanda cinta

dan capung yang melayang itu

Baca Juga :  Mbah Ganyong dan Ratapan Pohon-Pohon

memahaminya

Dengan cara apa akar-akar

kabarkan tumbuhnya tunas baru

dan putik bunga bahagia

menyambutnya

Di sudut pintu keluar

pengemis jalanan meringkuk

serupa patung batu, dan kau

lagi-lagi mengandaikan:

pernahkah alam mengkhianati

seekor anak belalang

mengasingkannya dalam liang

mempermainkan musim

antara datang dan tak datang

menyamar maut penuh kasih

memberinya napas hidup

lalu mencurinya ketika malam

Gemuruh guntur di utara

menegaskan batas kesabaran

orang-orang bergegas

kumpulan ngengat terbang

mencari perlindungan

hanya waktu dan pucuk perdu itu

diam saling menunggu

Sesaat kau mengerti

bahasa-bahasa itu

Sesaat kemudian, luput

2023

NI MADE PURNAMA SARI, Lahir di Bali, 1989. Buku-bukunya, antara lain, Kawitan (GPU, 2016), Kalamata (KPG, 2016), dan Yang Menari dalam Bayangan Inang Mati (KPG, 2022).

Sebuah Pengandaian

Suatu ketika, ditemukan juga mesin waktu

Gentar sekaligus memesona

kita mengulurkan tangan

hendak menguji kekekalan

Getir dan gamang

kita bimbang pada persoalan

mana yang lebih penting,

lebih dulu mesti dilakukan:

mencari tahu apa yang mengintai

dari masa depan,

menemui jiwa terbelenggu

dan membebaskannya,

atau menelisik yang bersemayam

di sebalik makna?

Jutaan tahun dunia

jutaan tahun manusia

tersapu bagai debu

saat seorang purba

bangkit sekian masa

bukan sebagai juru selamat

tetapi si terasing pada zamannya

2023

Bong Suwung

telah berlalu sekian jam

sejak kardus dikemas

tumpukan buku, helai pakaian

diturunkan urung ditata

dari mana semua kekuatan ini

keberanian pergi dan tak lagi kembali?

kutatap diriku yang kanak –ah, pantulan

waktu di cermin tak mengubahku abadi!

Baca Juga :  Misteri Pulpen di Kusen Jendela

tersedu meninggalkan rumah demi rumah

bukan punya kita, bujuk ibu dalam pelukan

kenapa bertahun menuakan usia

menetap jika dia tak bakal dimiliki?

berdebar kunanti:

esok akan kucium wangi pagi

di pondok yang kubangun sendiri

tangga kayu, lantai kayu

semut lelap di lembap tanah

menunggu suatu saat bersarang

di liang yang mana –seperti aku

pembaringan ranjang ini

kelak bertabur debu dari

atap ingatan yang merapuh.

2024

Jangkang, Sleman

Kebiasaan jalan pagi

membawamu ke sebuah pasar

kecil dan terpencil, di sisi lain kota ini

Suasana bakal tiba hari raya

aneh sekali, mendamparkanmu

ke lengangnya hutan lereng merapi

Los kumuh buah dan sayur

kau susuri, bersisian sekian tanya:

Dengan cara apa setangkai pakis

mengirimkan tanda cinta

dan capung yang melayang itu

Baca Juga :  Mbah Ganyong dan Ratapan Pohon-Pohon

memahaminya

Dengan cara apa akar-akar

kabarkan tumbuhnya tunas baru

dan putik bunga bahagia

menyambutnya

Di sudut pintu keluar

pengemis jalanan meringkuk

serupa patung batu, dan kau

lagi-lagi mengandaikan:

pernahkah alam mengkhianati

seekor anak belalang

mengasingkannya dalam liang

mempermainkan musim

antara datang dan tak datang

menyamar maut penuh kasih

memberinya napas hidup

lalu mencurinya ketika malam

Gemuruh guntur di utara

menegaskan batas kesabaran

orang-orang bergegas

kumpulan ngengat terbang

mencari perlindungan

hanya waktu dan pucuk perdu itu

diam saling menunggu

Sesaat kau mengerti

bahasa-bahasa itu

Sesaat kemudian, luput

2023

NI MADE PURNAMA SARI, Lahir di Bali, 1989. Buku-bukunya, antara lain, Kawitan (GPU, 2016), Kalamata (KPG, 2016), dan Yang Menari dalam Bayangan Inang Mati (KPG, 2022).

spot_img
spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru