Dencor terpesona pada ilmu Nabi Ibrahim. Ia mendengar kisah itu dari mulut anak-anak suatu hari yang berbagi aneka kisah nabi di pekarangan di samping rumahnya. Dencor menguping kisah itu dan tanpa diketahui oleh siapa pun, ia diam-diam ingin menemukan ilmu apa yang dimiliki nabi itu sampai bisa tak tersentuh api.
Suatu sore, sepulang kerja, Tomi mengeluhkan lengan kanannya. ”Lihat sini, Ovi,” ia berkata kepada istrinya sambil pelan-pelan mengangkat lengannya tersebut.
Aku terlahir cukup sehat dari ibu yang sehat, namun aku tak punya nama, aku tak suka itu! Tak punya nama memang lazim untuk kami, yang hidup berkelompok dengan bapak yang meletakkan air mani di banyak puki.
PERASAANKU berkecamuk. Di satu sisi aku kangen pada tanah air tercinta yang alamnya konon kaya raya dan indah permai. Aku rindu makanan kesukaanku yang tak ada di sini: nasi pecel, rujak cingur, tongseng kambing. Namun, di sisi lain menyelusup sebersit perasaan enggan pulang. Dan perasaan itu kian lama kian kuat.
Sampir jarit dipadu kebaya putih bertabur payet mengilap yang membalut tubuhmu membuatku ragu, benarkah kau putriku yang pernah kubebat tubuh kecilnya dengan handuk sehabis mandi? Sudah sebesar inikah?
Ratim meringis kesakitan memegangi lengan tangannya yang nyaris putus. Darah di sekujur tubuhnya belum sepenuhnya kering. Sambil menyemburkan ludahnya ke langit, ia meninggalkan halaman rumah sakit dengan perasaan marah bercampur kecewa setelah petugas administrasi melayangkan pertanyaan menohok: Bapak punya uang?
Ya Rabbi shalli ’ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ’alayhi wa sallim
Ya Rabbi ballighul wasilah
Ya Rabbi khusshahu bil fadilah
Ya Rabbi shalli ’ala Muhammad
Ya Rabbi shalli ’alayhi wa sallim
RAMBUT Karto kusut, wajah muram, mata merah, tulang pipi semakin menonjol, akibat mabuk dan kalah judi semalam, juga malam sebelumnya, dan malam-malam sebelumnya lagi. Hari ini dia ingin tenang sebentar, tanpa dirusuhi keributan tangis bayinya.
Kau bangun kesiangan lalu mengumpat dan menyumpahi dunia sebagaimana yang lazim terjadi akhir-akhir ini ketika kau tersadar dari tidur yang tak nyenyak. Senin cenderung lebih lantang dibanding hari lainnya.
Sopir taksi baru saja bertanya saya hendak diantar ke mana saat istri saya melalui sambungan telepon memberi tahu, di rumah sedang ada Paman Ali. Mendengar informasi itu, hati saya secara otomatis menyarankan agar saya lebih baik tidak pulang. ”Jalan saja dulu,” kata saya kepada sopir taksi.