KOMUNIKASI tidak sebatas dilakukan dengan
kata-kata. Sebelum mampu berbicara, seseorang mulai mengungkapkan keinginannya
lewat ekspresi.
’’Di usia bayi, anak berekspresi lewat nangis,
senyum, atau tertawa. Agar mereka diperhatikan orang tuanya,†ungkap psikolog
Ersa Lanang Sanjaya SPsi MPsi. Karena itu, komunikasi sangat penting dikenalkan
pada anak.
Menurut Ersa, komunikasi anak-orang tua
merupakan sarana belajar anak. Ibaratnya, anak adalah laptop baru. â€Mereka
sudah dibekali kemampuan dan organ bicara, tapi belum bisa menggunakan. Nah,
tugas orang tua adalah memberi stimulasi dengan mengajak ngobrol,†paparnya.
Meski belum mampu bicara, anak memahami maksud
orang tua. ’’Contohnya, saat orang tua bilang no, anak biasanya langsung
berhenti dan enggak melakukan,’’ imbuh dosen Fakultas Psikologi Universitas Ciputra
Surabaya itu.
Lewat komunikasi, anak belajar menghadapi
banyak hal. Mulai memahami mimik wajah, kapan harus bicara, hingga bagaimana
intonasi saat berbicara. Misalnya, ketika orang tua dan anak bermain. Menang
dan kalah bisa jadi sarana belajar anak. Ersa melanjutkan, anak bisa diajari
bersikap sportif dan lapang dada.
â€Kecerdasan emosi anak ikut diasah. Mereka
belajar, kalau kalah atau menang, tidak boleh meluapkan emosi berlebihan,â€
terang psikolog kelahiran Batu tersebut.
Obrolan kecil dapat menanamkan value secara
tidak langsung. Pemahaman itu bahkan mampu bertahan hingga anak dewasa. Dr Mira
Irmawati SpA(K) beranggapan bahwa komunikasi, terutama yang dilakukan orang tua
dan orang-orang di lingkungan terdekat anak, adalah pendukung perkembangan si
kecil. Tanpa hal itu, tumbuh kembang anak tidak akan optimal. Sebab, komunikasi
merupakan stimulasi agar kemampuan anak berkembang.
â€Orang tua adalah ’sekolah’ pertama anak. Kalau
genetik dari orang tua baik, tapi anak tidak diperhatikan, percuma,†jelas
spesialis anak yang berpraktik di RSUD dr Soetomo, Surabaya, itu.
Konsultan tumbuh kembang tersebut mengibaratkan
anak sebagai rumah. Nutrisi berfungsi sebagai pembangun, sedangkan stimulasi
adalah listrik. Bila nutrisi baik, namun si kecil tidak mendapat perhatian,
kemampuan anak tidak akan terasah. Kurangnya komunikasi rawan memicu speech
delay. Keterlambatan bicara juga dipicu penggunaan gawai yang berlebihan.
Walaupun berisi konten edukatif, gawai tidak bisa menggantikan komunikasi
langsung.
â€Komunikasinya cuma searah. Makanya, anak yang
sudah terpapar gadget kalau diajak ngobrol kelihatan bingung atau pakai bahasa
kaku,†tuturnya.
Mira mengungkapkan, bentuk speech delay
berbeda-beda. Ada yang sulit mengucapkan kalimat secara runtut, ada pula yang hanya
mampu menggumam. Dokter yang juga berpraktik di RS Darmo Surabaya itu
menegaskan, orang tua harus segera memeriksakan anak. â€Jangan sepelekan dan
mikir ’nanti juga bisa sendiri’,†tegasnya. Ingat ya, sesal kemudian tak
berguna. (fam/c18/nda)
==
Bagaimana Mengawalinya?
Bagi beberapa orang tua, memulai ngobrol dengan
anak mungkin terasa canggung. Apalagi, bila anak belum mampu menanggapi.
Berikut tipnya.
PELAFALAN JELAS
Parentese ditandai dengan intonasi lebih
tinggi, huruf vokal dipanjangkan, dan pelafalan konsonan yang dibuat jelas.
Umumnya, kata juga diulang-ulang. Parentese idealnya digunakan saat bayi
berusia 0–6 bulan. Setelah itu, orang tua bisa berbicara seperti biasa, namun
dengan kecepatan lebih pelan.
AJARKAN KATA UMUM
Semakin sering kata digunakan, makin cepat pula
bayi mengingatnya. Misalnya, kata â€ibuâ€, â€ayahâ€, atau â€makanâ€. Atau, bila anak
suka bermain bola, ajarkan kata â€bolaâ€.
MAKSIMALKAN MEMORI SENSORIK
Ajarkan kata sambil mengenalkan objek.
Misalnya, saat menunjukkan tangan, orang tua bisa mengangkat tangan anak (â€ini
tangan adikâ€). Atau, menyentuhkan objek pada anak (â€ini hidung ibuâ€, sambil
menyentuhkan tangan anak ke hidung ibu).
ASAH INDRA
Orang tua perlu menjelaskan apa yang diterima
pancaindra anak. Misalnya, ketika anak makan buah pepaya, kata yang terkait
adalah manis (indra perasa), oranye (indra penglihatan), dan lunak (indra
peraba).
BELAJAR SAMBIL BERMAIN
Jalan-jalan atau berbelanja bisa jadi saat
belajar buat anak. Sebab, banyak objek baru yang akan dilihatnya. Misalnya,
saat ke pasar, akan ada beragam jenis sayur maupun ikan.
LIBATKAN ANAK
Agar terjadi percakapan dua arah, orang tua
bisa melibatkan anak. Contohnya, mengajak anak menyambung kata yang belum
selesai. Atau, ajak si kecil mengingat kembali cerita atau hal yang dilalui
dalam sehari lewat tanya jawab.